Share

Pt. 02 - Kill Her

"Bunuh dia."

Naya masih bisa mengingat dengan jelas kata-kata itu. Kata-kata yang Kayasaka ucapkan saat hendak membunuh Arranaya. Dialog yang membuatnya benar-benar membenci Kayasaka sampai akhir.

Dan apa barusan? Lelaki tampan di depannya ini mengatakan nama menyebalkan itu? Apa yang sebenarnya terjadi? Apa Naya masih bermimpi?

"Tunggu, tunggu, apa sebelumnya anda mengenal saya?"

Lelaki berjas abu-abu itu tersentak kaget. Membenarkan letak kacamatanya yang sedikit miring, lalu menjawab "Apa Nyonya sudah lupa siapa saya? Saya Louis, asisten Tuan Kayasaka."

Lagi-lagi nama itu. Kenapa dari tadi orang ini menyebutkan nama antagonis menyebalkan itu terus menerus. "Sepertinya anda salah orang, Tuan. Saya tak mengenal anda dan apakah anda juga pembaca novel Sweet Love? Kenapa dari tadi anda menyebutkan nama Kayasaka?"

Louis benar-benar tak mengerti dengan celotehan gadis dihadapannya. Dia berulang kali mengecek nama di ranjang pasien dan tak menemukan kejanggalan apapun. Jelas-jelas gadis dihadapannya ini adalah nyonya barunya, Arranaya Aleta Whillys yang menikah dengan majikannya tiga hari yang lalu.

"Nyonya, sepertinya saya harus memanggil dokter dengan segera. Luka di kepala anda mungkin menimbulkan efek tertentu."

Naya mengerutkan alis, kini memegangi kepalanya yang terbalut perban. Sejak kapan dia terluka?

"Kenapa aku bisa terluka?" Tanyanya pada diri sendiri.

"Anda kecelakaan bersama saya saat hendak pulang Nyonya. Saat itu truk besar menabrak kita dari belakang. Saya yang ada di depan tidak terluka parah, tapi Nyonya ... nyonya koma sampai tiga hari."

Naya terkejut setengah mati. Bukankah kecelakaan itu hanya mimpi? Dia bermimpi melihat Arranaya yang kecelakaan bersama sang asisten Louis. Tapi tunggu, kenapa dia baru sadar kalau lelaki di depannya ini sangat mirip dengan deskripsi Louis dalam novel? Apa jangan-jangan ...

"Nyonya, apa anda baik-baik saja?"

"Siapa namaku?"

"Nyonya Arranaya." Jawab Louis cepat.

"Nama lengkap?"

"Arranaya Aleta Whillys"

Tidak mungkin. Jelas-jelasnya namanya Naya Raeka Elastien. Kenapa berubah?

"Nyonya, apa yang salah? Kenapa anda menanyakan nama anda sendiri?"

Naya tidak menjawab, kini menatap Louis dengan intens ingin memastikan sesuatu. "Siapa itu Kayasaka?"

"Dia suami anda Nyonya. Memangnya ada apa?"

Tidak! Aku bahkan tak mempunyai pacar. Suami apanya?!

"Dari keluarga mana aku berasal?" Pertanyaan Naya belum selesai.

"Keluarga Whillys. Pemilik kedua Whillys group yang sah."

DAMN! Naya kehilangan kata-katanya.

"Tidak mungkin. Berikan aku cermin! Cepat! Ini pasti mimpi!"

Louis aneh melihat Nyonya barunya itu namun tetap menuruti perintahnya. Setelah menemukan cermin kecil di laci samping ranjang Naya. Louis langsung menyerahkan cermin kecil itu.

Dengan takut-takut, Naya melihat pantulan dirinya sendiri diatas cermin. Terlihat gadis cantik dengan rambut coklat bergelombang yang indah. Jangan gila! Siapa dia?!

"AAAaaaaaa!!! Ini tidak mungkin!?!"

Louis termundur melihat Naya berteriak sendiri setelah melihat parasnya yang cantik. Padahal katanya, Nyonyanya ini berkepribadian anggun dan pendiam. Apa yang salah?

"Siapa yang mengoperasi wajahku?! Katakan!!" Naya berteriak frustasi. Membuat Louis lagi-lagi tersentak kaget.

"Tidak ada yang melakukan operasi wajah Nyonya. Anda memang terlahir seperti itu."

"Tidak! Ini bukan aku!? Ke mana tumpukan lemak dipipiku? Ke mana jerawat kesayanganku?! Ke mana kantong mata coklatku yang lucu itu. Ke mana?!" Naya berceloteh heboh sembari mencubit wajah barunya.

Wajahnya itu benar-benar berubah 1000%. Tak ada kulit asia miliknya lagi. Tak ada jerawat atau masalah kulit yang biasa ia derita. Dia benar-benar melihat wajah seorang dewi di cermin.

Dan sialnya, wajah itu mirip seperti deskripsi Arranaya dalam novel.

Warna iris matanya bahkan persis seperti milik Arranaya. Warna campuran biru dan hijau yang cantik, padahal sebelumnya dia mengingat dengan jelas kalau warna iris matanya itu coklat. Biru hijau darimananya?!

Naya tidak bisa menerima kenyataan ini. Ini terlalu gila untuk dicerna oleh akal sehatnya. Apa mungkin dia berhalusinasi? Tapi halusinasi tak mungkin terlihat senyata ini bukan? Dan lagi, dia juga merasa sakit saat mencubit dirinya sendiri. Jadi ini bukan mimpi.

"Aku bukan Arranaya!!! Anda pasti salah orang. Aku bukan Arranaya!!!" Naya turun dari ranjang dengan susah payah. Mencabut selang infus yang terpasang di lengannya. Membuat Louis ikut panik dan mengikuti langkahnya yang terseret-seret.

Ini tidak masuk akal.

Jelas-jelas dia ingat kalau semalam dia ada dikamar kost nya. Bukan di rumah sakit mewah seperti ini.

"Nyonya!! Anda mau kemana?!" Louis masih mencoba mengejar Naya. Sayangnya, lift yang Naya gunakan bisa membuatnya pergi lebih cepat.

Kini Naya memanfaatkan kerumunan di meja administrasi. Setelah berhasil turun dari kamar rawatnya yang ada di lantai dua. Dia berhasil mengelabui Louis. Dan kini berencana pergi dari Rumah sakit.

"Aku harus cepat pergi. Bagaimana bisa aku menjadi Arranaya yang sepanjang hidupnya begitu menyedihkan?! Dia memang cantik. Tapi Aku tidak mau. Ayo pulang!!! Aku tidak suka di sini."

Naya menyeret kakinya keluar rumah sakit. Sebenarnya, saat ini seluruh tubuhnya terasa ngilu. Seperti kecelakaan itu benar-benar dia alami sendiri. Tadinya, dia hendak menyangkal kejadian gila ini. Tapi melihat bayangannya di cermin, membuatnya merasa ini bukan kenyataan sederhana yang bisa dia atasi. Wajahnya benar-benar menjadi wajah orang lain yang begitu cantik. Dengan mata hijau biru yang sama sekali bukan miliknya.

Apa transmigrasi bisa semengejutkan ini?!

Dan kenapa dia harus terlempar ke dalam tubuh Arranaya?!

***

"Bagaimana dia bisa hilang?!" Kayasaka menggeram marah. Mencengkram kerah kemeja abu-abu milik Louis.

"Ma ... maafkan saya Tuan. Tadi nyonya berbicara aneh. Lalu berlari meninggalkan kamarnya, saya sudah mencoba mengejarnya. Namun karena kerumunan di meja administrasi Nyonya bisa kabur."

Kayasaka menghempaskan Louis begitu saja. Membuat Louis menghisap oksigen dengan rakus. Tarikan Kayasaka bukan main. Padahal dia hanya menggunakan satu tangannya.

Kini, fokus lelaki itu tertuju pada CCTV dihadapannya. Dia melihat CCTV di depan rumah sakit untuk mengetahui keberadaan istrinya. Lebih tepatnya, harta karun terakhirnya. Karena Kayasaka sendiri tak mungkin menikahi Arranaya jika tak punya keuntungan.

"Berhenti."

Kayasaka melihat monitor itu. Menyuruh staff di sana memperbesar gambarnya. Terlihat seorang wanita dengan pakaian rumah sakit nampak menghentikan taxi yang ada dan menaikinya dengan terburu-buru.

"Selidiki seluruh kamera CCTV di sekitar sini. Aku yakin dia belum jauh. Hubungi aku secepat yang kau bisa. Atau ... tidak ada hari esok untukmu." Kayasaka menggenggam bahu asistennya itu erat. Sebelum pergi dengan langkah tegap yang tergesa.

Louis merinding mendengar suara rendah dan tegas milik Kayasaka. Mata hazelnya persis seperti mata singa yang mengintimidasi mangsanya sebelum melumatnya habis.

Begitu dingin dan menakutkan.

Di sepanjang koridor rumah sakit. Leaki dengan sepatu pentofel hitam itu begitu menarik perhatian. Kayasaka dengan parasnya yang menawan mampu menyihir beberapa orang untuk sekedar melirik kearahnya. Namun lelaki berusia 29 tahun itu nampak tak peduli. Baginya, hanya Faniya yang menarik perhatiannya. Hanya gadis itu, tak ada yang lain.

Jika ditanya apa sekarang Kayasaka khawatir pada Naya, dia spontan akan menjawab tidak. Istrinya itu tak lebih hanya pion baginya. Pion kunci untuk melengkapi skenarionya demi mendapatkan Faniya yang kini nampak tertarik dengan Emilio. Lelaki sialan yang tiba-tiba datang ke kehidupannya.

Kayasaka bahkan tidak mengerti apa yang bagus dari Emilio, sehingga Faniya ingin bersamanya. Kemarin saja di pesta pernikahannya. Faniya terus memperhatikan ponselnya dan mengobrol akrab dengan lelaki itu.

"Sial! Kenapa harus hujan?!" Kayasaka menghentak pada kemudi mobil lamborghini hitam kesayangannya.

Saat ini dia sedang berkutat dengan jalanan aspal yang dingin. Sembari terus merutuk, kenapa di saat seperti ini air langit itu harus turun.

Dia bahkan belum menemukan Arranaya, informasi dari Louis beberapa saat yang lalu mendadak menjadi tak berguna, karena nyatanya dia belum juga menemukan gadis itu. Walau dia sudah mengerahkan seluruh orang-orangnya dan bahkan berkorban ikut melakukan pencarian sendiri.

Dia harus menemukan Arranaya.

Jika tidak, di masa depan dia tidak bisa mengakuisisi Whillys Group, perusahaan entertainer terbesar saat ini guna mengalahkan Emilio yang berbisnis di bidang serupa.

Karena fakta pentingnya, perusahaan itu akan jatuh ke tangan Arranaya setelah usia gadis itu genap 25 tahun. Alasannya karena ... Gladys--kakak Arranaya, bukanlah anak kandung dari pemilik Whillys Group sebelumnya. Gladys hanyalah anak angkat yang kini berlagak menjadi tuan rumah. Dia nyatanya hanya gadis murahan yang terlalu sombong dan mudah di manipulasi. Dan dengan senang hati menyerahkan adiknya sendiri.

Kayasaka tau rahasia penting ini lewat agen rahasianya yang mampu mencari seluruh sumber informasi dari lawan-lawannya.

Di sisi lain, Naya mulai kelelahan. Setelah di berhentikan di pinggir jalan karena tidak bisa membayar taksi. Naya menyeret kakinya melalui trotoar jalan. Dia bahkan baru sadar kalau dia berlari tanpa alas kaki. Dan kini berjalan sendirian di tengah hujan.

Dengan keadaan tubuh yang belum stabil. Naya beberapa kali terjatuh dengan menyedihkan, pakaiannya kotor dengan luka goresan yang mulai berdarah karena beberapa kali terhantuk pada aspal ataupun batu kerikil yang tajam.

Rasanya Naya benar-benar putus asa. Di tempat asing ini, dia sendirian, kedinginan dan takut. Dia tak bisa menghubungi siapapun atau bahkan menemukan tempat berlindung. Naya tak tau kesalahan apa yang dia perbuat sampai dia bisa terjebak dalam situasi gila ini.

Transmigrasi?

Hahaha.

Konyol. Itu yang awalnya Naya pikirkan.

Kemarin, dia hanya membaca novel. Dan hari ini, dia ada di dalamnya. Apalagi dengan tubuh yang sama sekali bukan miliknya. Tubuh ini terlalu kurus dan cantik. Juga punya ciri fisik khas eropa yang sama sekali tak cocok dengannya yang 100% orang asia.

"Ku mohon Tuhan ... aku ingin pulang ... " Naya merengek di tengah derasnya hujan.

"Kau memang harus pulang istriku."

Naya menoleh. Suara tegas nan dingin itu menyeruak ke indera pendengarannya. Dengan pandangan buram, Naya melihat kearah lelaki berpayung hitam itu. Jangan gila, apa itu Kayasaka?!

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status