Home / Romansa / Menjadi Istri Keponakan sang Mantan / Bab 113 : Kehancuran William

Share

Bab 113 : Kehancuran William

Author: Vanilla_Nilla
last update Last Updated: 2025-06-01 17:49:01

"Aku akan menikahi Sophia," ucap Daniel tegas, tanpa sedikit pun keraguan dalam suaranya.

Sontak, seluruh ruangan kembali hening. Tatapan terkejut langsung tertuju padanya. Beberapa orang bahkan tampak saling menoleh, seolah ingin memastikan apakah mereka benar-benar mendengar pernyataan itu dengan jelas.

Bagaimana tidak? Sophia—wanita yang disebut Daniel—bukanlah wanita sembarangan. Ia adalah istri dari David, keponakan Daniel sendiri. Pernyataan itu bukan hanya mengejutkan, tapi juga menimbulkan tanda tanya besar di benak semua orang yang hadir di ruangan itu.

Daniel tahu, kata-katanya barusan akan mengguncang. Tapi ia juga tahu, ini adalah satu-satunya jalan jika ia ingin berhenti hidup dalam bayang-bayang dan kebohongan. Ia memilih untuk jujur … meski risikonya begitu besar.

"Apa Paman sudah gila? Sophia adalah istriku!" bentak David, wajahnya merah padam dengan amarah yang tak tertahankan. Ia tak bisa menerima kenyataan pahit itu, apalagi ketika yang mengatakannya adalah pama
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Menjadi Istri Keponakan sang Mantan   Bab 117 : Kamera Pengawas

    Langkah Anne baru saja mencapai pintu utama saat itu juga, suara berat Edward terdengar dari belakangnya. "Mau ke mana kamu?" tanyanya dingin, nada curiga langsung terasa dari cara bicaranya. Anne menoleh pelan. Ia mencoba tetap tenang meskipun hatinya berdegup tak karuan. "Saya hanya ingin membeli beberapa sayuran, Tuan. Stok di dapur sudah menipis sejak kemarin." Edward menyipitkan mata, lalu melangkah mendekat. "Kamu sudah tahu, kan? Tidak ada satu orang pun yang boleh keluar masuk mansion ini tanpa seizinku." Anne menggenggam tali tas kecilnya erat. "Kalau saya tidak membeli bahan makanan, bagaimana orang-orang di mansion ini bisa makan, Tuan? Beberapa pelayan bahkan sudah mulai memasak seadanya." Edward terdiam sejenak, lalu mendesah panjang dengan nada malas. Ia tahu Anne tidak berbohong. Tapi ia juga tak sepenuhnya percaya padanya. "Baik, tapi kamu tidak akan pergi sendirian." Ia menoleh ke arah dua pria berseragam hitam yang berdiri tak jauh dari sana. "Kalian berdua,

  • Menjadi Istri Keponakan sang Mantan   Bab 116 : Sebuah Rencana

    "Permisi, apa ada seseorang di sana?" Suara pria dari balik pintu terdengar, disertai ketukan yang kembali berulang. Nadanya terdengar sopan, namun cukup keras untuk membuat jantung mereka berempat berdegup kencang. Daniel mendekat perlahan, lalu membuka celah kecil pada pintu untuk memastikan siapa yang datang. Seorang pria berdiri di sana, mengenakan seragam pengantar makanan lengkap dengan tas besar di punggungnya. Daniel menarik napas lega. "Ternyata cuma kurir makanan," ujarnya sambil menoleh ke dalam. Mendengar itu, semua orang di dalam ruangan langsung menghela napas panjang. Ketegangan yang sempat mencekam pun perlahan mereda. Daniel membuka pintu dan menerima pesanan dari pria berseragam. Tak lama kemudian, mereka kembali duduk di ruang tengah, membiarkan aroma makanan yang baru datang itu memenuhi ruangan. Namun, tak satu pun dari mereka merasa lapar. Pikiran mereka hanya tertuju pada satu hal: bagaimana cara kembali ke mansion William tanpa diketahui Edward. "Kita t

  • Menjadi Istri Keponakan sang Mantan   Bab 115 : Surat Cerai

    Setelah diusir dari mansion William, Daniel dan David kini tinggal di sebuah apartemen sederhana milik Daniel. Sore ini, suasana ruang tamu dipenuhi ketegangan. Di atas meja kaca, sebuah amplop cokelat tergeletak di sana. David berdiri di hadapan Sophia yang duduk di sofa, tubuhnya tampak lelah, tapi ia mencoba untuk tetap tegar. David lalu menyerahkan amplop itu padanya. "Ini," ucapnya singkat. Sophia mengernyit, lalu mengambil amplop itu. "Apa ini?" tanyanya pelan. "Surat cerai," jawab David tanpa berusaha menutupi nada berat di balik ucapannya. Mata Sophia membulat. "Cerai?" David mengangguk. Perlahan, Sophia mengangkat wajahnya, menatap ke arah Daniel yang berdiri tak jauh dari mereka, lelaki itu bersandar di dinding dengan tangan dimasukkan ke dalam saku celana. Tatapannya menyiratkan pertanyaan yang tak sempat diucapkan. "Kau tidak menyuruhnya melakukan ini ... kan?" Daniel tak langsung menjawab. Ia menarik napas panjang sebelum akhirnya berkata, "Dia sendiri yang mem

  • Menjadi Istri Keponakan sang Mantan   Bab 114 : Kelicikan Edward

    Sophia akhirnya menatap David, matanya mulai memerah. "Kalau kau memang ingin membicarakan malam itu, mari kita bicarakan semuanya, David," ucapnya pelan namun terdengar jelas di ruangan yang hening itu. David mengernyit. "Apa maksudmu?" "Bukankah kau juga menghabiskan malam pertamamu ... bersama Anne?" Deg. Suasana sontak berubah. Anne yang duduk tak jauh dari David terlonjak, wajahnya seketika memucat. William yang sedari tadi hanya menjadi pendengar pun kini mendongak, matanya menatap cucunya dan Anne silih berganti. "Apa?" David nyaris berbisik, seakan tak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya. Sophia menghela napas dalam. "Jangan tanya padaku seolah kau korban satu-satunya. Kau meninggalkanku di kamar yang seharusnya menjadi awal rumah tangga kita, lalu pergi ke kamar Anne. Aku tidak bodoh, David. Seprei putih itu tidak berbohong." Anne membeku di tempat duduknya, wajahnya menunduk tak sanggup menatap siapa pun. David memandang ke arah Anne, matanya melebar. "A-An

  • Menjadi Istri Keponakan sang Mantan   Bab 113 : Kehancuran William

    "Aku akan menikahi Sophia," ucap Daniel tegas, tanpa sedikit pun keraguan dalam suaranya. Sontak, seluruh ruangan kembali hening. Tatapan terkejut langsung tertuju padanya. Beberapa orang bahkan tampak saling menoleh, seolah ingin memastikan apakah mereka benar-benar mendengar pernyataan itu dengan jelas. Bagaimana tidak? Sophia—wanita yang disebut Daniel—bukanlah wanita sembarangan. Ia adalah istri dari David, keponakan Daniel sendiri. Pernyataan itu bukan hanya mengejutkan, tapi juga menimbulkan tanda tanya besar di benak semua orang yang hadir di ruangan itu. Daniel tahu, kata-katanya barusan akan mengguncang. Tapi ia juga tahu, ini adalah satu-satunya jalan jika ia ingin berhenti hidup dalam bayang-bayang dan kebohongan. Ia memilih untuk jujur … meski risikonya begitu besar. "Apa Paman sudah gila? Sophia adalah istriku!" bentak David, wajahnya merah padam dengan amarah yang tak tertahankan. Ia tak bisa menerima kenyataan pahit itu, apalagi ketika yang mengatakannya adalah pama

  • Menjadi Istri Keponakan sang Mantan   Bab 112 : Pengakuan Daniel

    Setelah telepon ditutup, Sophia menatap layar ponselnya sejenak sebelum akhirnya berdiri dari sofa ruang tamu. "Ayah …" panggilnya pelan. Robert yang sedang membaca koran menoleh pelan. "Kamu mau ke mana, Sophia?" "Aku … mau pulang, Ayah. Tiba-tiba Daniel menelepon dan katanya ingin bicara," jawab Sophia sambil mengambil tas kecilnya. Robert mengangguk singkat. "Hati-hati di jalan. Kalau ada apa-apa, beri tahu ayah." Sophia mengangguk, lalu berjalan keluar rumah. Langkahnya cepat, meski dalam hati ia penuh dengan pertanyaan. Sesampainya di pinggir jalan, ia segera menghentikan sebuah taksi dan masuk ke dalamnya. Tak lama, mobil itu melaju membelah jalanan kota yang mulai dipadati kendaraan sore. Di dalam taksi, Sophia bersandar pada sandaran kursi, matanya menerawang ke luar jendela. Hatinya tak tenang. Kata-kata Daniel tadi terus terulang di kepalanya: "Aku ingin mengatakan sesuatu padamu." 'Sebenarnya apa yang ingin dia katakan? Kenapa nadanya terdengar begitu mendesak?' pik

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status