Share

Bab 33. Kita Satu Kamar

Penulis: Angsa Kecil
last update Terakhir Diperbarui: 2025-07-13 23:21:18

David perlahan mengangkat tangannya, hendak menyeka ceceran bubur di pinggir bibir Amber.

Belum juga tangannya menyentuh bibir wanita itu, Amber buru-buru menyeka sendiri bibirnya. Tangannya gemetar, sedikit gugup.

"Ehm ... belepotan ya?" Suaranya lirih, hampir malu-malu, sambil menoleh sedikit ke arah lain.

David hanya tersenyum kecil, tetap tenang meski penolakan itu jelas terasa. Dia tak ambil hati, malah pelan meletakkan piring bubur di nakas.

"Masih kayak anak kecil," ucapnya sambil menyerahkan tissue.

Amber menerimanya, tersenyum kecil. "Makasih, dokter cerewet."

Sesaat, ruang itu hening. David juga mendadak kelu bingung mau bicara apa. Saat ini, beberapa sikap penolakan halus Amber begitu membuatnya lemas.

Lalu, bersamaan, mereka bicara.

"Kamu—" Mereka sama-sama tersenyum kaku.

"Jadi—" Kembali mereka saling menatap canggung.

Lalu tertawa kecil bersama.

"Kamu duluan aja," ucap David.

Amber menggeleng pelan. "Kamu aja. Tapi, ya sudah, aku dulu deh." Dia menarik napas.

David menga
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Menjadi Istri Dadakan CEO Posesif   Bab 34. Rey, Sakit. Lepas ....

    "Tante, bukannya Reyvan tidak menginginkan Amber? Kalau mereka sekamar-" Wajah Grace kesal."Artinya Amber makin licik. Wanita itu tidak sederhana yang kita kira. Sebelum Reyvan terjebak sama trik licik Amber, harus kita selamatkan!""Wanita itu benar-benar harus kita singkirkan!"Dua wanita itu berjalan buru-buru masuk kamar Reyvan.-Sedang di kamar Reyvan.Tubuh Amber terjepit di bawah kungkungan Reyvan di atas ranjang besar. Nafasnya memburu, tangannya berusaha menepis dada Reyvan yang menindih erat tubuhnya. Tapi sayang, satu tangannya ada dalam pegangan kuat Reyvan. Sia-sia."Lepas, Rey … sakit," desis Amber. Suaranya lirih. Dia berusaha melepaskan diri, tapi sia-sia.Reyvan pun seperti tuli mendengar rintihan istrinya. Matanya gelap menatap dalam manik mata Amber, lalu beralih pada bibirn istrinya yang bergetar."Rey ... kamu gila ... lepas!" Tak hanya pada tangan, tapi Amber merasakan nyeri di sekitar perutnya dan mulai pusing. Kemungkinan dari tekanan rasa takut dan stres.Ak

  • Menjadi Istri Dadakan CEO Posesif   Bab 33. Kita Satu Kamar

    David perlahan mengangkat tangannya, hendak menyeka ceceran bubur di pinggir bibir Amber.Belum juga tangannya menyentuh bibir wanita itu, Amber buru-buru menyeka sendiri bibirnya. Tangannya gemetar, sedikit gugup."Ehm ... belepotan ya?" Suaranya lirih, hampir malu-malu, sambil menoleh sedikit ke arah lain.David hanya tersenyum kecil, tetap tenang meski penolakan itu jelas terasa. Dia tak ambil hati, malah pelan meletakkan piring bubur di nakas."Masih kayak anak kecil," ucapnya sambil menyerahkan tissue.Amber menerimanya, tersenyum kecil. "Makasih, dokter cerewet."Sesaat, ruang itu hening. David juga mendadak kelu bingung mau bicara apa. Saat ini, beberapa sikap penolakan halus Amber begitu membuatnya lemas.Lalu, bersamaan, mereka bicara."Kamu—" Mereka sama-sama tersenyum kaku."Jadi—" Kembali mereka saling menatap canggung.Lalu tertawa kecil bersama."Kamu duluan aja," ucap David.Amber menggeleng pelan. "Kamu aja. Tapi, ya sudah, aku dulu deh." Dia menarik napas.David menga

  • Menjadi Istri Dadakan CEO Posesif   Bab 32. Masih Hidup, di mana Dia?

    "Mana dia?!" sentak Reyvan, geram. Dia pun mengedar pandangan sekali lagi dan memang tak menemukan Amber.Prama mengangguk. "Maaf, mungkin saya salah lihat."Lalu, Reyvan menatap kerumunan di sisi sana dan mencegat salah satu waiters. "Ada apa di sana?"Waiters itu mengangguk kecil. "Barusan ada wanita pingsan di toilet dan sudah dibawa temannya pergi."Dahi Prama sedikit berkerut. Dia membuat cocoklogi dengan wanita pingsan dan wajah mirip Amber. Mungkinkah ada sesuatu? Akh, meski ada dugaan, mulutnya sudah tak punya keberanian untuk menyuarakan nama Amber."Dengar, wanita pingsan. Dan mana mungkin wanita galak dan keras kepala seperti Amber bisa pingsan!" Reyvan menghela napas. Entah kenapa dadanya berdenyut nyeri tanpa sebab. Sampai tangannya memegang dada.Prama mengangguk asal angguk.Lalu, Reyvan melanjutkan langkah tanpa berkata lagi. Kini pikirannya hanya ada wajah Amber dan kata 'sayang'. Akhh! Meski seharian ini berusaha menjauh, tapi makin menjauh malah suara 'sayang' itu

  • Menjadi Istri Dadakan CEO Posesif   Bab 31. Tak Sepenuhnya Kalah

    Bisik-bisik di balik meja pantry."Yakin kamu mau ngelakuin ini?""Aku yakin seratus persen." Wanita itu mendesis pelan, wajahnya terukir jelas kebencian. "Tujuh turunan aku nggak terima kalau Amber yang jadi istrinya Pak Reyvan. Siapa sih dia? Anak haram yang nggak diakui, wajah biasa aja, sok cantik, sekarang malah makin sombong.""Kamu gila. Kalau sampai Pak Rey tahu—""Emang Pak Rey segitu pedulinya sama dia? Kalau Amber nggak jadi maling pelaminan, Pak Rey nggak bakal jadi nikah. Kita juga udah kena SP gara-gara dia. Manajer dipindah dan jadi karyawan biasa. Aku nggak peduli kalau harus dipecat. Yang penting Amber harus kena batunya duluan."Salah satu menarik napas pelan. "Terserah kamu aja, tapi aku nggak mau ikut campur.""Pokoknya serahin semua sama aku. Dia nggak akan berani ngadu. Kali ini, aku yang main halus. Tujuanku kali ini, kasih pelajaran sama dia dan buat dia nggak ngadu sama Pak Rey."----Amber masuk ruangannya, langsung dihampiri salah satu teman kerja. Wajah yan

  • Menjadi Istri Dadakan CEO Posesif   Bab 30. Sayang .... panggil Amber

    Amber tiba-tiba memegang pelipisnya. Tubuhnya goyah."Akhh ..," desisnya lirih.Refleks Reyvan yang berdiri tak jauh langsung menangkap tubuhnya yang ambruk. Tatapannya melebar, tegang. "Amber?! Kamu kenapa?"Tubuh Amber limbung dalam pelukan suami. Nafasnya lemah.Opa yang berdiri tak jauh ikut maju satu langkah, tapi menahan diri. Wajahnya tampak jelas mengkhawatirkan. "Ada apa, Amber?"Amber meringis, memegang kepalanya. "Rey, sepertinya ini efek kemarin waktu aku kejatuhan rak buku. Kepalaku pusing banget." Secara langsung mau mengingatkan Opa dan Reyvan soal insiden itu.Reyvan terdiam sesaat. Tatapannya meruncing. Dalam pikirannya seperti mengantongi sebuah dugaan. "Kita ke rumah sakit sekarang. Bisa jadi kamu gegar otak," gumamnya.Opa mengangguk. "Benar. Cepat bawa dia ke rumah sakit, Reyvan."Amber tersenyum tipis. Entah apa yang akan terjadi nanti, yang pasti dia ingin menyelamatkan diri dulu.Tanpa banyak bicara, Reyvan langsung membungkuk, mengangkat Amber dalam gendongan

  • Menjadi Istri Dadakan CEO Posesif   Bab 29. Kompensasi Jandanya Kalingga

    "Ini, Opa. Aku cuma mau tanya. Apa kompensasi seorang janda dari keluarga Kalingga cuma segini? Opa serius? Cuma satu miliar loh? Keluarga Kalingga pelit atau mau bangkrut?"Reyvan membelalak. "Amber! Jaga bicaramu!" pekiknya. Mata Reyvan menegang menatap cek itu, tak percaya. Sungguh dia tak paham dengan apa yang ada di pikiran istrinya. Dadanya sudah hampir meledak karena menahan emosi saat melihat Amber mengambil cek itu dan setuju bercerai darinya, tapi sekarang malah-Opa menatap cek itu dengan senyum tipis. Dia mulai paham arah maksud Amber. "Apa maksudmu, Amber? Kompensasi janda keluarga Kalingga? Bangkrut? Opa sama sekali nggak paham."Reyvan menarik nafas dalam-dalam. "Jangan dengarkan dia, Opa. Dia selalu asal bicara."Amber tersenyum sinis ke arah Reyvan, lalu menatap Opa dengan senyum lebar. "Suamiku, aku mohon kamu diam sebentar. Ada hal penting yang harus aku bahas sama Opa."Reyvan menekan barisan giginya. "Amber, jangan main-main. Kamu tahu apa artinya yang kamu bicara

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status