Beranda / Romansa / Menjadi Istri Kesayangan Kapten Adnan / Bab. 6: Apa kamu bukan manusia?

Share

Bab. 6: Apa kamu bukan manusia?

Penulis: Faoo pey
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-10 08:37:41

"Berhenti menggonggong seperti orang gila, aku akan mengampuni nyawamu. Mulai sekarang, kamu bisa tinggal bersamaku dan membuatku bahagia."

Burung pegar berhenti meronta ketika mendengarnya, "Apa kamu memahamiku?"

Agatha mengangguk.

Burung pegar itu sangat terkejut, dan berkata, "Apa kamu bukan manusia?"

"Ah~, aku bukan manusia? Sepertinya kamu tidak menginginkan nyawamu lagi?"

"Tidak, tidak, bukan seperti itu! maafkan aku, aku hanya kaget dan bingung. Kamu manusia tapi bisa memahami bahasaku?"

Agatha memutar matanya, "Aku tidak hanya bisa memahami bahasamu, tapi aku juga bisa memahami bahasa kelinci. Atau aku bisa memahami bahasa semua hewan?"

Burung pagar itu bergumam, "ketika aku mengatakan bahwa kamu bukan manusia, kamu langsung melototiku. Hanya dewa pegunungan yang bisa mengerti bahasa semua binatang. Kakak, apakah kamu dewa? Mulai sekarang aku akan mengandalkan kakak. Kehidupanku akan dititipkan pada kakak mulai sekarang."

Agatha tidak menyangka bahwa seekor burung juga bisa menyanjungnya, yang benar-benar memberinya banyak pengalaman.

"Panggil aku tuan mulai sekarang. Kamu tidak bisa memanggilku kakak."

"Bukankah menyenangkan memanggilmu kakak? Aku selalu mendengar manusia yang menangkapku berkata kepada orang-orang, apa kakak ingin membeli burung pegar?"

Agatha menahan tawanya, "Tidak apa-apa, hanya saja aku tidak menyukainya."

"Kenapa..."

Agatha tidak menyangka burung pegar ini begitu cerewet, jadi dia mengulurkan tangan dan mencubit paruhnya, "Jangan tanya kenapa, mulai sekarang aku akan melindungimu, dan aku akan melindungi hidupmu, jadi aku tuanmu. Apa kamu mengerti?"

Karena mulut burung pagar itu terjepit, burung pegar tidak bisa membuka mulutnya dan hanya bisa mengangguk.

Begitu Agatha melepaskan mulutnya, burung pegar itu mulai berseru lagi, "Tuan, aku terluka. Tolong obati lukaku."

Agatha meletakkannya dan melakukan pemeriksaan seluruh tubuh burung pagar, dan akhirnya sampai pada kesimpulan, "Tidak ada luka di tubuhmu, tetapi kakimu terjepit. Setelah perawatan, kamu mungkin akan timpang."

Ketika Burung pegar mendengar kata timpang. Dia tidak dapat menerimanya dan mulai berseru lagi, "Aku memiliki tubuh yang kuat dan anggun serta bulu yang indah. Aku belum pernah berhubungan seks dengan burung pagar lainnya. Jika aku timpang, siapa yang mau berhubungan seks denganku di masa depan? Apa gunanya hidup jika gen baik seperti ini tidak dapat diteruskan?"

Agatha tidak bisa menahan tawanya. "Jangan khawatir, aku hanya bilang itu mungkin. Aku tidak mengatakan itu pasti."

Burung pegar mendapatkan kembali harapannya, "Tuan, kamu harus memperlakukan aku dengan baik. Kamu tidak boleh membiarkanku menjadi timpang."

"Jangan khawatir, aku pasti akan menyembuhkanmu. Aku tidak akan membiarkanmu menjadi cacat."

Agatha adalah anggota pasukan khusus di kehidupan sebelumnya, dan keluarganya berasal dari keluarga pengobatan tradisional Tiongkok. Tiga generasi telah mempraktikkan pengobatan Tiongkok.

Namun, pada generasinya, ayahnya menolak mempelajari pengobatan Tiongkok. Pada akhirnya, ayahnya menjadi seorang pengusaha meskipun kakeknya keberatan.

Kakek tidak punya pilihan selain menaruh harapannya pada cucu satu-satunya.

Dia menghabiskan masa kecil dan dewasanya di klinik medis keluarganya.

Dia dibesarkan dalam ilmu pengobatan tradisional Tiongkok. Dia slalu mempelajari semua penyakit sejak dia masih kecil, dan kakeknya tidak peduli apakah dia mendengarkan atau tidak, jadi dia memasukkan pengetahuan pengobatan tradisional Tiongkok ke dalam kepalanya.

Meski ia tidak pernah berpikir untuk menjadi seorang dokter, kenyataannya semua pengetahuan kakeknya tentang pengobatan tradisional Tiongkok tertanam didalam benaknya tanpa ia sadari.

Setelah kakeknya memberinya ujian, dia sangat gembira karena akhirnya memiliki penerus.

Namun dia tidak berniat menjadi dokter pengobatan Tiongkok dan mewarisi bisnis keluarga. Karena dia sudah berada di lingkungan seperti itu sejak dia masih kecil, bau obat Tiongkok yang familiar seperti makanannya. Dia ingin keluar dari lingkungan ini dan melakukan pekerjaan lain.

Ia memiliki cita-cita yang lebih tinggi, yaitu menjadi seorang prajurit untuk menghilangkan kerugian bagi masyarakat dan melindungi keluarga dan negaranya.

Begitu dia lulus kuliah, dia diam-diam bergabung dengan tentara. Karena alasan ini, kakek memarahi ayahnya dengan keras.

Memikirkan hal ini, Agatha merasa sangat sedih karena dia tidak akan pernah melihat kakeknya lagi.

Dia mengeluarkan kotak obat dari lemari, yang berisi beberapa obat pertolongan pertama yang disimpan Adnan di rumah untuk keadaan darurat.

Ada kain kasa, alkohol, selotip medis, dan beberapa obat anti inflamasi di dalamnya. Dia juga menemukan sebotol bubuk Yunnan Baiyao.

Ini adalah obat terbaik untuk menyembuhkan luka. Saat dia berlatih sebagai tentara, dia terluka dan mengeluarkan darah. Bubuk Yunnan Baiyao adalah obat terbaik untuk menghentikan pendarahan dan penyembuhan.

Ketika seorang kawan yang berlatih bersamanya terluka, orang pertama yang dia datangi bukanlah dokter militer melainkan dia. Dia tahu betapa efektifnya obat ini.

Pergi ke dapur untuk mencari sepotong kayu bakar. Gunakan pisau untuk memotong beberapa potongan kayu dengan panjang yang sama, kira-kira sama panjangnya dengan kaki burung pegar yang terluka.

Burung pagar sedikit khawatir apa Tuannya bener-bener akan merawatnya? Ditangan satunya adalah pisau, dan ditangan lainnya adalah kayu. Bisakah tuanya menggunakan alat itu untuk menyembuhkan kakinya?

"Kakak, tidak, Tuan. Bisakah kamu melakukannya? Jika tidak, aku akan menjadi timpang."

"Kamu terlalu cerewet." "

“Aku bukan cerewet, tapi bertanya tuan.”

“Jika kamu tidak diam dan terus bicara, aku akan memelintir kakimu sampai patah." Agatha mengancamnya.

Burung pagar itu menggigil, menundukkan kepalanya dan berkata, "Tuan, kamu kejam sekali."

Agatha melihat penampilannya yang lucu dan merasa bahwa dia benar-benar telah menemukan harta karun. Dengan Burung pegar seperti itu, dia tidak akan pernah kesepian lagi.

Dia mengeluarkan kapas alkohol yang direndam alkohol dari kotak obat dan mengambil kaki Burung pegar itu, "Rasanya akan sedikit sakit, kamu harus bisa menahannya."

Burung pegar itu segera menutup mata, bersiap menahan rasa sakit.

Tapi dia hanya merasakan dingin dikakinya, dan hanya sedikit rasa sakit.

Burung pegar itu membuka matanya dan berseru gembira, "Tidak sakit sama sekali."

Kaki burung pegar itu patah, Agatha meluruskannya, lalu menaburkan lukanya dengan bubuk Yunnan Baiyao. Dan membungkus kaki Burung pegar dengan kain kasa.

Gunakan empat potongan kayu keras yang diasah untuk mengikat kaki Burung pegar yang sangat panjang dengan kain kasa ke segala arah.

"Jika kakimu sembuh. Jangan digerakkan dulu dan aku harus melihat dulu, apa tulangnya bisa tumbuh kembali."

Burung pegar itu terbaring di tanah dan tidak berani bergerak, matanya menatap erat ke kakinya yang diikat.

Dalam hatinya berdoa, "Ya Tuhan, kamu harus membuat kakiku kembali ke keadaan semula."

Agatha mengemasi kotak obat dan membawanya kembali ke kamar. Tiba-tiba, dia mengingat janjinya kepada Adnan bahwa dia akan memasak ayam untuk dimakannya dan memamerkan keahliannya di hadapannya.

Tapi dia hanya punya jamur dan rebung di rumah. Ini terlalu vegetarian. Bahkan dia-pun tidak mau memakannya.

Jika dia kepasar sekarang, waktu makanya pasti akan terlewat dan dua telur terakhir di rumah sudah dimakan waktu siang hari.

Sebaiknya dia pergi ke pegunungan untuk mencari sesuatu. Karna dia bisa memahami bahasa kelinci dan Burung pegar, lihat apa dia benar-benar bisa memahami bahasa semua hewan.

Ngomong-ngomong, dia akan mencoba peruntungannya dan melihat apa dia bisa bertemu dengan hewan bisu yang tidak bisa berbicara, atau hewan yang tidak bisa dia pahami untuk dimakan.

Dia terhibur dengan pikirannya dan bertanya kepada Burung pegar itu, "Apa menurutmu ada hewan di pegunungan yang tidak bisa berbicara?"

Burung pegar itu tidak mengangkat kepalanya. Dia masih mengkhawatirkan kakinya dan hanya berseru dengan lesu, "Aku, aku hanya tahu bahasa spesiesku, aku tidak tahu bahasa hewan lain"

"Maksudmu, kamu hanya bisa memahami hewan spesiasmu saja?"

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Menjadi Istri Kesayangan Kapten Adnan   Bab. 354: Menjadi Istri Kesayangan Kapten Adnan

    Adnan melangkah mendekati sumur tua itu. Tatapannya menelusuri noda darah yang menetes di sekitarnya. Setelah diam beberapa detik, ia berkata dengan tenang namun tegas,“Kurasa... dia bunuh diri dengan melompat ke dalam sumur.”Kalimat itu membuat semua orang terkejut. Mereka saling berpandangan, lalu serempak berlari ke tepi sumur untuk melihat ke dalam.Kepala desa yang baru saja tiba segera bertanya, “Bagaimana kau bisa yakin dia melompat ke dalam sumur?”Adnan menunduk, menunjuk pada tanah. “Lihat arah darah ini. Noda darah berhenti di sini—tepat di tepi sumur. Dari sini ke gerbang, tak ada setitik pun jejak darah. Aku yakin... orang itu jatuh atau sengaja melompat ke dalam.”Wajah semua orang menegang.Ibu si bodoh itu gemetar, berlari ke tepi sumur, menatap ke dalam dengan mata melebar ngeri. Suaranya bergetar saat bertanya, “Apakah cucuku juga ada di bawah sana?”Adnan menggeleng pelan. “Aku belum yakin. Ini baru dugaanku. Tapi kita akan tahu begitu orang di dalam sumur berhasi

  • Menjadi Istri Kesayangan Kapten Adnan   Bab. 353: Menjadi Istri Kesayangan Kapten Adnan

    Begitu pintu tertutup, pria idiot itu kembali melampiaskan hasratnya dengan cara yang kejam dan tidak berperasaan.Laras hanya diam. Ia tidak lagi melawan. Semua ini sudah menjadi rutinitas menyakitkan yang terjadi hampir setiap hari.Selama pria itu menginginkannya, ia akan memaksanya tanpa peduli waktu, tempat, atau siapa pun yang ada di sekitar.Setiap kali itu terjadi, tubuh Laras terasa seolah dikoyak. Ia ingin menjerit, ingin mati saja daripada harus menanggung semuanya lagi. Tapi tubuhnya lemah. Ia tak punya kekuatan untuk melawan.Meski pria itu bodoh, tenaganya besar — dan di hadapannya, Laras hanyalah selembar daun yang terombang-ambing.Ketika semuanya usai, pria itu tertidur pulas di sisi ranjang, napasnya berat dan bau alkohol menyengat. Ia tidur seperti binatang kenyang.Laras memandanginya lama. Tatapannya kosong, namun dalam hati bergolak api kebencian yang sudah tak bisa padam.Air mata mengalir tanpa ia sadari, jatuh di pipi yang lebam dan penuh luka.Hatinya sudah m

  • Menjadi Istri Kesayangan Kapten Adnan   Bab. 352: Menjadi Istri Kesayangan Kapten Adnan

    Kepala desa mengangguk pelan. “Baiklah, kalian berdua bisa membicarakannya dulu.”Keduanya bangkit dan berjalan keluar menuju halaman. Udara malam menusuk kulit, namun ketegangan di antara mereka jauh lebih dingin daripada angin itu sendiri.Sementara itu, Meita mendekat ke Adnan dan menurunkan suaranya. Wajahnya serius, matanya penuh iba. “Tadi, saat aku pergi ke rumah Paman Keduaku,” katanya perlahan, “Bibi Keduaku memanggilnya untuk makan malam. Tapi alih-alih menjawab, dia malah menampar wajah Bibi kedua sampai terjatuh ke tanah.”Nada suaranya bergetar menahan emosi. “Ketika Paman Kedua pergi ke rumah si idiot itu, Bibi Kedua keluar diam-diam dan memohon bantuanku. Dia... dia sangat menyedihkan, Tuan Adnan. Katanya, karena tak bisa punya anak, setiap hari dia dipukuli tanpa ampun. Kalau begini terus, cepat atau lambat dia akan mati. Kuharap kalian bisa menolongnya juga. Tolonglah, aku mohon.”Adnan terdiam lama. Ada kilatan iba di matanya, tapi ia menunduk pelan. Ia tahu betapa p

  • Menjadi Istri Kesayangan Kapten Adnan   Bab. 351: Menjadi Istri Kesayangan Kapten Adnan

    Begitu sampai di rumah paman keduanya, Meita langsung disambut oleh pemandangan yang membuat darahnya mendidih.Pria itu menampar istrinya tanpa ampun hanya karena ia memanggilnya makan. Suara tamparan itu menggema keras di udara yang dingin. Wajah wanita itu memerah, tubuhnya terjatuh ke lantai tanah, sementara suaminya berdiri dengan napas tersengal penuh amarah.Meita menatap pemandangan itu dengan jijik. Sudah sejak lama ia tidak menyukai pamannya ini, tapi kali ini… rasa bencinya benar-benar memuncak. Ia menatap wanita muda yang ditampar itu — bibinya, yang ternyata hanya sedikit lebih tua darinya.Begini, ya, nasib para menantu perempuan yang dibeli…Ia menggigit bibirnya dengan getir. Hampir semua perempuan yang diperdagangkan ke desa ini mengalami hal serupa. Dipukuli, dihina, dipaksa tunduk dengan kekerasan agar tak berani melarikan diri.Ia bahkan masih ingat — bertahun-tahun lalu — bagaimana menantu perempuan si idiot itu dipukuli hingga mati, lalu dilempar ke dalam sumur.

  • Menjadi Istri Kesayangan Kapten Adnan   Bab. 350: Menjadi Istri Kesayangan Kapten Adnan

    “Tidak apa-apa, kami berdiri di sini terlalu lama. Jalan-jalan sebentar saja,” kata Adnan sambil tersenyum, lalu duduk di kursi penumpang. Kepala desa dan putrinya naik ke kursi belakang. Ardan dan seorang petugas polisi lain berjalan pelan mengikuti dari belakang.Di gerbang halaman, si bodoh dan ibunya masih berdiri menonton mobil polisi berlalu. Ardan menoleh menatap rumah reot itu—pintu kayunya yang penuh celah, halaman berantakan—mencari-cari bayangan Laras. Namun tak satupun terlihat. Hatinya mencelos. Ia tahu—jika perempuan itu masih berada di sana, pasti sudah ada tanda-tanda.Ibu si bodoh memperhatikan tatapan Ardan. Dengan suara dingin, ia mencecar, “Kau lihat apa?” Lalu ia menarik anaknya, menutup pintu berderit itu dengan Bunyi keras. Melalui celah, terlihat halaman yang kumuh; tampilan itu membuat napas siapa pun mengeras.Di dalam mobil, Adnan menaruh dua kantong besar berisi hadiah di pangkuannya. “Ini untuk Tuan,” katanya sambil tersenyum. “Ada juga anggur—apa Tuan suk

  • Menjadi Istri Kesayangan Kapten Adnan   Bab. 349: Menjadi Istri Kesayangan Kapten Adnan

    Tiba-tiba, suaminya—si pria berwajah tolol yang selama ini dipaksa hidup bersamanya—menerjang keluar dari kerumunan seperti hewan yang terpojok. Matanya bengkok, rahangnya tegang; dari bibirnya keluar klaim yang memekakkan: “Istriku milikku! Kalian jangan sentuh dia! Dia milikku, dan kalau kalian berani, aku hancurkan mobil kalian!”Suara itu mengambang di udara dingin pagi seperti ejekan. Semua yang melihatnya terpaku sejenak — Adnan bahkan tak mampu menahan perih di dada. Benarkah pria bobrok itu suami dari Laras, ibu mertuanya? Ardan yang berdiri di sampingnya menatap dengan ngeri; rasa pengkhianatan menggerayangi hatinya. Betapa ironi hidup: cinta yang pernah diliputi cahaya bulan, kini diperdagangkan ke orang yang tak lebih dari komedi nasib.Pria tolol itu, yang setengah gila karena kebodohan dan dibiarkan, mengambil batu besar dari tanah dan melesat ke arah mobil. Dua petugas polisi berdiri di hadapan kendaraan, langkah mereka cepat menutup ruang gerak. Tapi si bodoh itu tak ra

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status