Share

BAB 3

Author: Sifa Syafii
last update Last Updated: 2023-03-25 10:22:23

“Oke. Kalau begitu Ayah izinkan kamu kuliah, tapi ada satu syarat!” ujar Pak Cahyo kemudian.

Ayana yang tadinya menundukkan kepalanya tiba-tiba menatap sang ayah.

“Syarat? Syarat apa, Yah?” tanya Ayana seraya mengerutkan keningnya.

“Besok Ayah akan kasih tahu syaratnya. Kamu mau kuliah dan jadi guru seperti Ayah ‘kan?” balas Pak Cahyo sok misterius. Ia belum bisa mengatakan syaratnya pada Ayana karena belum berdiskusi dengan Pak Budi.

Ayana menganggukkan kepalanya beberapa kali.

“Kalau begitu kamu akan melakukan apa pun syarat yang Ayah berikan ‘kan?” tanya Pak Cahyo lagi memastikan.

“Iya, Ayah. Apa pun syarat dari Ayah, aku janji akan melakukannya,” ucap Ayana optimis. Ia mengira syarat dari ayahnya adalah harus menjaga diri dengan baik dan tidak boleh bergaul dengan sembarang lelaki. Kalau hanya itu, ia sudah terbiasa sejak dulu.

“Ya sudah kalau begitu, mulai sekarang kamu belajar yang rajin biar bisa lolos tes nanti,” ucap Pak Cahyo menyudahi pembicaraannya dengan Ayana.

“Siap, Yah!” balas Ayana senang.

*

Keesokan harinya

Ayana baru saja masuk ke dalam kelas. Ketiga temannya langsung menatapnya dan menghampiri di mana meja bangku Ayana.

“Gimana, Ay? Udah dapat izin dari Pak Cahyo?” tanya Rara. Pak Cahyo adalah guru mereka saat SMP dulu. Karena itu ketiga sahabat Ayana sangat tahu bagaimana watak Pak Cahyo.

Ayana menganggukkan kepalanya dengan tersenyum.

“Kemarin Ayah bilang aku boleh kuliah, tapi ada satu syaratnya,” ujar Ayana yang membuat beberapa temannya jadi penasaran.

“Apa itu, Ay?” tanya Wulan seraya mengerutkan keningnya.

“Ayah belum bilang, tapi aku sudah bisa menebaknya. Paling-paling juga disuruh jaga diri baik-baik. Jangan bergaul dengan orang asing. Kayak gitu lah. Ayahku kan posesif banget. Takut anaknya yang cantik dan manis ini digoda orang ...,” ucap Ayana sembari memuji dirinya sendiri dengan percaya diri.

“Hweek!” Rara, Wulan, serta Mala berekspresi muntah.

“Memang kamu cantik kok!” Tiba-tiba terdengar suara celetukan dari Mario yang baru saja masuk ke dalam kelas.

Ayana menatap Mario dan tersenyum malu.

“Kamu jadi kuliah di mana, Rio?” tanya Rara.

“Di Malang aja. Biar nggak jauh-jauh kalau pulang,” jawab Mario santai seraya meletakkan tasnya di atas meja.

“Oh .... Yakin nggak ngikut kita ke Jogja?” sahut Mala. Sebenarnya ia ada rasa pada Mario. Namun, ia sadar diri kalau beda kasta dengan Mario. Sampai kapan pun ia tidak akan bisa mengimbangi Mario.

“Nggak. Di Malang juga banyak kok perguruan tinggi yang bagus,” balas Mario dengan tersenyum simpul dan menatap Ayana.

Ayana yang ditatap pun menjadi malu. Ia menundukkan pandangannya lalu menoleh ke arah jendela yang ada di sampingnya. Jantungnya terasa berdenyut tidak biasa.

Siapa pun tidak ada yang bisa menolak pesona Mario Hutama. Dia adalah laki-laki yang tampan, tinggi, dan cerdas. Sejak dulu ia selalu rangking satu di kelas. Orang tuanya sangat kaya raya. Namun, itu semua tidak menjadikannya anak yang sombong. Di sekolah ia juga aktif mengikuti beberapa organisasi dan kegiatan seperti OSIS, PRAMUKA, olahraga basket, dan lain-lain. Semua guru dan murid mengenalnya dengan baik.

“Kamu jadi kuliah ke Jogja, Ay?” tanya Mario.

Ayana menganggukkan kepalanya beberapa kali.

“Iya dong. Kita kan sahabatan sejak SMP. Jadi, sampai kuliah pun kita akan tetap sama-sama. Iya kan, Ay?” sahut Wulan sembari merangkul pundak Ayana.

“Ya sudah. Semoga kalian semua bisa diterima di sana ya. Biar nggak terpisahkan,” pungkas Mario dengan tersenyum.

“Terima kasih, Mario Sayang. Duh ... andai kamu ikut sama kita-kita. Pasti rame,” ujar Wulan. Ia adalah sepupu Mario. Jadi, tidak ada rasa sungkan saat ia menyebut Mario dengan sebutan sayang.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Menjadi Istri Pak Dosen   BAB 141-142

    BAB 141Ayana yang mendengar suara Kenzo pun bergegas memegang ujung jaketnya lalu merapatkan di depan dada dengan mata terpejam.Setelah angin mereda, semua mata orang yang ada di meja itu menatap ke arah Kenzo, kecuali Ayana. Ayana sudah terbiasa menatap Kenzo setiap hari, bahkan hampir lima belas jam. Jadi, ia tidak merasa ada yang aneh dan perlu diperhatikan pada diri dan ucapan Kenzo.“Pak Kenzo, perhatian banget sama Ayana?” celetuk Arif.Di meja itu ada beberapa mahasiswi, tapi kenapa yang diperhatikan hanya Ayana? Bahkan Kenzo memanggil Ayana seperti sudah akrab, tidak ada kecanggungan sedikit pun.Kenzo bingung harus menjawab apa. Tadi ia reflek karena khawatir leher Ayana terekspose. Bagaimana pun angin tadi cukup kencang. Ia juga harus menjaga istrinya agar tidak kenapa-kenapa.“Perasaan kamu aja mungkin,” balas Kenzo enteng sambil menyembunyikan kegugupannya.Ayana yang dibicarakan tentu saja pura-pura tidak sedekat itu dengan Kenzo. Bergegas ia bangkit seraya berkata, “Ak

  • Menjadi Istri Pak Dosen   BAB 140

    Ayana dan ketiga temannya duduk di seberang Arif dan kawan-kawannya.“Halo, Pacarku …,” sapa Arif menggoda Ayana dengan suara rendah. Ia menatap Ayana yang tampak malu-malu.Seketika wajah Ayana memerah saat mendengar Arif mengakuinya sebagai pacar. Padahal ia ingat betul kalau mereka tidak pernah jadian.“Dia pacar kamu?” tanya Yoga tidak percaya. Matanya sempat membelalak saat mendengar Arif mengatakan Ayana adalah pacarnya.“Waktu ospek dia nembak aku. Iya kan, Ay?” balas Arif seraya menatap Ayana. Sudut bibirnya tampak sedikit terangkat tersenyum samar.Ayana hanya bisa membelalakkan matanya dan bibirnya sedikit mengangah mendengar ucapan Arif. Jantungnya berdegup kencang.‘Apa Kak Arif menyukaiku?’ gumam Ayana dalam hati. Mana berani dia menanyakannya langsung di depan orangnya. Mario mendengarkan perbincangan mereka sambil menatap Ayana dengan serius. Ia diam-diam membaca ekspresi wajah Ayana dalam diam.Mona, Yesi, dan Mery juga tampak terkejut mendengar ucapan Arif. Mereka ju

  • Menjadi Istri Pak Dosen   BAB 139

    “Enggak. Aku beneran sibuk. Hari Minggu aja gimana? Aku usahakan deh. Aku lihat jadwalku dulu,” balas Kenzo dengan santai.Biasanya Kenzo dan Ayana hanya bersantai di rumah saat hari Minggu. Mereka lebih memilih beres-beres rumah atau mengerjakan tugas daripada jalan-jalan di luar. Sudah bisa dipastikan semua tempat baik mal maupun tempat wisata penuh di hari Minggu. Karena itu ia akan pergi ke tempat gym bersama Adnan di hari itu. Meninggalkan Ayana dua atau tiga jam ia rasa tidak masalah.“Oke kalau gitu. Aku tunggu kabar secepatnya,” balas Adnan seraya beranjak bangkit lalu keluar dari ruangan Kenzo.Setelah Adnan keluar, Kenzo melirik jam di pergelangan tangannya. Karena sudah waktunya makan siang, ia pun bergegas pergi ke Universitas Gardenia. Ia lebih suka makan siang di sana karena menunya lebih beragam dan bisa melihat Ayana juga.*Sabrina masuk ke kantin dengan napas terengah-engah. Di sebuah meja, Lely sudah menunggunya sambil menyeruput es teh yang sangat menyegarkan tengg

  • Menjadi Istri Pak Dosen   BAB 137-138

    BAB 137Setelah menurunkan Ayana di Universitas Gardenia Malang, Kenzo melajukan mobilnya menuju Universitas Magnolia Malang. Ia ada jam mengajar jam pertama hingga jam ke empat di sana.Setelah turun dari mobil, Kenzo bergegas masuk ke dalam kelas karena ia sudah hampir terlambat. Ia sempat terkena macet dan beberapa lampu merah di tengah jalan.“Selamat pagi semua …,” sapa Kenzo seraya berjalan dengan sedikit cepat menuju meja yang ada di depan kelas. Tubuhnya berjalan dengan tegap sambil menggendong tas ransel di punggungnya. Kemeja berwarna hijau sage membungkus tubuhnya. Lengannya dilipat di bawah siku. Celana hitam membungkus kaki panjangnya.“Selamat pagi, Pak …,” sahut para mahasiswa yang ada di ruangan itu hampir serentak.Kenzo menurunkan tas ranselnya lalu mengeluarkan laptopnya. Semua mahasiswa menunggunya dengan sabar.“Ada yang beda nggak sih dengan Pak Kenzo?” celetuk Sabrina dengan berbisik pada Lely yang ada di sampingnya. Ia berbicara sambil menutupi mulutnya agar ti

  • Menjadi Istri Pak Dosen   BAB 136

    Kenzo tampak termenung sejenak. Kemudian ia berkata, “Coba aku lihat?” sambil menyingkap selimut.Ayana membelalakkan matanya. Kenzo benar-benar tidak tahu malu.“Mas Kenzo mau ngapain?” Seketika Ayana panik. Tangan Kenzo sudah memegang ujung daster midinya dan hendak menyingkapnya. Buru-buru Ayana duduk dan menahan tangan Kenzo. Rasa tertusuk jarum kembali menjalar di area pangkal pahanya.“Mau lihat. Apa terluka lagi? Padahal aku melakukannya lebih pelan dari waktu itu. Apa kamu mau cek ke dokter?” ujar Kenzo menawari. Ia juga kasihan pada Ayana kalau terus kesakitan. Apalagi Ayana masih muda. Usianya belum genap 19 tahun.Membayangkan dokter memeriksa bagian intim tubuhnya, seketika wajah Ayana memerah. Ia akan lebih malu kalau orang lain melihat barang miliknya, apalagi kalau dokternya laki-laki.“Nggak usah. Aku akan kuliah hari ini,” ujar Ayana akhirnya terpaksa masuk kuliah daripada harus diperiksakan ke dokter.Kenzo tersenyum dan membelai rambut Ayana. Kemudian ia beranjak ba

  • Menjadi Istri Pak Dosen   BAB 135

    Ayana bergegas mandi dengan benar agar cepat selesai. Ia ingin lanjut tidur lagi usai salat subuh nanti.Kenzo keluar rumah untuk berbelanja. Biasanya ia akan jalan kaki langsung menuju tukang sayur keliling yang biasanya berjualan di komplek perumahannya. Namun, kali ini ia tidak melakukan itu. Ia akan lari keliling komplek dua putaran terlebih dahulu baru berbelanja.Kenzo berlari ke arah tukang sayur lalu mengurangi kecepatan larinya ketika sudah dekat dengan tukang sayur. Orang-orang yang melihat, mengira Kenzo akan berbelanja seperti biasanya. Namun, saat sudah dekat, Kenzo hanya menyapa dengan tersenyum cerah.“Selamat pagi, Ibu … Ibu …,” sapa Kenzo.“Pagi …, Mas Kenzo …,” balas beberapa ibu-ibu yang sering berbelanja bareng bersama Kenzo.“Nggak belanja, Mas Kenzo?” celetuk Bu Heni.“Nanti saja, Bu. Saya mau lari dulu,” sahut Kenzo lalu melanjutkan larinya.Setelah lari komplek dua putaran, Kenzo kembali ke tukang sayur untuk berbelanja. Napasnya tampak ngos-ngosan usai berlari

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status