Karena mood yang tiba-tiba memburuk, Olivia izin untuk pulang lebih awal. Dia beralasan sakit kepala dan tak sanggup lagi ikut serta dalam acara malam ini. Olivia terlalu malas berurusan dengan orang-orang yang menatapnya sinis dan tajam, karena mengabaikan Tristan terluka tadi.
Olivia menghubungi ponsel Mike. Saat ini, Mike sedang menikmati waktu tidurnya di apartemen miliknya. Saat ponselnya berdering, Mike menjangkau ponsel di atas nakas itu tanpa melihat nama pemanggil.
"Hallo, Tuan. Bukankah Anda sudah mengizinkanku istirahat pagi ini? Mataku masih mengantuk, semalaman begadang memantau dan menjaga Nona Muda," ucap Mike tanpa jeda.
Olivia yang baru saja membuka mulut ingin mengatakan sesuatu langsung memikirkan makna perkataan Mike. Olivia mematikan telpon itu dan segera menelpon Albert.
"Hmm..." jawab pria dingin di seberang sana.
"Apa kau sibuk?"
"Tidak,"
"Kalau begitu, apa kau bisa menjemputku ke perkemahan?"
"A
Sampai di mansion, Albert masih terus menggendong Olivia dengan kedua tangannya hingga menaiki anak tangga dan menjatuhkannya di atas kasur yang besar dan sangat empuk itu. Albert heran, karena sejak tadi Olivia terus saha tersenyum menatapnya. "Apa yang membuatmu tersenyum terus sejak tadi? Apakah aku setampan itu hingga membuatmu tak bisa berhenti menatapku?" Albert bertanya dengan penuh percaya diri. Olivia yang tadinya hanyalah tersenyum, sekarang malah tertawa mendengar kenarsisan suaminya itu. "Ternyata, kau bisa juga narsis," jawab Olivia kemudian mengambil posisi duduk di atas ranjang itu. "Kenapa? Apakah aku betul? Sekarang kau sudah bisa mengakui bahwa aku adalah pria tampan yang akan selalu membuat hatimu berbunga-bunga setiap kali menatapku." "Ya, anggap saja begitu!" "Kenapa kau mengatakan dengan tidak rela?" "Tidak rela? Apa maksudmu?" "Kau... Ah, sudahlah. Kenapa kau ingin pulang? Apa kau sudah puas bertemu
Albert kembali mengangkat tubuh kecil itu ke masuk ke kamar tanpa menutup pintu balkon yang masih terbuka lebar. Albert sepertinya sudah tak sabar ingin menyantap sarapannya pagi ini. Tanpa melepaskan tubuh Olivia dari tangannya, ia tak berhenti mencumbui wajah dan leher Olivia. Dengan lembut, Albert membaringkan Olivia di atas ranjang. Di sinilah tempat peraduan cinta mereka. Yang tanpa terasa, sudah bersemi dan tumbuh di dalam hati masing-masing. Terlebih Albert, dengan sikap dan sifatnya yang jauh bertolak belakang dengan Albert yang di kenal oleh orang-orang di luaran sana. "Akh... Jangan berhenti, teruskan!" pinta Olivia, saat Albert berhenti mengecup leher dan belakang telinganya. "Apa kau sangat menginginkan lebih dari ini?" tanya Albert sengaja mengulur waktu. "Hmm..." jawab Olivia dengan mata tertutup. Sungguh, Albert sudah membuatnya benar-benar terlena dan lupa diri. Olivia mulai suka dan menikmati percintaannya dengan Albert. Bahka
Perlahan, Olivia menunduk dan memasukkan batang kemaluan Albert ke dalam mulutnya. Olivia sama sekali tidak pernah melakukannya. Dia mengetahui hal itu dari video panas yang tempo hari sempat di tontonnya dari ponsel. Itupun karena seseorang membagikannya dan Olivia penasaran untuk menontonnya. Awalnya, Olivia hanya memasukkann bagian ujungnya saja. Karena ia tidak yakin, benda sebesar itu akan masuk ke dalam mulutnya. Tapi, seiring berjalannya permainan ini, Olivia semakin berani. Dengan sebelah tangannya yang juga menaik turunkan kulit batang kemaluan itu, mulutnya juga seiring mengeluar masukkan benda panjang nan besar itu. Albert yang awalnya santai saja, karena Olivia yang belum ahli melakukannya dengan biasa, kini napasnya mulai terengah-engah menahan nikmat. Kuluman dan lumatan Olivia di batang besarnya telah membuatnya seperti hilang kendali dan tidak bisa menahan untuk tidak mendesah kenikmatan. "Oh shit... Kau sangat ahli," umpat Albert karena
Olivia berendam dalam bathtub, sementara Albert mandi dan membersihkan diri di bawah guyuran air sower. Olivia menyetel music di dalam kamar mandi, sehingga membuatnya hanyut dan terbuai. Berendam dengan santai dan menikmati music mellow, tanpa sadar Olivia mulai merasa ngantuk. Albert yang melihat Olivia semakin menutup matanya, membatalkan niatnya untuk keluar terlebih dahulu. "Apa kau masih ingin berendam?" tanya Albert pada Olivia. Olivia membuka matanya dengan enggan, "Hem, aku sepertinya ingin berendam lebih lama," "Tapi bahaya jika kau berendam sambil tidur!" "Ya, tiba-tiba mataku mengantuk sekali," "Ayo, aku bantu bersihkan badan. Sebaiknya tidur di kasur saja." Albert menggosok tubuh Olivia lembut dengan busa-busa itu. "Aku ingin kamar dengan aroma yang sama dengan aroma air bathtub ini," pinta Olivia dengan mata setengah mengantuk. "Ya, aku akan meminta Mike membelikan aromatherapy ini yang khusus untuk
Tiga hari sudah berlalu sejak kejadian pagi itu. Albert dan Olivia semakin banyak menghabiskan waktu bersama. Sepertinya kedua insan itu tak lagi canggung untuk menunjukkan perasaannya masing-masing. Mereka bahkan tak sungkan bersikap mesra di depan para bawahan dan karyawannya. Seperti siang ini, Olivia datang ke kantor Albert untuk mengantarkan makan siangnya. Karena Olivia sudah berusaha keras membuat rendang sejak pagi tadi, jadi ia ingin memberikan kejutan pada Albert. Meski sebenarnya Albert selalu mengetahui setiap gerak gerik Olivia dari para pelayan di mansion. Saking patuhnya, bahkan saat Olivia tidur siang, bangun jam berapa, dan aktifitas lainnya pun, mereka akan memberikan laporannya pada Albert. Tentu saja, semua itu tanpa sepengetahuan Olivia. Mike menjemput Olivia ke mansion, dan sesuai perintah dari Albert, kali ini mereka akan parkir di parkiran depan dan masuk melalui pintu depan. Jika selama ini Olivia selalu masuk lewat lift pribadi Alber
Setelah melepas pelukannya, Olivia memandang sekeliling. Dia baru sadar sekarang dia dan Albert sedang berada di tengah kerumunan para karyawan di Perusahaan Albert. Pipi Olivia merah merona menahan malu. Albert melihat sikap Olivia, kemudian menyunggingkan senyum tipis. Albert menggenggam tangan Olivia. Gadis itu merasa sedikit rileks setelahnya. "Semuanya, dengarkan aku..." Albert menjeda perkataannya dan menatap semua karyawan yang tampak di depan matanya. Semua orang itu menunggu dengan patuh, tentang apa yang akan dikatakan Albert. "Gadis ini... Dia istriku yang sah. Jika dia datang ke kantor ini, perlakukan dengan baik dan sopan. Seperti kalian bersikap padaku!" lanjut Albert memberi peringatan. "Apa kalian mengerti yang aku katakan?" sambung Albert lagi. "Mengerti, Tuan!" sahut para karyawan secara bersamaan. Pria yang tadi bertabrakan dengan Olivia tersenyum sinis. Baru saja ia mulai menyukai gadis polos yang menggemaskan itu, tapi ter
Setelah pertemuan siang itu, Daniel kembali ke London. Dia hanya mampir sebentar karena ada urusan bisnis. Dan harus segera kembali ke London, untuk melakukan kesepakatan kerja dengan klien lainnya. Sebenarnya, Albert sudah memintanya untuk tinggal satu hari lagi. Agar mereka bisa berbincang dan makan bersama di mansion Albert. Bagaimana pun, hubungan mereka sangat dekat. Albert ingin menjamu sahabatnya itu setelah sekian tahun tidak bertemu. Terlebih, Albert ingin membanggakan masakan istrinya, Olivia. Tapi sayang, Daniel belum bisa untuk kali ini. Daniel dikenal sebagai ketua mafia dan informan yang sangat terpercaya. Info yang keluar dari organisasi Daniel bisa di pastikan 99% ke akuratannya. Bahkan, Albert sering memakai jasanya untuk mengintai atau mengecek informasi seseorang yang ingin diketahuinya. Termasuk informasi tentany Lucy, dan Monica tentu saja. Karena hal itu jugalah, Albert tidak terlalu percaya pada Lucy apalagi Monica. Sejauh ini, Albert h
Olivia yang baru saja selesai sidang skripsi, menunggu hasil keputusan para Dosen. Tapi, tiba-tiba ruangan itu di penuhi dengan suara para gadis yang berbisik-bisik seolah sedang takjub pada seseorang. "Lihat, ada pria tampan masuk ke gedung ini," "Wow, aku ingin mendaftar menjadi kekasihnya." "Sepertinya pria ini orang berpengaruh, lihat dia membawa beberapa orang bodyguard," "Tampan sekali, aku rela jadi teman tidurnya!" "Aku bahkan rela jadi simpanannya, andai dia sudah memiliki istri," Banyak lagi kata-kata dari para gadis itu yang terdengar di telinga Olivia, 'Ck, mereka terlalu berlebihan. Dengan mudahnya mengatakan ingin menjadi teman tidur, juga berpikir menjadi simpanan? Terlalu murahan!" ucap Olivia tanpa menoleh sedikitpun. Namun, belum sempat ia membuka kembali ponselnya, sesosok tubuh tegap dan berisi berdiri di depan tempatnya duduk. Bisik-bisik dari orang sekitar pun semakin ramsi terdengar. Saat Olivia mengangka