All Chapters of Menjadi Istri Kedua Cinta Pertamaku: Chapter 1 - Chapter 10
34 Chapters
IBU PENGGANTI
"Ini rumah mendiang papaku. Kamu nggakberhak ngusir aku dan anakku, Satrio!""Tidak berhak katamu? Jelas-jelas kamusudah menandatangani surat perjanjian, berikut surat cerai.”Ucapan pria berengsek itu membuat jantung Diniberpacu. Wajahnya seketika memerah padam. "Kamu biadab, Satrio! Kamumenjebakku!"Wanita itu lantas berteriak, mencoba menerjangSatrio—mantan suami liciknya dengan pukulan bertubi-tubi. Namun, sekuat apa pundia menyerang, Dini tetap kalah.Bukan hanya tenaga yang kalah, dia pun kalahbukti ... sebab Satrio benar, dialah yang menyerahkan seluruh harta warisannyapada pria itu.Berbekal rasa cinta dan percaya, Dini luputmembaca satu pun kalimat di dokumen yang Satrio berikan. "Pergi kamu dari sini. Dan bawa anakharammu itu.” Satrio mendorong Dini dengan kasar. Pria itubahkan tidak membiarkan Dini membawa satu pun barang-barangnya dari rumah. Hanya bersama sang anak, Dini pun akhirnyaterusir dari rumahnya.Hubungannya dengan Satrio memang rumit. Diasudah me
Read more
RODA KEHIDUPAN
Semua berjalan begitu cepat dan ijab kabul pun sudah terjadi. Penghulu dan saksi sudah pergi, kini hanya menyisakan Dini dan Rio yang masih sama-sama berdiam diri.Tidak tahan dengan situasi yang kaku antara dirinya dan Rio, Dini pun memutuskan untuk keluar dari salah satu kamar rumah sakit yang disewa Rio hanya untuk pernikahan mereka."Permisi, Kak.""Memang siapa yang menyuruhmu pergi?"Sayangnya suara Rio yang otoriter itu menahan langkahnya."Apa ada yang ingin Kak Rio bicarakan?"Kemudian, tatapan elang milik Rio mengedar ... menatap Dini dari ujung kepala hingga ujung kaki.Sadar dilihat dengan saksama oleh mantan kekasihnya, Dini pun menunduk ... merasa minder dengan perbedaan penampilan mereka kini."Apa yang terjadi padamu? Ke mana kembang kampus yang dulu cantik itu?”"Ah, itu....” Sesaat, Dini termangu, bingung. Hingga kemudian dia hanya berujar singkat, tanpa berusaha bercerita lebih lanjut. “Roda kehidupan berputar, Kak.”Rio menganggukkan kepalanya nyaris tak kentara. "
Read more
ONDE-ONDE
Dini berjengit, kaget, tetapi beruntung diabisa segera mengontrol ekspresinya dan berhasil menemukan jawaban dengan cepat."Ah, kurasa itu hanya persepsi Kakak.”Dini memulas senyum tipis untuk mendukung alibinya. “Onde-onde adalah makanankesukaanku. Aku sering membawanya dan membagi-bagikannya ketika kuliah dulu.Jadi kurasa dia terpengaruh olehku karena ini makanan favoritku."Tidak lama, seruan seorang bocah membuat Dinimenoleh."Mama, itu temen Mama yang tolonginAnggia?""Oh, iya Sayang. Namanya Om Rio.” Tepatsaat itu, Anggia telah menghampiri Rio lebih dulu. “Dia yang membayarpengobatan Anggia kemarin sama minjemin rumahnya buat kita tinggalsementara."Bocah kecil itu masih memperhatikan Rio yangberdiri dengan tangan terlipat di depan dadanya, menatap pria itu dengan rasapenasaran."Om Rio, makasih udah tolongin Anggia dirumah sakit."Anggia tersenyum lepas, kemudian tanpa didugamendekat dan mengulurkan tangannya. Sejenak, Rio terlihat terkesiap dengansikap bocah yang
Read more
SI MULUT PEDAS
"Eh, maaf Kak!"Bukan hanya Dini saja yang langsung takberkutik saat mendengar celetukan Rio. Dua suster yang juga sedang asik dengancemilan mereka pun langsung membisu.“Ibu macam apa yang tidak menyiapkan minumuntuk anaknya yang sedang makan?!” sindir Rio lagi. “A-ah, iya. Sebentar.” Buru-buru Dini bergerakmengambil sebuah gelas dan mengisinya dengan air mineral."Berikan padaku!” Rio langsung merebutgelas itu dari tangan Dini. “Jangan lupa kopiku!" katanya yang langsungmelenggang menuju Anggia lagi.Sepeninggal Rio, Dini dengan cekatan meracikkopi kesukaan pria itu yang sudah berada di luar kepalanya. 7 tahun terbiasabersama, membuat Dini begitu paham apa yang pria itu inginkan.Piccolo latte adalah kopi yang dikenal berasaldari Spanyol, kesukaan Rio. Tidak butuh waktu lama, wanita itu pun segeramembawa kopi racikannya menghadap si empunya."Ini kak!" seru Dini tanpa menatapRio saat membawa gelasnya mendekat. Bibir Rio yang melengkung tipis kala melihatkopi yang disa
Read more
PAMER KEMESRAAN
"Oh iya kalau begitu aku ganti bajudulu."Baik, kalau begitu aku siap-siap dulu—“"Tidak perlu!” Baru saja Dini membaliktubuhnya, suara Rio kembali menghentikan langkahnya. Wanita itu kembalimenghadap pria itu dengan pandangan bingung. “Apa tidak apa-apa?” tanya Dini, merujuk padapenampilannya yang masih memakai pakaian rumah biasa.Maksud gadis itu adalah ... dia inginmenghargai istri Rio. Bagaimana pun menurutnya, menemui ‘majikannya’ denganmemakai gaun rumah—daster lusuh, adalah hal yang kurang pantas.“Aku tidak membawamu untuk memikatnya.” Rioberujar dengan tatapan tajam. “Kamu hanya wanita yang kupinjam rahimnya. Bukanwanita yang kunikahi dengan sungguh-sungguh.”Saat itu, Dini tertohok. Benar juga, pikirnya.Dia bukanlah siapa-siapa. Dia bukan wanita yang akan menjadi saingan istri Rio.Bagaimana pun, dia hanyalah ‘pembantu’,membantu Rio dan istrinya mendapatkan anak dengan rahimnya.Setelah itu, mereka pun bergegas.Awalnya, suasana mobil terasa mencekam karenatidak
Read more
SEPERTI SEMALAM
Pagi hari ini, ada yang berbeda dari Dini.Wajah wanita itu tidak secerah biasanya, ditambah jalannya yang terlihat tidakbiasa.Semua ini karena dia yang terlalu banyakmenangis semalam. Sedang kakinya, karena dia berjalan dari restoran hingga kerumah, karena lupa membawa uang dan juga ponselnya.Ekspresi Dini semakin keruh mana kala orangyang semalam membuatnya tersiksa datang ke rumah ini."Mana kopi dan sarapanku?" kata Rioyang langsung duduk di meja makan usai menyapa Anggia."Memangnya di rumah Bapak tidak adasarapan?" Dini berkata ketus, tetapi kemudian kembali sibuk menatalauk-pauk di meja."Aku tidak punya kewajiban menjawabpertanyaanmu!" Rio menatap Dini dengan dingin kendati wanita itu tidakmelihat ke arahnya. "Lagipula, aku sudah membayarmu untuk menurutikeinginanku."Dini menatap garang ke arah Rio. "TapiKak Ri--maksudku, Pak Rio membayarku bukan untuk hal ini.""Terserah. Bagaimana pun, mencaripenggantimu bukan hal sulit untukku." Rio melirik ke arah Anggia yan
Read more
LEPASKAN SAYA!
"Pak Rio, saya tahu ini rumah Anda. Tapi,riskan sekali kalau dilihat orang Anda masuk ke dalam kamar ini berdua dengansaya. Apa yang—““Kamu terlalu percaya diri, Dini.” Rio menolehdan menatap dingin Dini dengan seringai tipis di bibirnya. “Aku sudah punyaistri yang sempurna. Kamu pikir, aku akan tergoda denganmu seperti dulu?”Mengingat kesempurnaan tubuh istrinya Riokemarin, cantik, wangi, tubuhnya bersih dengan kulit terawat, dan pastinya kayaraya, Dini tak ragu menggelengkan kepalanya. Wanita itu sempurna. Hanyalaki-laki bodoh yang mau mengganti Christa dengan wanita seperti Dini."Lagi pula aku tidak tertarik denganwanita bekas laki-laki lain!"Pedih, lagi-lagi Rio bicara melukai relunghati Dini. Memang Rio tidak melukai fisik Dini, tapi kata-katanya sangat kejamsekali. Ini lebih menyakitkan untuknya ketimbang dipukul, diusir, dan dimakioleh Satrio."Kalau begitu, kenapa Bapak inginberduaan dengan saya di sini?"“Aku hanya ingin memastikan kamu tidak akanbertindak bo
Read more
MENGUBUR MIMPI
“Diamlah!”Rio menarik kaki Dini ke atas pangkuannya. MataDini sudah memejam, takut membayangkan yang tidak-tidak.Namun, tidak ada yang terjadi lagi selain kakinyaterasa dipegang oleh Rio dengan begitu hati-hati.“Bapak sedang apa?” tanyanya, bingung.“Apa kamu bodoh?” ujar Rio ketus, tetapimatanya tidak lepas dari luka-luka dan kaki Dini yang terlihat mulaimembengkak. “Kakimu terluka, tetapi tidak mencari bantuan untuk diobati? Apakamu benar-benar ingin membuatku dalam masalah besar?”Kalau ada tempat bersembunyi untuk menutupiwajahnya, Dini rasanya ingin masuk ke tempat itu karena dia malu sekali sempatberpikir Rio akan melakukan melecehkannya. Padahal Dini sadar kalau istri Riokecantikannya tak bisa dibandingkan dengan dirinya yang sekarang.Dugaan Dini salah besar!“Luka sekecil apa pun akan mengganggumu, danmembuat proses bayi tabungku terkendala. Bukan hanya kamu yang dirugikan, akudan istriku justru pihak yang paling dirugikan di sini!”Dini diam. Menurutnya, alasan
Read more
HATI YANG EGOIS
“Apa? Bapak mencoba memeras saya?”Kaget, Dini berseru pada Rio.“Bayarannya bukan itu!” Rio kemudian mencuci tangannya di wastafel sebelum kemudian kembali mengangkat Dini dalam gendongannya.Pria itu tidak mengizinkan Dini jalan sendiri alasannya kaki Dini baru diobati dan Rio tidak menutupnya dengan kasa. Alasannya lagi, kasa tidak tersedia di kotak P3K-nya.Dini pasrah, tapi dia juga ingin kepastian dari Rio apa yang pria itu inginkan.Saat Rio sudah mendudukkannya di tempat tidur Dini kembali menagih karena tidak mau berhutang Budi pada Rio lebih banyak lagi. “Lalu, bayaran seperti apa yang Bapak minta?” "Kalau sudah waktunya, nanti aku memberitahumu!" seru Rio yang kembali duduk di samping Dini dan memberikan pijatan.Mulanya, Dini menjerit-jerit kesakitan. Namun, semakin lama ... bahkan nyaris 30 menit Rio melakukannya, dia menjadi semakin nyaman. Rasa sakit itu seolah perlahan sirna."Jangan melakukan kebodohan yang sama yang bisa menyusahkan orang lain!" seru Rio sembari men
Read more
PEMBUAHAN DI DALAM
"Aku tidak setuju! Kamu pembawa gen Thalasemia!"Syukur suaminya sudah bicara lebih dulu dan menolak penawaran Dini. Karena Christa sejujurnya tak setuju juga.Dia dari awal memang tidak terlalu menyukai Dini. Menurutnya, wanita itu selain kotor, tak berasal dari strata sosial yang sama, satu lagi, bagaimana bisa dia menerima sel telur Dini dan merawat anak itu nantinya seperti anaknya sendiri?Ini tak bisa, Christa jijik!"Rio, cuma gen pembawa. Lagian Kamu kan sehat! Aku rasa nggak ada masalah jika Dini menyumbangkan sel telurnya." Rio memang belum pernah mengecek terkait thalasemia."Daripada kita ambil sel telur asal dari dari pendonor yang gak dikenal, ini akan lebih bermasalah. Dan lagi, kamu tahu kan gimana sistem di Indonesia? Ribet! Kecuali kalau kalian bisa bawa Dini ke luar negeri dan inseminasi buatan di sana. Baru deh, ada kemungkinan bisa cari sel telur di sana."Rio juga paham soal ini. Tapi kemungkinan keluar negeri, apa itu mungkin?"Sayang, papaku akan curiga kalau k
Read more
PREV
1234
DMCA.com Protection Status