Ada gerakan-gerakan dari dalam dapur. Setelahnya Mike dan Mika terlihat melangkah ke luar dengan perlahan.
“Bilang hallo pada daddy kalian.” Fay berkata seraya masuk ke dalam kamar. “Aku akan mengemasi barang-barang kalian.”Mike melihat pada Fay yang sudah menghilang ke balik pintu kamar. Ekspresinya terlihat rumit.“Hallo, Daddy. Akhirnya kau datang juga.” Mika menyapa lebih dulu sambil memberikan senyum terbaiknya.Mike malah diam. Anak itu terlihat tengah sibuk berpikir.Cade merasa terpesona sebentar. Sebelumnya dia tidak menyadari betapa cantik dan imutnya anak perempuan ini.Lelaki hebat Axton itu merendahkan tubuhnya, membungkuk pada Mika yang berada lebih dekat dari jangkauannya. Tangannya bergerak menyentuh rambut gelap ikal itu.Ini terasa ajaib. Tiba-tiba saja dia menjadi seorang ayah dari sepasang anak kembar. Tanpa sebuah tes pun, dia tidak akan membantah darah yang mengalir di tubuh keduanya adalah darahnya. Dia malah khawatir kalau mereka ternyata tidak memiliki hubungan sama sekali.“Hallo, sayang. Bagaimana keadaanmu? Senang bisa bertemu kembali. Kali ini daddy janji kita tidak akan berpisah lagi.” Sikap Cade yang semula dingin kini mencair. Dia jarang menunjukkan kehangatan pada siapa pun.“Apa kau ke sini untuk menjemput kami?” Mike tiba-tiba menyela.Cade mengangkat pandangannya dari Mika. Dia melihat reflika dirinya saat masih kecil pada Mike.“Tentu saja. Daddy akan menebus waktu-waktu yang kalian lewati tanpa daddy. Mulai saat ini apa pun yang kalian inginkan akan daddy berikan.”“Kalau begitu mommy juga harus ikut kami. Kami tak akan meninggalkan mommy tinggal sendirian di sini.” Mike mengutarakan keinginannya.Saat itu Fay telah kembali dari kamar. Dia membawa serta tas besar berisi baju dan beberapa barang kecil milik Audrey.“Aku tidak bisa ikut kalian. Sudah cukup kalian membuatku sakit kepala selama ini. Kupikir ayah kalian harus merasakan sendiri bagaimana merepotkannya mengurus dua bocah yang suka membuat ulah.” Fay berkata tanpa perasaan. Dia mengabaikan tatapan Cade yang terlihat tidak senang.“Ada apa? Kenapa menatapku seperti itu? Jangan kau pikir aku ingin ikut kalian ke rumahmu!” Fay balas menatap Cade dengan sengit. Dia menumpahkan semua kebenciannya pada seorang lelaki asing yang hanya ada dalam bayangannya selama ini. Lelaki itu kini berwujud nyata di depannya.Mike dan Mika saling pandang dan menjadi gelisah. Mommy mereka telah menabuh genderang perang. Namun mommy telah memilih musuh yang salah. Lagipula orang itu adalah ayah mereka.“Nona Miller, aku juga tidak berpikir akan mengajakmu serta. Jadi kau tidak perlu kuatir. Aku akan segera membawa anak-anakku pergi dari tempat menjijikkan ini dan kau tidak akan melihat kami lagi untuk seterusnya....”“Kalau bukan karena tempat menjijikkan ini, anak-anakmu akan kelaparan dan kedinginan di luar sana. Barangkali saja seseorang akan menjual mereka dan kau tidak akan pernah tahu bahwa perbuatan bejatmu enam tahun yang lalu telah menyebabkan dua korban lagi.” Fay menyahut cepat.Ya, kalau bukan karena tempat buruk ini. Kau harus berterima kasih. Jadi, jangan terlalu sombong di depanku!Cade merasa seseorang telah menamparnya dengan sangat keras. Gadis ini. Kenapa mulutnya tajam sekali? Apa karena merasa telah sangat berjasa menampung anak-anaknya? Tapi yang Cade lihat bukan keinginan mendapat imbalan. Mata gadis ini dipenuhi kebencian padanya.“Aku tidak tahu kenapa Nona Miller mengungkit-ungkit masalah yang telah berlalu. Tapi aku tidak keberatan memberikan kompensasi kalau Nona merasa dirugikan. Aku akan membayar semua biaya yang kau keluarkan selama mengurus anak-anakku.” Cade mencoba menahan diri untuk tidak berkata lebih kejam lagi. Bagaimana pun dia telah berhutang kebaikan pada wanita muda ini.“Simpan uangmu, Tuan Goldwin. Kau pikir bisa membayar semua waktu yang kuhabiskan bersama mereka. Uang yang kukeluarkan untuk mereka tidak seberapa. Tapi kelelahan dan kerepotanku selama mengurus mereka tidak akan bisa kau ganti.”Sebenarnya itu berlebihan. Mike dan Mika juga tahu bahwa sebagian besar mereka yang melakukannya sendiri jika Fay sedang keluar. Mereka bisa merapikan rumah, memasukkan pakaian ke mesin cuci dan kadang menyiapkan makan siang sendiri. Nyonya William hanya sesekali menjenguk.Kedua bocah itu hanya meringis mendengar kalimat panjang Fay yang jelas ingin memojokkan ayah mereka.“Kenapa tidak?” Cade tersenyum jahat. “Di dunia ini, tidak ada yang tidak bisa kubeli.”Fay tertawa mengejek. Dia sudah mengira kalau lelaki ini akan mengatakannya. Seperti di film-film.“Satu juta dollar.” Cade berujar dingin.“Eh?!” Mata Fay melebar. “A... apa maksudmu?”“Aku akan membayar uang kompensasi sebesar satu juta dollar untukmu. Jadi berhentilah mengungkit-ungkit semua yang kau lakukan untuk anak-anakku.”Fay menelan ludah. Itu jumlah yang sangat besar.Kedua anak, Mike dan Mika melihat bagaimana Fay yang menjadi linglung.“Setuju!” ujar Fay tiba-tiba mengagetkan dua bocah.Mommy payah! Mike dan Mika menggerutu dalam hati. Padahal kalau mommy lebih pintar, mommy akan mendapatkan semua uang daddy dengan menjadi istri daddy.Ada senyum mengejek di wajah Cade. Uang memang cara paling ampuh untuk menaklukkan orang-orang berhati keras. Tidak terkecuali gadis di depannya ini.“Aku ingin ceknya sekarang.” Fay melempar tas besar ke dekat kaki Cade dan mengulurkan tangannya yang kosong.“Langdon, buatkan ceknya.” Cade memberi perintah pada sang asisten.Lelaki bernama Langdon itu mengeluarkan sebuah buku cek dari balik jasnya dan mulai menulis. Dia merobek selembar dan memberikannya pada Fay.Gadis itu menerimanya sambil memiringkan wajah, melihat pada tulisan rapi di atas lembaran itu. Benar-benar satu juta dollar!Tiba-tiba Fay mengangkat cek itu di depan wajah Cade. Sambil tersenyum manis dia merobek lembaran berisi angka satu juta dollar itu.Hari kelima bulan madu.Matahari telah mulai naik hingga seperempatnya. Di dalam kamar tidur yang luas dan mewah suasananya terasa hening. Suara hiasan gantung di balkon yang tertiup angin bergemerincing samar menjadi satu-satunya yang terdengar.Di lantai kamar, berserakan pakaian pria dan wanita. Pemandangannya sedikit kacau dan ambigu. Sementara di tempat tidur lebih berantakan lagi. Seakan sebuah badai pernah datang di kamar ini kemarin malam lalu pergi setelah puas memorak-porandakan semuanya.Kelopak mata Fay bergerak-gerak sebelum kemudian membuka. Pemandangan pertama yang dilihatnya adalah otot-otot dada yang terbuka. Dan aroma keintiman semalam segera memasuki indera penciumannya. Dia menjadi linglung sejenak.Setiap terbangun selama beberapa pagi, dia masih merasa asing dengan pemandangan ini. Lelaki yang memeluknya, bau tubuhnya, seisi ruangan, semua baru dan asing. Fay ingin menolak percaya bahwa ini nyata, tapi dia tidak berdaya. Dirinya telah menjadi milik Cade Goldwin, l
Pesta pernikahan Cade Goldwin dan Fay Willmer berlangsung tertutup untuk umum. Itu diadakan di sebuah pulau pribadi dengan hanya tidak lebih dari seratus orang undangan. Para wartawan dari berbagai media massa hanya bisa menunggu di sekitar garis pantai dan pelabuhan saat puluhan helikopter secara bergantian menjemput tamu. Keluarga Goldwin bahkan melarang peliputan langsung dan tidak memberikan ijin kepada satu pun media. Mereka hanya akan membuat sebuah berita di halaman website resmi Goldwin Group.Orang yang paling lega akan hal itu adalah Fay Willmer. Dia memang tidak peduli dengan status dan pandangan orang terhadapnya. Tapi nama Goldwin terlalu berat untuk dibawa. Dia merasa akan merepotkan jika harus kemana-mana dengan identitas istimewa itu. Dengan adanya pernikahan yang tertutup seperti ini, identitasnya hanya diketahui segelintir orang.Selain beberapa kerabat dan sahabat dekat, ada juga pejabat dari pemerintahan dan rekan bisnis serta beberapa keluarga kelas atas yang juml
Akhirnya cerita ini selesai juga. Terima kasih untuk semua pembaca yang setia mengikuti kisah Fay, Cade dan duo M hingga bab ini. Maaf, jika harus sering membuat semua menunggu. Sekali lagi, terima kasih atas semua dukungannya dengan memberi komentar, rate, ulasan, like dan gem. Karena dukungan kalian semua lah cerita ini beberapa kali mendapat promosi dari pihak platform. Terima kasih juga kalau ada yang sudah rekomendasiin cerita ini ke teman-teman. Ini ada ngga, ya? 🤔Tapi, eits tunggu dulu! Akan ada bab tambahan setelah ini ya....Akhirnya, seperti biasa, author doakan semoga semua pembaca selalu sehat, bahagia, dan lancar rejekinya. Aamiin.Salam
Callie memutar bola matanya. “Bodoh. Apa aku terlihat seperti calon pengantin?”Alis nyonya Goldwin berkerut. Apa Fay lupa kalau dirinya yang akan menikah? Semalam Cade memberitahu bahwa Fay telah setuju untuk menikah dengannya. Jadi, dia menyuruh keluarga Goldwin untuk datang menghadiri formalitas pernikahan. Sedangkan perayaannya sendiri akan diatur kemudian. Cade khawatir gadis ini akan berubah pikiran. Jadi dia berencana untuk mendapatkan buku nikah terlebih dahulu.Fay menggaruk kepalanya dengan ekspresi bingung. “Menurutku kau memang tampak seperti pengantin wanita—““Bicara omong kosong lagi? Bukankah hari ini kalian akan menikah? Jangan katakan kalau kau tidak ingat.” Callie sedikit kesal dengan kelambanan Fay dalam menggunakan otaknya.“Hah? A-aku—“ Fay melihat pada anak-anak meminta seseorang memberi penjelasan.“Mommy, daddy sudah selesai bersiap-siap. Tapi kau bahkan belum mandi. Cepatlah.” Mika juga terlihat tidak sabar.Fay seketika panik. “Siapa yang mengatakan aku akan
Alis Fay mengernyit. “Bicarakan nanti saja. Ayo, bangun. Aku bantu.” Cade menahan tangan Fay, dia memeganginya dengan erat. “Dengar dulu. Jika nanti hasil pemeriksaannya buruk, aku ingin kau berjanji padaku untuk menjaga anak-anak. Mungkin saja aku akan mati. Siapa tahu?”“Jangan bicara sembarangan!” Fay tiba-tiba merasa tenggorokannya tersekat. Itu mengingatkannya pada Audrey sebelum kematiannya. “Kau tidak akan mati.”“Semua orang akan mati.” Cade mengingatkan.“Setidaknya kau tidak akan mati secepat itu.” Fay merasa airmatanya akan jatuh. “Ayo bangun!”“Berjanjilah dulu—““Berjanji apa?” Suara Fay nyaris pecah. “Kau tidak akan mati. Jadi aku tidak perlu menjaga dua anak menjengkelkan itu.”Cade diam-diam melirik pada mata yang mulai berkabut. Astaga! Ini memang sedikit berlebihan. Dia cukup sadar bahwa Fay mungkin akan mengamuk jika tahu dirinya telah dikerjai.Tangan gemetar Fay diraihnya. “Berjanjilah untuk menikah denganku jika memang ini baik-baik saja.” Cade mengucapkan kali
Fay tidak ingin melihat Cade, tapi anak-anak merengek dan terus mendesak. Dia tidak tahan mendengar rengekan anak kecil. Dengan enggan dia pergi juga ke kamar lelaki itu dengan dua pasang tangan mungil menyeretnya.“Aku harap kalian tidak menipuku.” Fay memperingatkan.Tiba di kamar yang tidak asing lagi bagi Fay karena pernah semalaman terjebak di dalamnya, dia melihat Cade yang terbaring pucat di bawah selimut. Matanya terpejam rapat. “Badan daddy panas. Sepertinya demam. Mommy periksa saja.” Mika tahu kalau Fay curiga mereka telah berbohong.Tadi malam Mika dan Mike tidur di kamar ayahnya. Pagi sekali Mike terbangun karena merasakan kulit ayahnya yang seperti terbakar. Waktu Mike mencoba membangunkan dan menanyakan keadaan ayahnya, dia hanya mendapatkan jawaban berupa keluhan. Mata ayahnya sempat membuka sedikit, tapi lalu kembali terpejam dan tidak membuka lagi.Dengan enggan Fay menyentuh dahi lelaki itu. Hanya sebentar, dia langsung menarik tangannya lagi. Benar-benar panas. Bu