Share

LEPASKAN SAYA!

"Pak Rio, saya tahu ini rumah Anda. Tapi, riskan sekali kalau dilihat orang Anda masuk ke dalam kamar ini berdua dengan saya. Apa yang—“

“Kamu terlalu percaya diri, Dini.” Rio menoleh dan menatap dingin Dini dengan seringai tipis di bibirnya. “Aku sudah punya istri yang sempurna. Kamu pikir, aku akan tergoda denganmu seperti dulu?”

Mengingat kesempurnaan tubuh istrinya Rio kemarin, cantik, wangi, tubuhnya bersih dengan kulit terawat, dan pastinya kaya raya, Dini tak ragu menggelengkan kepalanya. Wanita itu sempurna. Hanya laki-laki bodoh yang mau mengganti Christa dengan wanita seperti Dini.

"Lagi pula aku tidak tertarik dengan wanita bekas laki-laki lain!"

Pedih, lagi-lagi Rio bicara melukai relung hati Dini. Memang Rio tidak melukai fisik Dini, tapi kata-katanya sangat kejam sekali. Ini lebih menyakitkan untuknya ketimbang dipukul, diusir, dan dimaki oleh Satrio.

"Kalau begitu, kenapa Bapak ingin berduaan dengan saya di sini?"

“Aku hanya ingin memastikan kamu tidak akan bertindak bodoh lagi.” Rio melirik ke arah kaki Dini. “Apa yang kamu lakukan semalam itu merugikanku.”

Dini menelengkan kepala, sebab dia tidak paham ke mana maksud Rio tetapi enggan bertanya lebih jauh.

"Pertama! Sikapmu membuat Christa mengeluh padaku, katanya kamu tak sopan. Apalagi kamu pergi begitu saja! Seperti tidak menghargai jamuan makan kami."

Dia memang tidak menunggu respons siapa pun semalam. Namun, dia merasa tidak salah, sebab sudah berpamitan dengan sopan.

Namun, Dini baru akan membela diri, Rio sudah kembali berbicara.

"Kedua.” Pria itu menunjuk ke arah kaki Dini. “Kamu membuat proses bayi tabung kami terhambat. Tahu kenapa?”

Dini menggelengkan kepalanya, "Aku Cuma—“

“Kamu melukai tubuhmu untuk menarik perhatianku?” tanya Rio dengan tatapan sinis.

Dini terhenyak di tempatnya.

Semalam, saat dia berjalan dari restoran ke rumah ... dia memang tidak mengenakan sandal, sebab sandalnya putus. Kerikil-kerikil kecil, lubang jalan yang tidak beraturan membuat langkah Dini goyah, hingga dia pun terkilir.

Seingatnya, dia tidak melihat Rio melewatinya semalam. Apa mungkin dia tidak fokus sebab tengah tenggelam dalam tangisnya?

“Saya tidak berusaha menarik perhatian siapa pun. Sandal saya putus, saya tidak bawa uang sepeser pun,” ujar Dini menelan ludahnya cepat.

Saat seperti ini, dia sedikit kesal berada di posisi yang serba kekurangan. Andai saja dia masih memiliki uang, kekayaan ... dia tidak akan mungkin memilih menangis sambil jalan kaki.

Dia mungkin akan lebih memilih menangis di bawah guyuran shower jet yang mahal itu.

“Kamu tidak kekurangan uang, Dini. Hanya saja, kamu begitu ceroboh.”

Dini akui, dia memang tidak kurang uang karena Rio mencukupi semua. Namun, semalam adalah hal lain.

Dia tidak membawa sepeser pun uang. Tidak juga membawa kartu ATM yang diberikan Rio, pun ponsel pintar barunya.

Namun, mau sekuat apa pun Dini menjelaskan pada Rio, rasanya percuma. Sebab pemikiran pria itu nyatanya memang sudah buruk sedari awal. Akhirnya, dia hanya mengembuskan napas panjangnya.

“Kenapa? Apa kamu mengakuinya sekarang?” sindir Rio.

“Baiklah, katakan aku ceroboh!” Dini berujar dengan nada melengking. Dia kehilangan kontrol menahan emosinya. “Tapi, apa hubungannya luka di kaki saya dengan proses bayi tabung Anda? Memang bayinya ditaruh di kaki saya? Sinting!”

Wajah Rio semakin memerah usai respons Dini yang lebih berani. Lalu, dengan menyeret tangan wanita itu, Rio menariknya semakin masuk ke dalam kamar dan mengempaskan tubuh Dini ke atas ranjang.

“Pak Rio!”

“Jangan meninggikan suara di depanku!” Pria itu menatap tajam pada Dini yang terlihat ketakutan.

Gerakan Rio yang tengah mengendurkan dasi yang membelit leher pria itu, juga jas yang dilepaskan ke lantai membuat Dini semakin ketakutan.

“Pak Rio, apa yang ingin Anda lakukan?” Dini semakin mundur, berusaha memberikan jarak sebisanya.

Pikirannya sudah negatif saja! Apalagi mata pria itu tidak lepas memindai netranya ketika Rio berjalan mendekat ke tempat tidur. Bulu kuduk Dini berdiri. Dia semakin takut.

“Pak Rio, bukankah saya tidak menarik?” kata Dini terbata-bata. Kala Rio menggulung lengan kemejanya, dia semakin dibuat panik. Apalagi, kala pria itu duduk di kaki ranjang. “Pak, menjauh dari saya!!”

Justru, seringai di bibir pria itu terlihat semakin menakutkan. Apalagi saat tangan Rio berhasil menyambar kakinya. Dini tak bisa menahan teriakannya.

"LEPASKAN SAYA!" 

Mga Comments (2)
goodnovel comment avatar
Kiki Sulandari
Rio....Kendalikan emosimu.....jangan gegabah.....
goodnovel comment avatar
Yuli Yazid
apa yg akan terjadi???
Tignan lahat ng Komento

Kaugnay na kabanata

Pinakabagong kabanata

DMCA.com Protection Status