Share

BAB 92

Penulis: Sifa Syafii
last update Terakhir Diperbarui: 2025-09-01 17:02:56

“Lagi nyari apa di ponselku?” tanya Kenzo dengan terus menatap Ayana yang ada di atas tubuhnya. Tangannya juga merapikan dan menyisipkan rambut Ayana ke belakang telinga.

“Lihat-lihat foto kita yang di alun-alun waktu itu, Mas. Di ponselku ‘kan nggak ada,” jawab Ayana dengan menundukkan pandangannya tidak berani menatap Kenzo. Mana berani ia mengatakan masih curiga kalau Kenzo gay.

“Mas Kenzo belum tidur?” tanya Ayana seraya menatap Kenzo yang ada di bawah tubuhnya.

“Tadinya sudah, tapi terbangun saat kamu turun dari tempat tidur,” jawab Kenzo jujur.

‘Mampus! Jadi, sejak tadi sudah diawasi,’ rutuk Ayana dalam hati.

“Kalau hanya mau lihat foto, kenapa harus malam hari, nunggu aku tidur dulu? Kalau kita seumuran, mungkin aku bisa kamu bohongi. Tapi, kamu harus ingat, aku jauh lebih tua darimu. Sudah beberapa tahun aku menjadi dosen dan belajar banyak macam karakter mahasiswa. Termasuk yang suka berbohong untuk segala macam alasan. Aku bisa tahu kalau kamu sedang membohongiku, Ay. Apa su
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Menjadi Istri Pak Dosen   BAB 108

    “Tumben pakai jaket, Ay?” celetuk Mario saat bertemu Ayana di depan ruang dosen. Mereka baru saja sama-sama sampai di kampus dan akan naik ke lantai dua. Hari ini kedua kalinya ia melihat Ayana memakai jaket di kampus.Karena tadi pagi keramas, rambut Ayana masih basah. Kenzo tidak memiliki pengering rambut. Jadi, Ayana membiarkan rambutnya kering dengan sendirinya. Sialnya, mereka naik mobil saat berangkat ke kampus. Jadi, rambut Ayana lama keringnya karena tidak terkena angin dan panas.“Keramas pagi-pagi wajah kamu jadi kelihatan tambah segar. Jadi tambah cantik loh,” imbuh Mario memuji sebelum Ayana sempat menjawabnya. Ia mengatakan yang sebenarnya. Wajah Ayana memang tampak lebih cerah dan lebih segar. Pipinya pun tampak kemerahan merona.Kenzo yang hendak masuk ke ruang dosen pun mendengar ucapan Mario. Tiba-tiba dadanya terasa meradang. Sebelumnya ia sudah sangat tidak suka dengan Mario. Apalagi sekarang ia mendengar Mario memuji kecantikan istrinya. Ia mengepalkan telapak tang

  • Menjadi Istri Pak Dosen   BAB 107

    “Latihan, Ay. Latihan menyusui nanti kalau kita sudah punya anak,” balas Kenzo lalu terkekeh sendiri. Ia membayangkan betapa serunya saat mereka punya anak yang lucu nanti.“Kamu mau punya anak sekarang, Mas?” tanya Ayana dengan mata melotot. Alisnya berkerut tampak khawatir. Ia mau berhubungan intim dengan Kenzo nanti malam, tapi bukan berarti ia mau punya anak.“Aku nggak bilang gitu. Terserah kamu aja mau punya anaknya kapan. Sesiap kamu. Aku nggak maksa,” ujar Kenzo lalu menghampiri Ayana dan mengecup puncak kepala Ayana. Ia tidak boleh membuat Ayana panik. Apalagi sampai menuntutnya memiliki anak. Bisa-bisa Ayana tidak mau disentuhnya. Kalaupun Ayana tidak ingin memiliki anak sekarang, ia sudah siap karena sudah membeli kondom satu kresek yang ia simpan di mobilnya.“Pakai jaket, Ay. Leher kamu merah-merah tuh. Nggak malu apa dilihat orang,” titah Kenzo seraya menyentuh leher Ayana. Setelah melihat hasil karyanya di leher Ayana, ia jadi merasa terlalu buas tadi malam meskipun bel

  • Menjadi Istri Pak Dosen   BAB 105-106

    BAB 105“Kamu itu terlalu manja, Ay. Aku dulu pas kuliah, selalu mengerjakan semuanya sendiri. Nggak ada drama merengek, apa lagi nangis-nangis kayak gini karena nggak bisa mengerjakan tugas. Namanya kuliah memang berat. Nggak kamu aja kok yang kayak gini, tapi semua mahasiswa. Kamu kira kuliah itu enak? Tinggal di luar kota, jalan bareng teman, nongkrong sana nongkrong sini. Kamu salah besar kalau mikirnya kayak gitu. Kuliah itu yang niat. Kasihan orang tua yang membiayai kuliah kalau mikirnya hanya senang-senang di kota orang,” ujar Kenzo menasihati Ayana.Ayana pun merasa tertampar dengan ucapan Kenzo. Ia dan ketiga sahabatnya dulu juga mikirnya seperti yang diucapkan Kenzo. Mereka berniat kuliah di Yogyakarta agar bisa sering jalan-jalan dan main ke jalan Malioboro. Foto-foto bersama dan kuliner sepuasnya.Dengan segera Ayana berbalik badan membelakangi Kenzo. Ia menangis tersedu-sedu seraya menutupi wajahnya dengan kedua telapak tangannya.Kenzo yang awalnya tegas pun mulai meras

  • Menjadi Istri Pak Dosen   BAB 104

    “Kalau kasih uang, aku masih belum bisa. Makan tiap hari aja aku masih minta sama kamu. Kalau nyuci mobil sama motor gimana, Mas?” jawab Ayana menawarkan imbalan dengan tersenyum.Kenzo menggelengkan kepala seraya mencebikkan bibirnya.“Kerjakan sendiri sana!” ujar Kenzo lalu beranjak bangkit dari duduknya.Ayana buru-baru bangkit dari duduknya lalu menahan Kenzo agar tidak meninggalkan meja kerja.“Mas Kenzo mau apa? Apa aku kasih imbalan menyenangkan bapak aja gimana?” tanya Ayana seraya mendongak menatap Kenzo yang lebih tinggi darinya. Ia merasa sudah memiliki ide yang sangat cemerlang saat ini.“Menyenangkan bapak gimana? Bapak maunya punya cucu. Apa kamu mau punya anak sekarang?” balas Kenzo seraya menatap Ayana dengan tatapan serius. Untuk memiliki anak, ia dan Ayana harus memikirkannya dengan serius. Mereka sama-sama sibuk. Siapa yang merawat harus dipikirkan terlebih dahulu.Ayana menganggukkan kepalanya mantap dengan tersenyum.“Bapak ‘kan pengen cepet-cepet punya cucu? Kala

  • Menjadi Istri Pak Dosen   BAB 103

    Pukul delapan malam, Kenzo pulang dari mengajar. Ia masuk ke dalam rumah seperti biasanya sambil membawa bungkusan makanan di tangannya. Ia yakin kalau saat ini Ayana pasti belum makan. Ia meletakkan makanan itu di atas meja makan lalu masuk ke dalam kamar.“Ay,” panggil Kenzo saat memasuki pintu kamar.Ayana tidak menyahuti panggilan Kenzo. Ia terus menatap laptop di hadapannya.“Ay …,” panggil Kenzo lagi seraya memegang bahu Ayana. Kemudian ia menunduk dan mencondongkan badannya ke dekat wajah Ayana.Tampaklah bibir Ayana yang cemberut dengan mata berkaca-kaca. Ada air mata menggenang di pelupuk matanya. Saat Kenzo mendekat ke arah wajahnya, ada air mata yang meluruh dari pelupuk matanya.Tiba-tiba terdengar isak tangis dari bibir Ayana.“Kenapa? Kenapa nangis?” tanya Kenzo tiba-tiba panik lalu mengusap air mata Ayana dengan ibu jarinya.“Tugasku belum selesai, Mas …,” lirih Ayana kemudian mengalungkan kedua tangannya ke leher Kenzo. Air matanya pun keluar semakin deras.Kenzo sudah

  • Menjadi Istri Pak Dosen   BAB 101-102

    BAB 101“Lagi belajar ya?” celetuk Kenzo dengan tersenyum nakal.Ayana pun terperanjat kaget. Ia membelalakkan matanya lalu segera berdiri.“Mas!” pekik Ayana. Jantungnya terasa hendak melompat keluar saking kagetnya.“Bikin kaget saja!” sungut Ayana seraya memegang dadanya yang berdebar-debar.“Kamu katanya mau mengerjakan tugas makalah. Kok malah nonton film begituan?” ujar Kenzo lalu tangannya maju dan menutup semua folder yang terbuka. Sebenarnya ia merasa malu juga kalau Ayana tahu ia menyimpan video film seperti itu. Saat menutup file-file yang terbuka, ia tidak menemukan tugas apapun yang dikerjakan Ayana.“Aku ….” Ayana bingung harus beralasan apa. Sudah terlanjur kepergok, tidak bisa mengelak lagi. Mau alasan apa lagi, nyatanya Kenzo melihat dengan mata kepalanya sendiri.“Basah nggak?” tanya Kenzo seraya merangkul pinggang Ayana dengan tangan kiri. Kemudian ia memasukkan tangan kanannya ke dalam celana Ayana.“Mas, jangan!” seru Ayana seraya memberontak. Namun, Kenzo tidak m

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status