Home / Rumah Tangga / Menjadi Istri Muda Suami Kakakku / Kepulangan Adek Kesayangan

Share

Kepulangan Adek Kesayangan

Author: Rose_White
last update Last Updated: 2024-12-12 22:33:54

----

Ava duduk di ruang tengah, menatap layar laptopnya yang penuh angka dan grafik. Suasana rumah terasa sunyi. Hanya denting jam dinding yang memecah keheningan, seakan mengingatkan waktu yang terus berjalan. Namun, pikiran Ava melayang jauh—memikirkan pernikahan yang dulu ia bayangkan penuh kebahagiaan, kini terasa seperti labirin tanpa ujung.

Notifikasi di ponselnya membuyarkan lamunannya. Ava melirik layar, ternyata pesan dari Mauren.

"Kak Ava, lagi ngapain? Aku ada kejutan buat kamu! Tunggu di rumah yaaa."

Ava tersenyum kecil. Mauren, seperti biasa, tahu cara membuatnya merasa lebih baik. Meski hubungan mereka diawali dengan konflik keluarga yang rumit, Ava tak pernah bisa benar-benar marah atau membenci adik tirinya itu.

Mauren adalah anak dari istri kedua ayahnya. Kehadiran gadis itu pernah menjadi badai yang menghancurkan keluarganya. Ibu Ava meninggal karena sakit tak lama setelah mengetahui suaminya menikah lagi. Namun, semua itu kini terasa seperti bayangan masa lalu yang jauh. Ayah mereka telah tiada, dan Ava memutuskan bahwa Mauren tak bersalah atas dosa orang tua mereka.

"Dia tak memilih dilahirkan," Ava pernah berkata pada dirinya sendiri saat melihat bayi Mauren yang lucu. Meski saat itu Ava baru berusia delapan tahun, ia tahu kebencian tak akan membawa kebaikan.

Kini, Mauren telah tumbuh menjadi gadis yang ceria dan memikat. Berbeda dengan Ava yang pendiam dan serius, Mauren adalah cahaya kecil yang selalu mampu membawa warna ke dalam hidup Ava.

---

Dua jam kemudian, bel pintu berbunyi. Ava berjalan ke pintu dan membukanya. Di sana berdiri Mauren dengan senyum lebarnya, membawa koper besar.

"Kak Avaaa!" Mauren melompat memeluknya, membuat Ava hampir kehilangan keseimbangan.

"Kamu ngapain tiba-tiba datang?" Ava terkekeh sambil membalas pelukan itu. "Aku pikir kamu masih di Australia."

Mauren melepas pelukan dan menatap Ava dengan mata berbinar. "Kejutan, dong! Aku pulang khusus buat kamu."

"Khusus buat aku?" Ava mengangkat alis, bingung sekaligus tersentuh.

Mauren mengangguk dengan semangat. "Aku udah selesai semua tugas kuliah, jadi aku pikir, daripada di sana sendirian, mending aku pulang buat nemenin Kakak."

Ava tersenyum tipis, rasa hangat menjalar di hatinya. "Kamu memang tahu caranya bikin aku senang."

"Makasih dong, Kak!" goda Mauren dengan mata berbinar.

"Eh, aku bawa sesuatu buat Kakak," Mauren membuka kopernya dengan antusias dan mengeluarkan kotak kecil berwarna merah.

"Tadaaa! Ini buat Kak Ava yang paling cantik."

Ava tertawa kecil melihat gaya Mauren yang berlebihan. Saat membuka kotaknya, ia mendapati gelang perak sederhana namun elegan.

"Ini cantik banget, Ren. Kamu beli di mana?"

"Di Australia, dong!" Mauren tersenyum lebar. "Pas lihat ini, aku langsung kepikiran Kakak. Suka, kan?"

Ava mengangguk. "Suka banget. Terima kasih, ya."

---

Malam itu mereka menghabiskan waktu bersama, berbicara panjang lebar. Mauren bercerita tentang dosen-dosen menyebalkan, teman-temannya yang unik, hingga pengalamannya menjelajahi tempat-tempat baru. Ava mendengarkan penuh perhatian, merasa seperti kembali ke masa ketika hidupnya lebih sederhana.

Namun di tengah kebahagiaan itu, Ava tak bisa sepenuhnya tenang. Ada rasa bersalah yang menyelinap. Mauren terlalu muda untuk memahami beban yang Ava tanggung. Ava berusaha menyembunyikan rasa sakitnya, tak ingin adiknya ikut memikulnya.

Ketika malam semakin larut, Mauren akhirnya tertidur di sofa dengan kepala bersandar pada bahu Ava. Ava memandangi wajah adiknya yang damai, merasa bersyukur atas kehadirannya.

"Ren," bisik Ava pelan, meski Mauren sudah terlelap. "Kamu itu anugerah buat aku. Tanpa kamu, aku nggak tahu harus bagaimana."

Namun di balik wajah damai itu, Mauren menyimpan sesuatu yang Ava tak tahu. Mauren melihat Ava dengan cara yang berbeda—bukan hanya sebagai kakak, tapi sebagai bayangan sempurna dari semua yang ingin ia capai.

---

Di tengah malam, Ava yang baru selesai memindahkan kepala Mauren ke bantal, dikejutkan oleh suara pelan di belakangnya.

"Kak Ava ..." Mauren berdiri di ambang pintu, senyumnya kecil namun ada sesuatu di balik tatapannya.

Ava menoleh, bingung. "Kenapa belum tidur, Ren?"

Mauren menatapnya dengan mata yang sulit dibaca. "Apa Kakak pernah berpikir kalau aku ingin jadi seperti Kakak?"

Ava mengerutkan kening. "Apa maksudmu?"

Ava menatap Mauren dengan bingung, mencoba memahami maksud adiknya. Mauren melangkah pelan ke arahnya, berhenti di depan Ava sambil menggenggam tangannya.

"Kak Ava selalu terlihat kuat, sabar, dan ... baik hati. Aku nggak tahu apa aku bisa jadi seperti Kakak," kata Mauren dengan suara pelan, hampir seperti bisikan.

Ava tersenyum tipis, mencoba menyembunyikan gemuruh emosinya. Ia tahu Mauren memandangnya dengan penuh kekaguman, tapi ia tak pernah merasa layak mendapatkannya.

"Ren," Ava menarik napas dalam. "Aku nggak sempurna. Aku juga punya banyak kelemahan. Apa yang kamu lihat selama ini mungkin cuma bagian luarnya saja. Percayalah, aku juga sering merasa rapuh."

Mauren menatap Ava lebih lekat, matanya berkaca-kaca. "Tapi Kakak selalu berhasil melewati semuanya. Lihat aku, Kak. Aku cuma anak manja yang nggak bisa apa-apa. Kadang aku merasa nggak punya tujuan yang jelas."

Ava mengusap kepala Mauren dengan lembut. "Ren, jangan pernah meremehkan dirimu sendiri. Kamu lebih hebat dari yang kamu pikirkan. Lihat sejauh mana kamu sudah melangkah. Kakak bangga padamu, sangat bangga."

Mauren tersenyum kecil, meski air matanya mengalir. "Kalau begitu, aku mau belajar jadi lebih kuat. Supaya aku bisa seperti Kakak—bisa menghadapi apa pun, bahkan saat dunia terasa hancur."

Ava memeluk Mauren erat, merasakan hangat tubuh adiknya. Di saat itu, ia sadar bahwa meski ia sedang berjuang melawan penyakitnya dan tekanan dalam pernikahannya, ia masih memiliki sesuatu yang berharga: cinta yang tulus dari seorang adik.

"Ren, kamu nggak perlu jadi aku," Ava berbisik. "Jadilah dirimu sendiri. Itu sudah cukup luar biasa."

Dalam keheningan malam itu, keduanya berbagi kekuatan tanpa kata, menemukan pelipur lara dalam pelukan hangat satu sama lain.

TBC ☘️☘️ ☘️ ☘️ ☘️ 

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Menjadi Istri Muda Suami Kakakku   Ikatan tersembunyi

    Flashback Setelah pernikahan diam-diam itu, Mauren merasa puas. Ia kini memiliki status resmi sebagai istri kedua Ares, meskipun pernikahan itu hanya diketahui oleh segelintir orang. Malam itu, di villa tempat upacara berlangsung, ia dan Ares diberikan kamar khusus. Ibu Ares memastikan semuanya berjalan sesuai rencana, dengan harapan cucu segera hadir dalam keluarga mereka.Namun, Ares tidak merasakan kebahagiaan seperti yang dirasakan Mauren. Hatinya masih berat, pikirannya terus melayang pada Ava yang sendirian di rumah. Ia tahu Ava pasti bertanya-tanya mengapa ia tidak mengajaknya pergi, tetapi Ares terlalu pengecut untuk menghadapi kenyataan.Di dalam kamar yang diterangi cahaya lampu temaram, Mauren duduk di tepi ranjang, menatap Ares dengan sorot mata penuh harapan. Ia mengenakan gaun tidur sutra berwarna pastel yang membalut tubuhnya dengan sempurna. Namun, bukan tentang penampilannya yang membuat Ares terdiam, melainkan kenyataan bahwa ia kini telah menjadi istrinya.“Kita ak

  • Menjadi Istri Muda Suami Kakakku   After the secret wedding

    Villa di pinggir kota itu terasa sunyi setelah semua tamu meninggalkan tempat. Pernikahan sederhana antara Ares dan Mauren baru saja selesai, tetapi suasana yang tertinggal tidak menunjukkan kebahagiaan seperti pernikahan pada umumnya. Mauren masih mengenakan gaun pengantin sederhananya, berdiri di balkon villa sambil memandang ke arah taman yang kini kosong. Senyum kecil menghiasi wajahnya, tetapi di hatinya ada kecemasan.“Sekarang, Kak Ares sudah jadi milikku dan begitu sebaliknya, kami resmi sebagai pasangan,” kata Mauren lirih sambil memandangi cincin yang melingkar di jari manisnya tak lupa seulas senyuman seolah sebuah kemenangan.Di tempat lain yakni di dalam ruang utama villa, Ares sedang duduk sendirian, menatap segelas anggur yang hampir tidak ia sentuh. Ibu Ares masuk, membawa senyuman puas.“Kamu sudah membuat pilihan yang tepat, Ares,” katanya seraya duduk di sebelah sang putra."Mauren akan menjadi pendamping yang baik, dan keluarga kita akhirnya akan memiliki pewaris.”

  • Menjadi Istri Muda Suami Kakakku   Hari pernikahan

    Hari itu, Ares berdiri di depan kaca besar di kamar villanya, mengenakan setelan jas hitam yang pas di tubuhnya. Tangannya gemetar, bukan karena gugup, tetapi karena perasaan bersalah yang terus menghantui. Ia menatap bayangannya, mencoba meyakinkan diri bahwa keputusan ini adalah yang terbaik. Namun, setiap kali wajah Ava terlintas di pikirannya, hatinya terasa mencelos.Sementara itu, Mauren berada di kamar lain, dibantu oleh ibu Ares untuk mengenakan gaun putih sederhana yang telah dipilih khusus untuk momen ini. Gaun itu tidak semegah impian pernikahan Mauren, tetapi ia tahu bahwa ini adalah awal dari kehidupannya bersama Ares. Baginya, momen ini adalah kemenangan. Ia telah mendapatkan apa yang selama ini ia inginkan—tempat di sisi pria yang ia cintai.Upacara berlangsung di taman villa, di bawah naungan pohon besar yang dihiasi lampu-lampu kecil. Hanya ada beberapa orang yang hadir: ibu Ares, dua sahabatnya, dan seorang penghulu yang telah dibayar untuk menjaga kerahasiaan pernika

  • Menjadi Istri Muda Suami Kakakku   Menikah diam-diam

    Di suatu malam yang sunyi, hanya terdengar dentingan jam yang berdetik. Ares duduk di ruang kerjanya dengan pikiran yang berkecamuk. Segala hal yang terjadi dalam hidupnya beberapa bulan terakhir terasa seperti benang kusut yang sulit diurai. Hubunganya dengan Ava yang semakin dingin, belum lagi desakan ibunya untuk menikahi Mauren, dan sekarang perasaan bersalahnya yang terus menghantui dan menjadi beban yang kian tak tertahankan.Di atas meja kerjanya, tergeletak laporan medis Ava yang tak sengaja ia baca beberapa hari sebelumnya. Dokumen itu menjadi titik balik yang memaksanya merenungkan sejauh mana ia telah melukai wanita yang dulu ia sudah berjanji untuk mencintai dan menlindungi. Namun, di sisi lain, kehadiran Mauren juga telah mengguncang hatinya. Ia tidak bisa memungkiri kenyamanan yang ia rasakan saat bersama wanita itu, sebuah perasaan yang telah lama hilang dari hubungannya dengan Ava.Keputusan yang harus ia buat tidak hanya melibatkan dirinya sendiri, tetapi juga kehidupa

  • Menjadi Istri Muda Suami Kakakku   Konflik dengan Mertua

    Pagi itu, Ava merasa kepalanya berat. Mata yang sembab akibat tangis malam sebelumnya sulit ia sembunyikan. Ia bangkit dari tempat tidur dengan perasaan campur aduk, antara kekecewaan terhadap Ares dan ketakutan akan langkah selanjutnya. Ava tahu ia harus bertindak tegas, tetapi sebelum ia sempat memutuskan, suara ketukan keras di pintu depan mengalihkan pikirannya.Saat membuka pintu, ia melihat ibu Ares berdiri di sana, dengan tatapan tajam yang langsung membuat Ava merasa tak nyaman. Perempuan tua itu melangkah masuk tanpa menunggu undangan, membawa aura ketegangan yang langsung memenuhi ruangan.“Kita perlu bicara,” kata ibu Ares dengan nada serius, menatap Ava dari atas hingga bawah.Ava mencoba bersikap tenang, meski ia sudah menduga pembicaraan ini tak akan berjalan lancar. Ia menyiapkan secangkir teh untuk ibu Ares, yang hanya duduk dengan tangan terlipat, seperti mempersiapkan serangan.“Kamu tahu apa yang ingin kubicarakan,” ibu Ares memulai setelah beberapa menit keheningan

  • Menjadi Istri Muda Suami Kakakku   Bukti

    Di suatu malam yang tenang, Ava sedang duduk di ruang tamu, menatap gelapnya malam melalui jendela. Perasaan gelisah dan curiga terhadap Ares semakin kuat. Selama beberapa minggu terakhir, ia merasakan ada sesuatu yang tidak biasa antara suaminya dan Mauren. Sikap Ares yang semakin dingin terhadapnya, ditambah dengan keakraban yang terlihat jelas antara Ares dan Mauren, membuat hatinya semakin resah.Ia mencoba mengabaikan perasaan itu, tetapi instingnya mengatakan ada sesuatu yang disembunyikan. Setelah beberapa saat berjuang dengan pikirannya sendiri, Ava memutuskan untuk tidak lagi diam. Ia merasa harus menemukan jawabannya, apa pun risikonya.Esok harinya, saat Ares akan pergi bekerja, Ava memanfaatkan waktu itu untuk menyelidiki. Ia masuk ke ruang kerja Ares, tempat yang biasanya tidak pernah ia sentuh. Ruangan itu terlihat teratur seperti biasa, tetapi Ava merasa ada sesuatu yang tersimpan di tempat ini, sesuatu yang bisa mengungkapkan kebenaran pikirnya.Ia mulai membuka laci m

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status