Share

Antara Tekanan dan Harapan

Auteur: Rose_White
last update Dernière mise à jour: 2024-12-12 22:24:07

---

Matahari sudah tinggi ketika Ares duduk di ruang tengah rumah keluarganya. Sofa tua yang ia duduki membawa ingatan masa kecil, tapi hari itu hanya rasa sesak yang memenuhi dadanya. Di depannya, ibunya duduk dengan wajah yang tampak tenang, tapi sorot matanya penuh tuntutan.

"Ares, kau tahu umurmu tidak lagi muda," ucap ibunya, memulai pembicaraan yang selama ini Ares hindari.

"Ibu," Ares menarik napas dalam, mencoba menjaga ketenangannya, "kita sudah membahas ini berkali-kali."

"Tapi kali ini Ibu tidak bisa membiarkanmu terus seperti ini," potong ibunya dengan nada tegas.

"Kau harus menikah lagi. Setidaknya dengan wanita yang bisa memberimu keturunan. Keluarga kita membutuhkan penerus, Ares."

Ares mendengus, memalingkan wajah. "Hidupku baik-baik saja bersama Ava. Aku tidak butuh istri baru hanya untuk memenuhi ekspektasi orang lain. Apalagi ide gila ini."

"Jadi sekarang kau menyebut keinginan Ibu gila?" suara ibunya mulai meninggi, meski ekspresinya tetap tenang.

"Ibu ...," Ares mengusap wajahnya, berusaha mengendalikan emosi.

"Hidupku adalah pilihanku. Tidak ada yang salah dengan pernikahanku dengan Ava. Kami hanya butuh waktu."

"Ini bukan soal waktu!" Ibunya menatapnya tajam, nada kasih sayang di suaranya masih tersisa meski mulai memudar.

"Ares, dengarkan Ibu. Ini demi kebaikanmu. Demi keluarga kita. Apa kau ingin keluarga besar kita tidak punya penerus?"

Ares menatap ibunya, pandangannya mengeras. "Ibu, aku punya hak atas hidupku sendiri. Tolong, berhenti memaksaku. Beri kami ruang untuk menyelesaikan masalah kami."

Keheningan menggantung di udara, begitu tegang hingga terasa berat. Ares tahu, ada luka di hati ibunya karena kata-katanya, tapi ia tidak bisa mundur.

---

Di sisi lain di pusat kota, Ava duduk di kursi rumah sakit, menatap jendela yang memamerkan langit biru cerah. Hari itu adalah jadwal terapinya—rutinitas yang telah menjadi bagian dari hidupnya sejak vonis kanker datang tanpa peringatan.

"Aku harus sembuh," bisiknya pada dirinya sendiri, pelan tapi penuh tekad. Kata-kata itu ia ulang seperti mantra setiap kali rasa sakit datang menghantam tubuhnya.

Setelah sesi terapi selesai, Ava bersandar di kursi tunggu, napasnya sedikit tersengal. Tangannya gemetar saat ia meraih ponselnya. Di layar, foto Mauren—adiknya yang sedang menuntut ilmu di Australia—tersenyum ceria. Ava merasa dadanya menghangat sekaligus sesak oleh rindu.

Dengan cepat, ia menekan nomor yang sudah dihafalnya di luar kepala. Hanya butuh beberapa detik sebelum suara ceria Mauren terdengar di ujung telepon.

"Kak Ava! Tumben menelpon. Apa kabar, Kak?"

Ava tersenyum tipis, suara adiknya terasa seperti pelukan yang menenangkan. "Kakak baik, Dek. Kamu gimana di sana? Kuliahmu lancar?"

"Lancar, Kak. Aku lagi sibuk proyek akhir semester. Seru, sih! Kakak gimana? Pernikahan Kakak aman, kan?"

Ava terdiam sejenak. Bibirnya membuka, tapi kata-kata terasa sulit keluar. Ia tidak ingin Mauren tahu betapa rumit situasi yang sedang ia hadapi.

"Kami baik-baik saja, Dek," Ava akhirnya berujar, mencoba terdengar ceria. "Masih berjuang soal kehamilan, tapi jangan khawatirkan Kakak."

"Kak Ava," suara Mauren melembut, "kalau ada apa-apa, bilang, ya. Aku pasti pulang kalau Kakak butuh aku."

Ava menggeleng, meski tahu Mauren tak bisa melihatnya. "Tidak perlu. Kejar cita-citamu, itu sudah cukup membuat Kakak bahagia."

---

Sementara itu, Ares melangkah keluar dari rumah ibunya dengan hati yang masih bergemuruh. Rasanya seperti melangkah membawa beban ratusan kilo di bahunya. Ia menghempaskan tubuhnya ke kursi mobil, menyalakan mesin, dan membiarkan musik mengalun pelan. Tapi pikirannya terus berputar.

Apakah ia egois? Apakah ia salah karena memilih mempertahankan Ava? Ia mencintainya, tapi apakah cinta cukup untuk mengatasi tekanan ini?

Di jalan yang sama, Ava dalam perjalanan pulang. Meski tubuhnya lelah, hatinya terasa lebih ringan setelah berbicara dengan Mauren. Ada tekad yang terus tumbuh dalam dirinya—untuk bertahan, untuk sembuh. Tidak hanya untuk dirinya sendiri, tapi juga untuk orang-orang yang mencintainya.

Namun, hidup sering kali memberikan kejutan yang tidak terduga. Tanpa disadari, jalan mereka segera bertemu—bukan hanya secara fisik, tapi juga dalam benang takdir yang terus mempersatukan cinta, tekanan, dan harapan.

Di titik itu, cerita mereka akan berubah, membawa keputusan yang tidak mudah, tapi mungkin akan menjadi jawaban dari pertanyaan yang selama ini menggantung di hati keduanya.

Ava berhenti di lampu merah, matanya tertuju pada seorang penjual bunga yang berdiri di pinggir jalan. Buket mawar putih di tangannya mengingatkannya pada hari-hari awal pernikahannya dengan Ares. Hari-hari di mana semuanya terasa lebih sederhana, penuh tawa, dan impian yang belum ternodai. Ia mendesah pelan. Saat lampu berubah hijau, ia melanjutkan perjalanan dengan pikiran yang melayang ke masa lalu.

Sementara itu, Ares memutuskan untuk tidak langsung pulang. Ia membelokkan mobilnya ke sebuah taman yang sepi, tempat ia dan Ava biasa duduk bersama, merencanakan masa depan mereka. Angin sore yang lembut menyapa wajahnya saat ia keluar dari mobil. Ia berjalan ke bangku tua di bawah pohon besar dan duduk di sana, membiarkan pikirannya mengembara.

Pikirannya melayang ke Ava. Senyumnya, semangatnya, kekuatannya menghadapi kanker yang tak pernah sekalipun mengurangi cintanya pada wanita itu. Tapi tekanan dari keluarganya terus menghantui, membuatnya merasa seperti berada di persimpangan jalan yang tidak memiliki arah benar.

"Apa aku cukup kuat untuk melawan semuanya demi dia?" gumamnya pada diri sendiri.

Di saat yang sama, Ava tiba di rumah, meletakkan tasnya, dan menyalakan lampu ruang tamu. Ia menatap foto pernikahan mereka di dinding, matanya berkaca-kaca. "Ares, aku harap kau tidak menyerah," bisiknya, seolah berbicara pada foto itu.

Namun, waktu tidak pernah berhenti. Hari itu, sebuah keputusan mulai tumbuh dalam hati mereka masing-masing—sebuah keputusan yang mungkin akan mengubah segalanya.

TBC ☘️ 🥀 🥀 🥀 🥀 

Continuez à lire ce livre gratuitement
Scanner le code pour télécharger l'application

Latest chapter

  • Menjadi Istri Muda Suami Kakakku   Ikatan tersembunyi

    Flashback Setelah pernikahan diam-diam itu, Mauren merasa puas. Ia kini memiliki status resmi sebagai istri kedua Ares, meskipun pernikahan itu hanya diketahui oleh segelintir orang. Malam itu, di villa tempat upacara berlangsung, ia dan Ares diberikan kamar khusus. Ibu Ares memastikan semuanya berjalan sesuai rencana, dengan harapan cucu segera hadir dalam keluarga mereka.Namun, Ares tidak merasakan kebahagiaan seperti yang dirasakan Mauren. Hatinya masih berat, pikirannya terus melayang pada Ava yang sendirian di rumah. Ia tahu Ava pasti bertanya-tanya mengapa ia tidak mengajaknya pergi, tetapi Ares terlalu pengecut untuk menghadapi kenyataan.Di dalam kamar yang diterangi cahaya lampu temaram, Mauren duduk di tepi ranjang, menatap Ares dengan sorot mata penuh harapan. Ia mengenakan gaun tidur sutra berwarna pastel yang membalut tubuhnya dengan sempurna. Namun, bukan tentang penampilannya yang membuat Ares terdiam, melainkan kenyataan bahwa ia kini telah menjadi istrinya.“Kita ak

  • Menjadi Istri Muda Suami Kakakku   After the secret wedding

    Villa di pinggir kota itu terasa sunyi setelah semua tamu meninggalkan tempat. Pernikahan sederhana antara Ares dan Mauren baru saja selesai, tetapi suasana yang tertinggal tidak menunjukkan kebahagiaan seperti pernikahan pada umumnya. Mauren masih mengenakan gaun pengantin sederhananya, berdiri di balkon villa sambil memandang ke arah taman yang kini kosong. Senyum kecil menghiasi wajahnya, tetapi di hatinya ada kecemasan.“Sekarang, Kak Ares sudah jadi milikku dan begitu sebaliknya, kami resmi sebagai pasangan,” kata Mauren lirih sambil memandangi cincin yang melingkar di jari manisnya tak lupa seulas senyuman seolah sebuah kemenangan.Di tempat lain yakni di dalam ruang utama villa, Ares sedang duduk sendirian, menatap segelas anggur yang hampir tidak ia sentuh. Ibu Ares masuk, membawa senyuman puas.“Kamu sudah membuat pilihan yang tepat, Ares,” katanya seraya duduk di sebelah sang putra."Mauren akan menjadi pendamping yang baik, dan keluarga kita akhirnya akan memiliki pewaris.”

  • Menjadi Istri Muda Suami Kakakku   Hari pernikahan

    Hari itu, Ares berdiri di depan kaca besar di kamar villanya, mengenakan setelan jas hitam yang pas di tubuhnya. Tangannya gemetar, bukan karena gugup, tetapi karena perasaan bersalah yang terus menghantui. Ia menatap bayangannya, mencoba meyakinkan diri bahwa keputusan ini adalah yang terbaik. Namun, setiap kali wajah Ava terlintas di pikirannya, hatinya terasa mencelos.Sementara itu, Mauren berada di kamar lain, dibantu oleh ibu Ares untuk mengenakan gaun putih sederhana yang telah dipilih khusus untuk momen ini. Gaun itu tidak semegah impian pernikahan Mauren, tetapi ia tahu bahwa ini adalah awal dari kehidupannya bersama Ares. Baginya, momen ini adalah kemenangan. Ia telah mendapatkan apa yang selama ini ia inginkan—tempat di sisi pria yang ia cintai.Upacara berlangsung di taman villa, di bawah naungan pohon besar yang dihiasi lampu-lampu kecil. Hanya ada beberapa orang yang hadir: ibu Ares, dua sahabatnya, dan seorang penghulu yang telah dibayar untuk menjaga kerahasiaan pernika

  • Menjadi Istri Muda Suami Kakakku   Menikah diam-diam

    Di suatu malam yang sunyi, hanya terdengar dentingan jam yang berdetik. Ares duduk di ruang kerjanya dengan pikiran yang berkecamuk. Segala hal yang terjadi dalam hidupnya beberapa bulan terakhir terasa seperti benang kusut yang sulit diurai. Hubunganya dengan Ava yang semakin dingin, belum lagi desakan ibunya untuk menikahi Mauren, dan sekarang perasaan bersalahnya yang terus menghantui dan menjadi beban yang kian tak tertahankan.Di atas meja kerjanya, tergeletak laporan medis Ava yang tak sengaja ia baca beberapa hari sebelumnya. Dokumen itu menjadi titik balik yang memaksanya merenungkan sejauh mana ia telah melukai wanita yang dulu ia sudah berjanji untuk mencintai dan menlindungi. Namun, di sisi lain, kehadiran Mauren juga telah mengguncang hatinya. Ia tidak bisa memungkiri kenyamanan yang ia rasakan saat bersama wanita itu, sebuah perasaan yang telah lama hilang dari hubungannya dengan Ava.Keputusan yang harus ia buat tidak hanya melibatkan dirinya sendiri, tetapi juga kehidupa

  • Menjadi Istri Muda Suami Kakakku   Konflik dengan Mertua

    Pagi itu, Ava merasa kepalanya berat. Mata yang sembab akibat tangis malam sebelumnya sulit ia sembunyikan. Ia bangkit dari tempat tidur dengan perasaan campur aduk, antara kekecewaan terhadap Ares dan ketakutan akan langkah selanjutnya. Ava tahu ia harus bertindak tegas, tetapi sebelum ia sempat memutuskan, suara ketukan keras di pintu depan mengalihkan pikirannya.Saat membuka pintu, ia melihat ibu Ares berdiri di sana, dengan tatapan tajam yang langsung membuat Ava merasa tak nyaman. Perempuan tua itu melangkah masuk tanpa menunggu undangan, membawa aura ketegangan yang langsung memenuhi ruangan.“Kita perlu bicara,” kata ibu Ares dengan nada serius, menatap Ava dari atas hingga bawah.Ava mencoba bersikap tenang, meski ia sudah menduga pembicaraan ini tak akan berjalan lancar. Ia menyiapkan secangkir teh untuk ibu Ares, yang hanya duduk dengan tangan terlipat, seperti mempersiapkan serangan.“Kamu tahu apa yang ingin kubicarakan,” ibu Ares memulai setelah beberapa menit keheningan

  • Menjadi Istri Muda Suami Kakakku   Bukti

    Di suatu malam yang tenang, Ava sedang duduk di ruang tamu, menatap gelapnya malam melalui jendela. Perasaan gelisah dan curiga terhadap Ares semakin kuat. Selama beberapa minggu terakhir, ia merasakan ada sesuatu yang tidak biasa antara suaminya dan Mauren. Sikap Ares yang semakin dingin terhadapnya, ditambah dengan keakraban yang terlihat jelas antara Ares dan Mauren, membuat hatinya semakin resah.Ia mencoba mengabaikan perasaan itu, tetapi instingnya mengatakan ada sesuatu yang disembunyikan. Setelah beberapa saat berjuang dengan pikirannya sendiri, Ava memutuskan untuk tidak lagi diam. Ia merasa harus menemukan jawabannya, apa pun risikonya.Esok harinya, saat Ares akan pergi bekerja, Ava memanfaatkan waktu itu untuk menyelidiki. Ia masuk ke ruang kerja Ares, tempat yang biasanya tidak pernah ia sentuh. Ruangan itu terlihat teratur seperti biasa, tetapi Ava merasa ada sesuatu yang tersimpan di tempat ini, sesuatu yang bisa mengungkapkan kebenaran pikirnya.Ia mulai membuka laci m

Plus de chapitres
Découvrez et lisez de bons romans gratuitement
Accédez gratuitement à un grand nombre de bons romans sur GoodNovel. Téléchargez les livres que vous aimez et lisez où et quand vous voulez.
Lisez des livres gratuitement sur l'APP
Scanner le code pour lire sur l'application
DMCA.com Protection Status