Saat memasuki ruangan poli penyakit dalam di Rumah Sakit Hartanto Medika, Rieka dikagetkan oleh sesuatu yang lain dari biasanya disana. Sebuah buket bunga yang indah sudah ada di meja kerjanya. Bunga mawar berwarna pink, peach dan putih yang ditatap apik menjadi satu kesatuan dalam sebuah vas keramik berbentuk bulat. Indah sekali bentuknya.Rieka mengerutkan dahinya karena keheranan saat menghampiri bunga itu. Dari siapa? Tapi kalau melihat bentuk dan ukuran buket bunga yang lumayan besar ini pasti cukup mahal harganya. Pastilah bukan orang sembarangan yang memberinya. Mungkin si sultan kebanyakan duit yang memberikan untuknya. Edwin? Tentu saja tebakan pertama langsung jatuh pada nama Edwin.Ngapain coba suaminya itu mengirimkan buket bunga? Apa sebagai permintaan maaf karena mengacaukan pesta ulang tahunnya kemarin? Sogokan biar Rieka gak ngambek? Ada-ada saja.Rieka mengamati sekali lagi buket bunga itu, mencari jika ada tulisan atau pesan apapun disana. Biasanya kan selalu ada no
Karena masih penasaran Rieka memutuskan untuk menghubungi Laras, adik dari Edwin. Ingin bertanya apakah ada undangan ke pesta hari ini. Kalau pesta besar dengan ngundang Edwin, biasanya pasti juga mengundang Mahes, suami Laras kan? Karena keduanya sering berhubungan, baik dalam urusan bisnis maupun pertemanan dan persaudaraan."Halo Ras, hari ini ada undangan ke pesta gak?" Rieka bertanya pada Laras setelah sambungan telepon terhubung."Hari ini kan ada undangan acara pertunangan Tyo Sampoerna dan Renata Sudibyo? Mas Edwin juga pasti diundang lah." Laras menjawab pertanyaan Rieka.Rieka menyetujui dalam hati ucapan Laras ini. Karena Tyo adalah salah satu teman dekat sekaligus mitra bisnis Edwin. Sedangkan Renata adalah mantan pacar Edwin. Jadi tidak mungkin kalau Edwin tidak diundang untuk menghadiri acara pertunangan mereka berdua."Oalah acara itu, makanya ini tadi mas Edwin nyuruh aku siap-siap dan berdandan cantik. Emang nanti pestanya jam berapa?"
Sepertinya Laras masih teringat kejadian buruk yang menimpa Rieka di pesta terakhirnya. Laras tak ingin kakak iparnya itu mengalami hal yang tidak menyenangkan lagi. Waktu itu memang Rieka belum resmi menjadi istri Edwin, sehingga ada berani menghina dan melecehkannya karena berasal dari kalangan non sultan.Bahkan lebih jauh lagi kejadian itu berakhir dengan sangat dramatis dimana Rieka sampai tercebur kolam renang dan Edwin yang sampai ikut nyebur untuk menolongnya. Pastilah kenangan buruk itu meninggalkan trauma tersendiri bagi kakak iparnya itu."Oke, aku setuju." Rieka menyetujui usulan keduanya. Toh semua juga demi kebaikan dirinya sendiri.Tak lama kemudian driver memberitahukan bahwa mereka telah sampai setelah antrian drop off point di loby hotel yang cukup panjang. Berarti mobil sudah berada di posisi yang benar untuk mereka bisa keluar dari kendaraan.Sesuai dugaan Rieka, lobby telah dipenuhi oleh para wartawan. Mereka sibuk dengan kamera
Edwin sudah gelisah karena kemacetan yang terjadi saat mobilnya mendekati area J.W Melati hotel. Kemacetan karena antrian untuk menurunkan para undangan pesta tepat di depan lobi pintu masuk hotel.Edwin tidak tenang demi memikirkan Rieka yang harus hadir di pesta sendirian. Takut terjadi apa-apa pada istri tercintanya itu. Laras sama Mahes memang sudah dititipi buat jagain Rieka si, tapi kan keduanya juga harus menyapa dan beramah tamah dengan banyak orang.Edwin semakin tidak tenang lagi setelah melihat foto yang Rieka kirimkan padanya tadi. Cantik banget istrinya itu. Memang pakaiannya tidak terlalu terbuka, tapi tetap saja masih terlihat sexy. Gimana kalau ada pria lain yang naksir? Gimana kalau ada yang berani godain Rieka? Gak boleh! Rieka milikku! She's mine!Saking tak sabaran menanti antrian, Edwin memutuskan untuk turun dari mobilnya. Dan meneruskan ke ballroom hotel dengan berjalan kaki. Edwin berjalan dengan langkah c
"Oiya aku masih penasaran kenapa Mas Edwin kasih hadiah hari ini?" tanya Rieka saat mereka menjauhi kedua tuan rumah menuju ke stall buffet yang tertata rapi di bagian pinggiran ballroom."Emang gak boleh aku kasih hadiah sama istri sendiri?" tanya Edwin tidak senang dengan pertanyaan Rieka."Bilang saja kamu masih merasa bersalah karena kejadian kemarin?" Rieka menebak-nebak alasannya."Sebagian iya, sebagian lain sebagai balasan karena kamu udah kasih aku kado ini." Edwin menunjukkan jam di pergelangan tangannya dengan bangga."Kamu kan lagi ulang tahun kemarin, sudah sewajarnya aku kasih kado. Malah dikasih balasan yang jauh lebih banyak lagi. Kalau cuma mau ke pesta kan gak perlu dibeliin satu set outfit baru begini." Rieka memprotes."Aku cuma ingin kamu tampil cantik di pesta pertamamu sebagai Nyonya Besar Wijayamalam ini. Agar kamu percaya diri dan bangga sebagai istriku.""Tapi kan di rumah sudah bany
Untuk beberapa saat selanjutnya Rieka dan Edwin menikmati hidangan yang ada di piring, sambil bercengkrama dengan para sahabat mereka. Bercanda dan bersenda gurau serta sesekali menggoda Irza, man of the day. Irza secara sengaja didudukkan di tengah-tengah keempat wanita kandidat JOHAN-nya. Tinggal pilih saja dia mau sama yang mana, mau ambil semua juga bisa banget. Gak bakal bangkrut kok Wismail Group.Laras dan Mahes adalah yang pertama pamit undur diri dari pesta ini. Maklum saja mereka sudah cukup lama meninggalkan Rangga, putra mereka yang masih berusia setahunan bersama Nanny-nya. Tentu saja mereka khawatir dengan keadaan putra mahkota dari Hartanto Group itu.Pasangan selanjutnya yang pamit undur diri adalah Johanh dan Kika. Seperti biasa Kika tidak bisa terlalu lama untuk kegiatan seperti ini. Apalagi dengan skandal besar yang belum lama ini menimpa dirinya, tentu dia masih merasa tidak nyaman untuk berada terlalu lama ditempat umum begini. Disaat banyak mata masih mengawasiny
Pagi ini seperti biasa Rieka berangkat ke RS. Hartanto Medika untuk berjaga di poli penyakit dalam. Dengan diantarkan oleh Hasan supir pribadinya. Entah mengapa sejak menikah, Edwin sama sekali tidak mengijinkan Rieka untuk menyetir mobil sendiri. Membuat Rieka serasa bagaikan ratu saja yang diantar jemput setiap hari oleh driver. Mungkin ini juga merupakan salah satu bentuk perlindungan yang diberikan Edwin untuknya. Rieka membuka pintu ruangan poli penyakit dalam, bau harum langsung menyerbu indra penciumannya. Wangi semerbak yang mampu memberikan efek menyenangkan. Wangi yang berasal dari buket-buket bunga mawar yang tertata rapi di atas laci di belakang meja kerjanya. Belum sempat Rieka duduk, Aliya asisten poli penyakit dalam memasuki ruangan. Gadis itu menyapa Rieka dengan ramahnya seperti biasa. "Dok, tahu gak? Itu ada kiriman bunga baru lagi pagi ini." Aliya memberikan laporan. Rieka mengurungkan niatnya untuk duduk dan beralih melihat buket b
"Loh, bukannya kamu yang kirim, Mas?" Rieka benar-benar kaget mendengar pertanyaan dari Edwin padanya.‘Jadi bukan mas Edwin yang mengirimi buket bunga selama ini? Lalu siapa?’"Rieka! Jawab aku! Siapa yang ngirimin kamu bunga?""Aku, aku gak tahu mas.""Kok bisa kamu gak tahu?"Edwin sudah terbakar amarah demi mendengar ada seseorang yang mengirimi istrinya buket bunga mawar. Setiap hari selama seminggu berturut-turut. Pastilah dari seorang pria. Untuk apa lagi kalau bukan untuk merayu istrinya itu? Dan parahnya lagi Rieka mau saja menerimanya dengan tidak punya dosa."Aku gak pernah mikir sampai sejauh itu. Aku selalu berpikir positif dan berharap kalau kamu yang mengirim buat aku.""Aku ngirim buat kamu? Buat apa? Aku tahu betul kamu gak suka bunga hidup! Ngapain aku kirim bunga buat kamu? Ngapain pula dikirim ke poli? Kenapa gak aku berikan di rumah saja? Kamu mikir gak sih, El?" Edwin