"Kenapa tidak mengangkat teleponku?" mata Rio masih mengintimidasi Dini dan dia belum mengabulkan keinginan Dini untuk membebaskan tubuhnya.Jari tangannya, masih mengaduk-ngaduk rasa yang menyiksa dan menjadikan tubuh Dini menegang, terangsang."Saya tidak bawa handphone tadi.""Sengaja?""Hm, saya mau serius ikutan kompetisinya. Saya sengaja tidak ingin diganggu," dusta Dini yang sebetulnya dia khawatir kalau Rio melacak keberadaannya melalui handphone dan akan tahu di mana dia berada.Ternyata memang dunia sempit. Peluang usaha yang ingin dicoba Dini, membuat hidupnya makin pelik."Padahal aku menyuruhmu fokus membuat tubuhmu lebih berisi. Aku ingin kamu menjaga dan merawat tubuhmu agar aku bisa terangsang membuahimu. Tapi apa? Kamu membuang-buang waktu!" seru Rio yang masih menunjukkan ketidaksukaannya di saat tangan Dini mengepal kuat karena marah dan rasa di intinya makin menyiksa."Pak, bisa kita bicara tanpa Anda mengganggu tubuh saya?""Sayangnya tidak bisa. Semua bagian tubu
"Jadi teleponku disadap?""Hm, bukan hanya handphone-mu. Karena kamu sudah mengkhianati kepercayaanku, berani mengambil keputusan seperti hari ini, semua isi ruangan ini, dipantau oleh kamera tersembunyi yang baru kupasang. Tidak ada yang tersembunyi meskipun itu di kamar mandi atau di dalam lemari. kamu bicara aku akan tetap mendengarnya. Termasuk, di balkon, dapur, taman belakang, semua sisi bagian rumah ini."Rio bicara sambil berdiri di saat tangan Dini meremas selimut, tak peduli lagi dengan tubuh polosnya yang sudah ter-exspose. Toh, tidak ada guna Dini menutupinya karena Rio sudah melihatnya.Dini memandang geram dengan pikirannya yang tak menyangka perubahan Rio. Rasanya mustahil, seorang sebaik Rio bisa sekejam ini sekarang."Dan aku ingatkan padamu, jangan pecahkan kaca! Atau hukumanmu bertambah, bukan hanya seminggu, tapi sebulan tidak bertemu dengan Anggia!"Dini tak mengerti kaca Apa yang dimaksud oleh pria berstatus suaminya yang kini pergi begitu saja dari kamarnya. Rio
"Apa dipikirnya aku tidak membutuhkan pakaian?"Kalau tidak khawatir Rio akan memisahkan dirinya lebih lama dengan Anggia, Dini tentu sudah memecahkan kaca wardrobe. Dini yang masih berusaha bersabar, mencoba mencari solusi lain.Tapi apakah mungkin ada beberapa lemari yang tidak terkunci?Dini yang sudah hampir putus asa. Dia mencoba membuka satu persatu pintu kaca wardrobe berharap ada salah satu yang tidak terkunci karena kelupaan.Dia juga mencoba menarik semua laci yang dilewatinya berharap akan menemukan kunci atau menemukan pakaian ganti yang tidak harus diambilnya dari lemari."Memang yang ini bisa dibuka kacanya. Tapi masa iya aku harus memakai baju seperti itu sih? Maunya apa coba? Melecehkan aku?"Dan ternyata harapan Dini itu terjawab. Ada satu lemari kaca yang memang tidak terkunci hanya saja, baju di dalamnya semuanya hanya lingerie. Dini jadi resah.Apa Rio memang hanya ingin dia memakai itu?Dini sebenarnya ingin memilih masuk ke dalam selimut ketimbang harus mengambil
"Kamu ingin memperlakukanku seperti wanita nakal?""Setahuku tidak ada salah bagi seorang istri menggoda suaminya dan membuat suaminya ingin pada tubuh istrinya.""Pak Rio!"Dini membulatkan matanya sudah tak tahan lagi dengan keinginan Rio yang menurutnya semakin merendahkan dirinya. Dini tak mengerti kenapa dendam bisa membuat seseorang jadi tidak punya perasaan?Satrio sampai melegalkan segala cara untuk mengambil miliknya hingga membuat dirinya dan putrinya Anggia terlantar. Sekarang Rio, iya memang menyelamatkan Anggia sehingga bisa mendapatkan pengobatan tapi lihat bagaimana perlakuannya pada Dini? Kejam sekali. Menurut Dini, kemarahan Rio karena dirinya meninggalkan pria itu menikah dengan lelaki lain sudah membutakannya. Padahal Rio sendiri tidak tahu bagaimana sulitnya Dini hidup tanpa dirinya dulu.Tapi apakah itu semua harus diungkit olehnya? "Tidak sanggup melakukannya dan ingin putrimu-""Baiklah!" seru Dini yang terpaksa menuruti keinginan orang dihadapannya.Untuk s
"Selamat pagi, Bu Dini, silakan sarapannya sudah siap dan mobil di depan juga sudah menunggu jadi setelah selesai sarapan ibu dan Anggia bisa langsung berangkat."Dini belum tahu di mana keberadaan Rio, tiba-tiba saja sudah mendapat penjelasan yang membuat kepalanya berdenyut.Memang Rio menginginkan dia dan Anggia pergi ke mana? Ini jebakan baru?"Mama nanti habis lihat sekolahannya Anggia boleh pergi ke mall ya. Nanti Anggia mau main capit boneka, mau ambil rabbit yang pink.""Se-sekolah?""Iya Mama. Anggia udah didaftarin sekolah, Mama. Kata om Rio kan sekolahnya udah dibayar dan bagus. Anggia mau tunjukin ke Mama.""Anggia ke sekolah sama om Rio?""Iya. Tapi kalo udah sekolah yang antar jemputnya pakai supir. Mama yang tungguin sama suster juga kata om Rio."Lagi-lagi Rio membuat keputusan tanpa diskusi dulu dengan Dini. Ibunya Anggia ini jadi tidak bisa melakukan apapun kecuali mendengarkan celotehan anaknya saja."Terus nanti habis lihat sekolah, Anggia boleh jalan-jalan ke mall
"Satrio!"Dini kaget dan dia tidak menyangka kalau Satrio akan bertindak segila itu. Memang sih dia tidak mencuri apapun. Tapi tetap saja dia dipermalukan. Apalagi kini security yang dipanggil oleh bodyguard pun juga mendekat pada Dini.Tempat Dini berdiri agak sedikit jauh dari Anggia yang bermain dengan susternya. Beruntung mereka sepertinya larut dalam permainan sehingga tidak memperhatikan Dini yang sedang kesulitan. Dini tak mau anaknya melihat ini."Saya tidak mencuri Pak." Dini membela diri dan tidak mau memberikan tasnya. Dia tidak mencuri apapun."Lihat saja. Kamu tidak berani memberikan tasmu pasti di dalam sana ada barang curian dari pengunjung di mall ini kan? Kamu pikir aku nggak tahu gimana buruknya kamu? Bisa membeli baju branded, dari mana uangnya kalau tidak mencuri?"Makin sinislah orang-orang menatap Dini. Lagi-lagi mereka hanya memperhatikan tentang penampilan luar Satrio dan menganggap apa yang dikatakan oleh pria itu benar adanya."Coba kami lihat dulu isi tasnya
"Aku bersyukur bisa bertemu denganmu di sini karena sebetulnya aku tidak serius-serius amat menyuruh Satrio datang untuk rapat.""Jadi, Mas Darsa sengaja mengundang Satrio ke sini bukan hanya untuk rapat tapi untuk mencari tahu informasi tentang aku?"Saat ini di dalam ruang kerja Darsa, setelah Satrio diusir pergi, Darsa kembali bicara berdua dengan Dini.Dan sejujurnya Dini sebetulnya ingin langsung pamit setelah berterima kasih tapi memang sudah diprediksi juga olehnya kalau Darsa tidak akan melepaskannya begitu saja. "Benar, Dini!""Tapi kan informasi yang dia berikan pastinya tidak mungkin sama seperti yang kuberikan dan dia akan menambahkan banyak bumbu juga.""Ya, aku tahu. Tadinya aku ingin memaksanya untuk mencarimu di manapun kamu berada dan kalau dia tidak berhasil maka aku akan meng-cancel perjanjian kerjasama kami tapi ternyata aku bisa bertemu denganmu sekarang jadi sudah tidak perlu lagi aku bekerja sama dengannya."Barulah Dini paham apa inginnya Darsa dan pria itu ju
"Saya tidak bercerita apapun padanya dan saya juga tidak janjian. Saya tidak tahu kalau dia datang ke mall ini. Saya sudah jelaskan semuanya. Tolong, jangan ada kesalahpahaman."Dini mencoba menjelaskan yang terjadi sampai dia berada di ruangan Darsa ada orang yang duduk di sampingnya tapi tak ada satu suara pun respon dari orang itu.Dia masih tetap diam membeku dan membuat suasana jadi sangat mencekam di dalam mobil. Mana Dini hanya duduk berdua bersebelahan dengannya dengan sekat antara penumpang dengan pengemudi yang dinaikkan jadi Dini mati kutu.Baik kalau Anggia masih ada bersama dengannya tapi tadi saat Dini ke tempat bermain ingin menjemput, ternyata Anggia sudah pulang bersama susternya. Hanya pria yang bersamanya sekarang yang menunggu di dalam mobil di parkiran.Padahal Dini tidak bersalah tapi rasanya tegang betul berada di sampingnya. Masih mending kalau dimarahi. Setidaknya Dini tahu responnya marah atau tidak Tapi kalau sekarang tak ditegur?Tatapannya kaku menatap ke