Share

6 Dia Juga Istri Kamu

Author: Setia_AM
last update Last Updated: 2023-11-23 23:56:02

Slavia mengambil piring, mengisinya dengan nasi dan memandang Shara.

“Sudah lama aku mau tanya soal ini, Kak ... Kalaupun aku hamil dan Kakak yang membesarkan anak aku nanti, apakah orang-orang tidak tambah julid? Maksud aku ... itu sama saja bukan anak kandung Kakak kan?”

Shara ikut mengambil piring sambil menyahut. “Tenang saja, aku sudah menyiapkan rencana ini dengan sangat sempurna. Kalau nantinya kamu berhasil hamil, aku akan di rumah untuk mengurus kamu ....”

“Nggak usah repot-repot, Kak!”

“Apanya yang repot, dengan begitu orang-orang akan aku buat percaya kalau aku hamil dan harus istirahat total di rumah.”

Astaga, batin Slavia dalam hatinya. Shara terlihat sangat terobsesi memiliki momongan hanya karena terbawa perasaan terhadap komentar teman-teman tongkrongannya.

Setelah selesai sarapan, Slavia duduk-duduk di halaman belakang. Rumah Rio sangat besar dan terkesan sepi karena hanya ditinggali oleh dua anggota keluarga saja, pantas jika Shara merasa kesepian.

“Aku mau pergi, kamu jaga rumah ya?” pesan Shara. “Seharian ini Mas Rio biasanya kerja di kantor, nanti ada ibu-ibu yang datang untuk beres-beres rumah. Terserah kamu mau ngapain, asal jangan sampai fisikmu capek. Ingat kalau saat ini kamu sedang mengemban tugas yang sangat penting, yaitu supaya bisa hamil anak Mas Rio!”

“Iya, Kak ...” sahut Slavia lirih.

Setelah Shara meninggalkan rumah, Slavia masih duduk di halaman belakang sembari menikmati semilir angin yang menerpa wajahnya.

Aku jalani saja dulu, pikir Slavia. Toh aku juga belum dapat pekerjaan sejak lulus kuliah, hitung-hitung sambil belajar jadi istri yang baik.

Untuk siapa pun jodohnya nanti ....

***

Shara tiba di rumah ketika hari sudah sore, hanya selang beberapa menit sebelum Arsen pulang kerja.

“Aku agak tidak enak badan,” ungkap Rio ketika bertemu dengan Shara di dapur.

“Mentang-mentang pengantin baru,” goda Shara. “Aku buatkan minuman jahe ya, Mas?”

Rio mengangguk. “Bisa pijat sekalian juga tidak?”

“Bisa, nanti aku minta tolong Via dulu ... Aku juga baru sampai rumah nih, Mas.”

Rio seketika tertegun.

“Kenapa harus Via?”

“Karena dia juga istri kamu kan? Kami bisa urus kamu bersama-sama kok, Mas.”

Rio diam saja, bahkan ketika Shara betul-betul memerintahkan Slavia untuk memijatnya di kamar utama.

Dengan canggung, Slavia memberanikan diri untuk meminta Rio membuka bajunya.

“Apa nggak risi, Kak? Pakai baju basah begitu ...” komentarnya.

“Aku kan tadi tidur pakai baju ini,” ujar Rio. “Wajar lah kalau basah, tadi saja aku keringetan banyak sekali ...”

“Kak Shara bilang jangan lupa Kakak diurusin, diperhatikan pola makannya, dikasih suplemen juga biar tahan cuaca ... Wah, segitunya ya Kak Shara masih perhatian sama Kakak?” kata Slavia lagi.

“Begitulah, Shara sebenarnya adalah istri yang perhatian, karena itu aku tidak ingin kehilangan dia.” Rio menimpali.

“Semoga kalian langgeng, syukur-syukur Kak Shara yang segera hamil dan bukan aku.”

“Semoga, dia itu cuma terpengaruh sama teman-temannya yang suka pamer anak.” Rio mengernyit. “Ini kamu yakin bisa pijit?”

“Coba dulu,” kata Slavia meyakinkan. “Sini, aku bantu ...”

“Tidak usah, aku bisa sendiri. Aku sudah dewasa,” tolak Rio, yang kemudian membuka kancing kemejanya satu per satu dan mengusap sisa-sisa keringat dengan kemejanya tadi.

Slavia menoleh dan melihat Rio yang sudah bertelanjang dada.

“Kakak mau duduk apa tengkurap?” tanya Slavia. “Kalau duduk, aku bisa sambil nonton film.”

“Tengkurap saja deh,” jawab Rio. “Aku masih mau tidur lagi.”

Rio mengubah posisinya menjadi berbaring tengkurap. Dia bisa merasakan ketika Slavia mulai mengoleskan minyak kayu putih ke area yang akan dia pijit.

Sesaat kemudian Slavia mulai memijat bahu Rio dengan kepala terarah ke layar televisi yang menayangkan film horor kesukaannya.

“Kamu kenapa nontonnya film hantu?” komentar Rio sambil memejamkan mata. “Cewek kan biasanya suka drama romantis!”

“Seleraku kan beda, Kak!” Slavia menoleh dan memperkuat pijatannya di bahu kekar Rio. Satu tangannya terulur dan memegang lekukan di bahu Rio kemudian tangan satunya masih bergerak memijat.

Alih-alih merasa risi, tangan Slavia yang halus dan bersentuhan langsung dengan kulitnya membuat Rio serasa membeku. Dia memejamkan kedua matanya sambil berusaha rileks, tapi sentuhan Slavia lama-lama membangunkan sisi dirinya yang lain.

“Vi, sudah cukup enakan ini.” Rio mengingatkan.

Slavia lantas menuang beberapa tetes minyak kayu putih kemudian membalurkannya dengan merata di punggung Rio.

Untuk beberapa saat lamanya Slavia mengusap-usap sekujur punggung suaminya dengan tangannya yang halus, membuat Rio seakan melayang hingga langit ke tujuh.

Ketika Rio merasakan ada sesuatu yang mengganjal dan membuatnya tidak nyaman, mendadak dia membalikkan badannya dan tanpa sengaja menindih satu lengan Slavia yang masih terjulur.

“Eh Kak, aduh! Tangan aku kejepit nih!” protes Slavia panik. “Kakak kenapa sih balik badan nggak bilang-bilang?”

“Kak, beneran ini tangan aku nyelip di bawah badan Kakak!” seru Slavia lagi sambil berusaha keras menarik tangannya yang tertindih tubuh Rio.

Tanpa diduga, Shara masuk ke dalam kamar utama sambil membawa secangkir jahe panas mengepul.

“Mas, diminum dulu air jahenya ...” Shara terkesiap ketika melihat penampakan yang ada di depan matanya.

“Kak, aku kejepit nih!” teriak Slavia kesal, belum menyadari kedatangan kakaknya.

“Ya ampun, apanya yang kejepit, Vi?” seru Shara sambil meletakkan cangkir jahenya di atas meja samping tempat tidur.

“Eh, Kak Shara!” Slavia menoleh sambil membungkuk karena lengannya yang masih terhimpit tubuh Rio. “Ini ... tanganku ketindih.”

Shara mengerjabkan matanya heran, karena menurutnya bukan Slavia yang tertindih melainkan Rio. Jelas-jelas matanya melihat Slavia yang posisinya membungkuk menindih Rio yang berbaring di bawahnya.

“Ya sudah, nanti jangan lupa air jahenya diminum.” Shara berbalik dan buru-buru pergi meninggalkan kamar utama secepat mungkin.

Rio membuka sebelah matanya.

“Kak, bangun! Tangan aku nih ...” rengek Slavia. “Aku sudah kesemutan ini!”

“Apa sih, ribut sekali cuma tangan kamu saja yang kejepit,” gumam Rio. Dia membuka matanya dan melihat kepala Slavia membungkuk tepat di atas dadanya.

“Serius Kak, tangan aku kesemutan ini ...” keluh Slavia lagi. “Kakak cepat bangun dong.”

“Ini sudah ada yang bangun gara-gara kamu,” celetuk Rio.

Slavia mendongak dengan wajah berkeringat. Rio sampai bisa melihat bulu matanya yang panjang dan lentik di kedua matanya yang besar seperti boneka.

Dari sepasang mata boneka yang dimiliki Slavia, pandangan Rio perlahan turun ke daerah perbukitan yang tersembunyi di balik kaos berkerah yang dipakai istri keduanya.

Slavia mengikuti arah pandangan Rio yang mencurigakan, kemudian dengan satu tangannya yang masih bebas, dia langsung mendorong pelan wajah kakak iparnya itu sejauh mungkin.

“Ingat istri kamu, Kak!” omel Slavia antara malu dan marah. “Bukannya nolong aku, kamu malah lihat-lihat nggak jelas! Mata keranjang!”

“Duh ...” Rio memegang wajahnya. “Kan kamu sendiri yang menunjukkannya ke aku. Jangan menuduhku seakan-akan aku ini laki-laki mesum seperti di luaran sana ....”

“Memang itu kenyataannya,” sergah Slavia membela diri. “Terus ini gimana urusannya, Kak? Tangan aku sudah mati rasa.”

Bersambung—

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Menjadi Istri Kedua Kakak Ipar    120 Membuka Luka Lama Kembali

    Slavia lantas menaruh foto terakhir dan sukses membuat Shara terperanjat. “Kenapa kamu menaruh foto Mas Rio di situ?” “Memangnya salah kalau foto ayah kandung ditaruh dekat dengan anak-anak kandungnya?” Shara melotot. “Anak-anak kandung ...? Anak Mas Rio dengan kamu cuma Nico!” “Coba perhatikan lagi, yang ini mamanya Luna. Bibir dan hidungnya sangat mirip sama Mas Rio.” Dengan napas yang menderu cepat, Shara mengamati foto Rio dan Lunara bergantian. Semakin dilihat, semakin kemiripan itu menjelma nyata. “Nggak ... ini nggak mungkin! Mas Rio punya anak lagi ... selain Nico?” Slavia mengangguk tenang. “Kamu bohong, Vi. Kapan kamu hamil lagi? Itu pasti anak dari laki-laki lain kan? Anak dari suami baru kamu!” “Aku belum pernah menikah lagi sampai sekarang,” kata Slavia jujur. “Seharusnya kamu berpikir, gimana ceritanya aku tinggal berjauhan sama Mas Rio, tapi masih bisa hamil anaknya?” Shara menatap Slavia dengan penuh dendam. “Aku nggak percaya ini ....” “Tanya saja sama Mas

  • Menjadi Istri Kedua Kakak Ipar    119 Ikatan Batin Ayah dan Anaknya

    Sebuah mobil asing ternyata sudah menunggu ketika Ardan tiba di rumah Slavia. “Itu mobilnya Pak Rio, Dan!” “Mau aku antar sampai rumah?” “Nggak usah, aku akan hadapi Pak Rio sendiri.” “Apa kamu yakin, Vi? Kalau dia menyakiti kamu gimana?” “Aku sudah mempekerjakan asisten rumah tangga, Dan. Setidaknya aku nggak benar-benar sendirian di rumah,” jawab Slavia. “Kamu pulang saja, kamu juga harus istirahat karena ada air in kamu sama Raras sibuk banget bantu aku.” Mau tak mau Ardan mengangguk. “Kalau ada apa-apa, kamu harus cepat hubungi aku atau Raras.” “Pasti, aku turun ya?” Dengan berat hati, kartun terpaksa mengganggu dan membiarkan Slavia turun dari mobilnya. “Lama sekali, sengaja?” sambut Rio datar ketika akhirnya Slavia muncul di hadapannya. “Aku kan harus jaga-jaga, takutnya kamu coba-coba menyerangku karena aku sudah melaporkan istri kamu ke polisi.” “Bisa kita bicara baik-baik?” “Oke, masuk saja ke rumahku.” Tanpa menunggu jawaban Rio, Slavia segera meninggal pergi mem

  • Menjadi Istri Kedua Kakak Ipar    118 Siap untuk Klarifikasi

    “Kenapa, Bik?” “Ada polisi di depan, Pak ....” “Polisi? Mereka cari siapa?” Rio terbelalak kaget. “Cari ibu, Pak ... Saya nggak berani bilang Bu Shara, makanya saya langsung bilang Bapak saja.” Rio mengusap wajahnya dengan kalut. Ada masalah apa lagi ini? “Selamat malam, Pak!” “Selamat malam, ada perlu apa ya Pak?” tanya Rio sopan. “Kami datang ke sini sambil membawa perintah surat penangkapan untuk Bu Shara,” jawab salah seorang petugas yang datang. “Memangnya istri saya kenapa, Pak?” “Istri Bapak ditangkap atas laporan pengayaan terhadap Bu Slavia.” Rio terperanjat kaget, terlebih ketika petugas polisi menyebut nama mantan istri keduanya. “Mas, ini kita mau ke mana?” tanya Shara ketika Rio menjemputnya di kamar. “Ada yang mau bertemu sama kamu ....” “Siapa?” Rio tidak menjawab. Bukannya dia seorang suami yang tega, justru dia sangat ingin tahu tentang apa yang sedang terjadi sebenarnya. “Polisi? Kok mereka ada di sini sih, Mas?” Shara langsung menghentikan langkahnya s

  • Menjadi Istri Kedua Kakak Ipar    117 Melaporkan Kasus Penganiayaan

    Shara manggut-manggut, dia sangat yakin jika Slavia tidak akan seberani itu untuk melapor. Atau dia akan membuat namanya kembali viral, dan berimbas ke bisnis online yang digelutinya. “Gimana keadaan kamu, Vi?” “Ya beginilah, Ras ... Luna gimana?” “Ardan yang jemput Luna, kamu tenang saja.” Slavia menarik napas panjang. “Kamu harus dirawat ingat di sini ya?” tanya Raras. “Sebenarnya aku mau pulang, tapi tapi kepalaku pusing banget dan sama dokter diminta untuk observasi di klinik dulu sementara ....” “Atau kamu pindah ke rumah sakit saja?” “Nggak usah lah Ras, aku kan dianiaya bukan sakit kronis.” Raras menghela napas. “Tapi menurutku perbuatan mereka itu sudah sangat keterlaluan, mereka nggak Cuma mempermalukan kamu, Vi. Mereka juga menganiaya kamu, entah apa yang akan terjadi seandainya aku sama Ardan nggak datang ....” “Oh ya, kalian berdua kok bisa tahu posisiku sama apa yang aku alami?” tanya Slavia penuh rasa syukur. “Bukannya kamu yang nelepon pakai aplikas

  • Menjadi Istri Kedua Kakak Ipar    116 Korban dari Ide Gila Kakaknya

    Jantung Slavia berpacu dengan cepat ketika para wanita itu merundungnya baik verbal maupun fisik, dari mulai menjambak rambut, menampar wajah, dan menarik telinganya beramai-ramai. “Hentikan ini, aku nggak sepenuhnya salah!” teriak Slavia sambil menutupi wajahnya. “Banyak omong, aku viralkan kamu ya!” “Dasar pelakor hina!” Slavia berusaha melawan, tapi tentu saja dia kalah jumlah. Orang-orang mulai berdatangan untuk melihat apa yang terjadi, bahkan ada yang berusaha untuk menghentikan penganiayaan itu. “Stop, Ibu-Ibu! Ini ada apa?” “Tolong jangan main hakim sendiri!” “Anda ini kan sesama perempuan, kenapa menyakiti perempuan?” Teman-teman Shara menghentikan sejenak aksi bar-bar mereka. “Dia ini pelakor!” “Betul, dia adalah orang ketiga dalam rumah tangga teman kami!” “Haahh? Jadi dia itu pelakor?” Slavia menurunkan tangannya dan berteriak. “Bohong, itu semua fitnah!” “Wah, berani juga pelakor ini!” “Iya nih, dasar nggak punya malu!” “Aku memang bukan pelakor, istri perta

  • Menjadi Istri Kedua Kakak Ipar    115 Sang Penggoda Itu

    Mana bisa begitu,” tolak Shara. “Nico itu anak Mas Rio, dan aku adalah istrinya.” “Aku nggak peduli, aku ini ibu kandung Nico.” “Nggak bisa, Vi. Sesuai perjanjian, Nico harus kamu serahkan kepada Shara dan Rio untuk dirawat.” Rini menengahi. “Ibu lupa kalau perjanjian itu sudah enggak berlaku lagi?” tanya Slavia mengingatkan. “Mas Rio dan ibunya sendiri yang datang untuk bujuk aku supaya melanjutkan pernikahan itu, sedangkan uang ganti rugi yang sudah Kak Shara bayarkan juga diganti sama Mas Rio.” “Jadi kamu mau uang?” sentak Shara. “Tolong deh, bisa nggak jangan pakai teriak-teriak?” Slavia mengingatkan. “Di sini itu tempat umum, bukan tempat buat marah-marah ....” Rini mengusap tangan Shara. “Tenang.” Slavia menarik napas. “Sejak awal aku sudah bilang sama mas Rio Kalau aku cuma mau mengurus masalah hak asuh Nico, aku nggak peduli lagi sama kalian berdua. Asal aku nggak diusik, aku juga nggak akan mengusik kamu ataupun Mas Rio.” “Kamu nggak usah bohong, Vi. Buktinya kamu int

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status