Home / Romansa / Menjadi Istri Kesayangan Kapten Adnan / Bab. 224: Menjadi Istri Kesayangan kapten Adnan

Share

Bab. 224: Menjadi Istri Kesayangan kapten Adnan

Author: Faoo pey
last update Last Updated: 2025-07-10 00:18:36

Beberapa orang berdiri terpaku di tengah hujan, wajah mereka muram, pakaian basah kuyup menempel di tubuh.

Tak satu pun dari mereka kembali. Kecemasan mulai menyelimuti mereka semua. Dalam cuaca seburuk ini, bahkan pria dewasa yang kuat pun bisa berada dalam bahaya—apalagi Agatha, seorang wanita hamil yang sudah mendekati waktu melahirkan.

Suasana hati semua orang semakin buruk. Mereka tak tahu harus mulai mencari ke mana. Keheningan sesekali hanya dipatahkan oleh suara hujan dan gemuruh guntur.

“Lebih baik kita ke markas tentara dan memberi tahu kapten Adnan,” usul seseorang. “Biar dia yang mengerahkan pasukan untuk melakukan pencarian besar-besaran. Dengan begitu, peluang menemukannya akan lebih besar.”

Erin mengangguk setuju dan menawarkan diri, “Biar aku yang pergi ke tentara dan lapor.”

Namun, Paman Fahar segera menggeleng tegas. “Tidak bisa. Cuaca seperti ini sangat berbahaya. Tanah sudah jenuh air. Kalau longsor atau batuan jatuh dari gunung, itu bisa fatal.”

Tanah dan batu di
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Menjadi Istri Kesayangan Kapten Adnan   Bab. 232: Menjadi Istri Kesayangan Kapten Adnan

    “Kalia berdua sangat akur sekali. Kamu tahu cara menjaga adikmu. Kamu benar-benar kakak yang baik,” ujar Agatha sambil mengelus lembut bagian belakang kepala Carel.Carel langsung menimpali dengan penuh semangat, “Bibi, kalau Bibi nanti melahirkan adik laki-laki, aku pasti akan merawatnya seperti aku menjaga Yaya!”Yaya yang mendengarnya pun ikut menimpali, “Bibi, aku juga ingin punya adik laki-laki! Ayah membelikanku banyak mainan kecil, dan semuanya akan kuberikan untuk adik laki-lakiku nanti.”Agatha tersenyum dan mengelus kepala Yaya, “Yaya hebat, Bibi akan ingat janjimu. Nanti kamu harus berbagi semua mainan itu dengan adikmu, ya.”Yaya mengangguk serius, “Yaya selalu menepati janji.”Setelah itu, semua orang masuk ke dalam rumah. Yolan menyerahkan tiket kereta kepada Adnan dan berkata, “Ini tiket kereta tidur besok pagi pukul sepuluh. Simpan baik-baik.”Adnan menerima tiket itu dan langsung menyelipkannya bersama kartu identitasnya.“Cakra akhir-akhir ini sangat sibuk, jadi dia

  • Menjadi Istri Kesayangan Kapten Adnan   Bab. 231: Menjadi Istri Kesayangan Kapten Adnan

    Agatha bermain-main dengannya, dan Adnan dengan senang hati menanggapi. Ia bahkan sengaja membungkuk dan mencium istrinya.“Bagaimana? Tidak bau, kan?”Adnan mengangguk puas. “Ya, baunya sudah hilang. Tapi kamu benar-benar tidak ingin ikut denganku ke rumah sakit?”“Tidak perlu. Untuk apa pergi kalau aku merasa sehat-sehat saja?”“Baiklah. Kalau begitu, jangan dipaksakan. Tapi kalau kamu merasa tidak nyaman, ka6u harus bilang padaku, ya?”“Aku tahu. Sekarang cepat pergi ke markas, nanti kamu terlambat.”Setelah Adnan pergi, Agatha menutup gerbang halaman, lalu kembali ke kamar.Memikirkan kembali kejadian semalam—saat dirinya masuk ke dalam ilusi—rasanya seperti mimpi. Tapi ia ingin memastikannya.Ia duduk di tepi tempat tidur, memejamkan mata, dan dalam hati berkata: “Aku ingin masuk ke dalam ilusi.”Tiga detik berlalu. Ketika ia membuka matanya lagi, dunia di sekelilingnya telah berubah.Langit biru terang dengan awan putih mengambang lembut. Burung-burung berkicau ceria. Aroma bung

  • Menjadi Istri Kesayangan Kapten Adnan   Bab. 230: Menjadi Istri Kesayangan Kapten Adnan

    Malam itu, Agatha kembali mengingat saat dirinya melihat Coco berdiri di atas batu, menantang sambaran petir. Kini ia tahu, pemandangan itu bukan halusinasi—itu nyata.Coco bukan musang biasa. Ia telah hidup selama dua ratus tahun.Setiap seratus tahun, ia harus menjalani ujian petir, yang disebut juga kesengsaraan guntur. Jika berhasil melewati ujian itu, maka ia dapat melanjutkan hidupnya seratus tahun lagi. Tapi jika gagal, maka ajal akan menjemputnya.Setiap siklus seratus tahun juga membawa perubahan. Jika ia berhasil bertahan, maka semua ingatan dari siklus sebelumnya akan terhapus, dan ia memulai lagi dari awal.Seratus tahun pertama, ia hidup seperti binatang biasa, tinggal di pegunungan dan menjadi hewan ternak.Di seratus tahun kedua, ia mulai menunggu seseorang yang memiliki takdir terikat dengannya—manusia yang bisa membuat kontrak spiritual dengannya. Jika manusia itu tulus, memperlakukannya dengan kasih sayang seperti keluarga sendiri, maka kekuatan kultivasinya akan ber

  • Menjadi Istri Kesayangan Kapten Adnan   Bab. 229: Menjadi Istri Kesayangan Kapten Adnan

    Sejak malam itu, Coco benar-benar menghilang.Agatha sudah bertanya ke banyak hewan kecil yang tinggal di sekitar rumah, namun tak satu pun dari mereka tahu ke mana musang kecil itu pergi.Adnan hanya bisa menduga, "Mungkin Coco sudah mati malam itu, saat hujan badai."Agatha lebih suka percaya bahwa semua yang ia alami malam itu—ilusi yang terasa begitu nyata—memang benar adanya. Bahwa itu bukan sekadar mimpi, melainkan Coco sengaja membawanya ke sana untuk menyelamatkannya dari bahaya."Coco-ku tidak mati," pikir Agatha. "Ia hanya pergi ke dunia itu—tempat yang indah dengan udara segar, pohon buah, bunga-bunga, dan langit cerah. Ia hidup bahagia di sana."Batu besar tempat ia tertidur malam itu masih berdiri kokoh. Setiap kali melewati jalan itu, Agatha selalu melirik ke arah batu itu. Ia bisa merasakan sesuatu masih ada di sana... hanya saja tak bisa dilihat dengan mata biasa.Waktu berlalu begitu cepat. Tak terasa sudah seminggu sejak malam hujan deras itu—malam saat Coco menghila

  • Menjadi Istri Kesayangan Kapten Adnan   Bab. 228: Menjadi Istri Kesayangan Kapten Adnan

    Coco tidak kembali semalaman.Kejadian malam itu terasa seperti mimpi yang samar—antara nyata dan tidak nyata. Agatha merasa resah dan ingin keluar menghirup udara segar.Adnan yang sedang memasak di dapur sempat mengingatkannya,"Tanahnya licin, hati-hati kalau berjalan. Dan jangan pergi ke tempat pembelian hari ini.""Iya," jawab Agatha singkat.Meskipun halaman rumahnya belum disemen, terdapat jalan setapak dari batu kerikil selebar lebih dari satu meter, membentang dari aula utama hingga ke gerbang. Jalan itu memang dibuat agar kaki tak mudah terpeleset saat melangkah di tengah halaman yang becek.Adnan sempat mengawasinya dari kejauhan sampai Agatha melewati gerbang, lalu ia kembali ke dapur.Agatha berdiri diam di depan gerbang, memandangi jalan setapak yang kini berlumpur akibat hujan deras semalam. Jejak-jejak kaki yang tertinggal tampak samar, bercampur air dan tanah.Namun udara pagi sangat segar—aroma tanah basah, rerumputan yang lembap, dan sisa embusan angin malam mencipt

  • Menjadi Istri Kesayangan Kapten Adnan   Bab. 227: Menjadi Istri Kesayangan Kapten Adnan

    Mendengar kabar baik itu, Paman Arlo ikut merasa lega dan haru. Ia menepuk bahu Adnan dan berkata dengan suara serak, "Bagus… yang penting dia selamat. Ayo, cepat pulang dan temui dia."Adnan segera melepaskan pelukan dan menyeka air matanya."Paman, bawa saudara-saudara pulang. Aku pulang duluan.""Aku akan urus di sini, jangan khawatir," jawab Paman Arlo sambil mengangguk mantap.Adnan akhirnya bisa tersenyum—senyum yang tulus, lega, dan penuh harapan. Ia segera berlari pulang.Sesampainya di asrama militer, semua istri tentara sudah berkumpul di rumah. Tanpa memperdulikan siapa pun di sekelilingnya, Adnan langsung berlari dan memeluk Agatha erat-erat—seolah menemukan kembali harta karun yang hilang.Pemandangan itu membuat semua orang yang melihatnya tersenyum. Perlahan, mereka pun mundur tanpa suara, memberi ruang untuk keduanya.Adnan telah kembali. Anak buahnya pun seharusnya sudah pulang satu per satu.Lin Qinghe kemudian menyiapkan sup jahe hangat untuk semua pria yang baru ke

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status