Share

Menghadiri Pesta Kelas Atas

Penulis: Stefani
last update Terakhir Diperbarui: 2024-04-18 14:30:45

"Dimana Alice?" tanya Gavin kepada salah satu pelayan sambil membenarkan kancing lengan bajunya.

Ia sudah rapi dan menggunakan tuxedo untuk pergi ke pesta. Namun begitu keluar kamar, ia tidak menemukan Alice, seperti biasanya. Lagi-lagi wanita itu membuatnya kesal.

"Nyonya belum keluar dari kamar, Tuan," jawab pelayan itu.

Gavin menghela napas panjang.

"Wanita itu, apakah dia sungguh tidak akan menuruti aku?" geram Gavin, kemudian melangkah besar menuju ke kamar Alice.

Ceklek!

Sesampainya Gavin di depan pintu kamar Alice, terdengar pintu kamar didorong terbuka. Ucapan dingin yang sudah tertahan di ujung lidah Gavin pun harus tertahan.

Wanita itu telah siap dengan rambut yang dibuat sebagian terangkat. Dia menggunakan gaun long sleeve berwarna hitam, dengan kerah V yang memperlihatkan sedikit dadanya.

Gaun itu memiliki belahan di salah satu sisi roknya, yang menonjolkan kaki indahnya.

Kesan pertama yang terlihat adalah berani, seksi, cantik dan menggoda.Wajahnya yang dirias, menonjolkan setiap keindahan wajahnya dengan sempurna.

Untuk sekejap Gavin kehilangan kata-katanya, dia terpesona melihat pemandangan di hadapannya. Memang, dirinya yang memilihkan gaun itu, tapi tidak menyangka kalau aura Alice bisa berubah sedrastis ini.

Ia tidak menyangka kalau gaun hitam itu akan membuatnya tampak jauh lebih seksi. Begitu juga riasannya… sejak kapan Alice merias wajahnya begitu berani, apalagi dengan lipstik merah darah itu.

Gavin menenguk air liurnya.

"Apa kita tidak jadi pergi?” tanya Alice dengan alis terangkat.

Gavin pun berdeham, berusaha menyadarkan dirinya. Ia mengulurkan tangannya, dan segera disambut oleh Alice. Tangan wanita itu tampak begitu kecil di genggamannya.

Mobil Rolls Royce yang mereka tumpangi, melaju dengan kecepatan standard di jalanan.

Mereka tiba tepat waktu di pesta Perdana Menteri.

Beberapa gadis di sana tampak senang ketika melihat mobil Rolls Royce yang datang itu.

"Bukankah itu mobil Tuan Muda Welbert?" ujar seorang gadis.

"Benar, itu mobil miliknya," sahut gadis yang lain.

"Oh, akhirnya aku bisa melihat Tuan Muda Welbert dari dekat," ujar seorang yang lain kegirangan.

James turun terlebih dulu dari kursi pengemudi dan membukakan pintu untuk Tuan dan Nyonyanya. Gavin kemudian keluar terlebih dahulu.

"Oh Tuhan, dia sangat tampan sekali," seru gadis-gadis tadi.

Tangan Gavin menjulur memegang sesosok tangan dari dalam mobil yang akan keluar.

Sepatu hak tinggi keluar melengkapi kaki indah yang jenjang.

Ketika wanita itu keluar sepenuhnya dari dalam mobil, semua mata tertuju kepadanya.

"Siapa wanita itu?"

"Mungkin dia adalah Alice Rayes, istri dari Gavin Welbert yang konon katanya mereka dijodohkan sejak masih kecil."

"Hei, bukankah gosipnya Tuan Gavin selalu mengabaikannya. Mengapa dia membawanya kemari hari ini?"

"Mungkin Perdana Menteri yang meminta Tuan Gavin untuk mengajak serta istrinya."

"Cih, dia tidak pantas hadir disini, dia tinggal di pedesaan dan berpendidikan rendah. Pasti dia tidak akan mampu mengikuti etika pergaulan kelas atas."

Mereka bergosip dan berbisik-bisik, namun tidak dipungkiri mereka cukup takjub melihat penampilan Alice.

Selain cantik, Alice memiliki postur tubuh yang sangat proporsional.

Dia memiliki tinggi badan 168 sentimeter. Meskipun memakai hak setinggi 8 sentimeter, dia sangat serasi berjalan berdampingan bersama Gavin yang memiliki tinggi badan 187 sentimeter.

Anehnya, tidak seperti yang digosipkan orang-orang. Dia terlihat sangat santun, sopan dan sangat berpendidikan.

Alice berjalan dengan percaya diri, dia melangkah dengan gerakan yang anggun dan indah.

Keseluruhan pembawaannya, membuat gaun dan sepatu yang digunakannya bukanlah hal yang membuatnya tampak cantik, melainkan dirinya sendiri lah yang membuat perlengkapan yang digunakannya terlihat cantik.

Dia seperti telah terbiasa menghadiri pesta-pesta besar keluarga terpandang.

Attitude yang ditunjukkannya seperti dia telah menyelesaikan pelatihan tata krama bertahun-tahun. Dia terlihat sangat elegan.

"Mungkin dia telah diajari tata krama dan etika kelas atas setelah masuk ke dalam keluarga Welbert," komentar seseorang.

"Ya, mungkin saja," jawab seorang yang lainnya.

"Tentu saja dia harus mempelajarinya, jika tidak dia hanya akan mempermalukan Tuan Gavin saja."

Orang-orang terus menatap Alice dan Gavin.

Berbagai macam tatapan mereka terima.

Dan berbagai macam cemoohan hingga pujian terdengar dari mulut orang-orang di pesta itu.

Perdana Menteri menyambut Gavin dan Alice, "Selamat datang Tuan Gavin Welbert, dan ini adalah..."

"Aku adalah Alice Rayes, Tuan Aldimor. Suatu kehormatan bisa bertemu dengan Perdana Menteri negara ini," sapa Alice sambil tersenyum.

Sekilas wajah Gavin menunjukkan semburat tidak senang, karena dia sebenarnya ingin mengatakan 'ini adalah istriku', akan tetapi Alice terlebih dahulu berbicara memperkenalkan dirinya.

"Istrimu ternyata wanita yang sangat cantik, Gavin," puji Perdana Menteri.

"Kamu terlalu memuji Tuan Aldimor," jawab Gavin.

"Gavin, bolehkah kita berbicara sebentar, aku ingin memperkenalkan kamu kepada beberapa orang penting. Nyonya Welbert, semoga kamu tidak keberatan jika aku membawa suamimu sebentar," ujar Perdana Menteri.

"Silahkan Tuan," Alice mengangguk setuju.

"Aku akan mengobrol sebentar dengan mereka," ujar Gavin kepada Alice.

"Oke," jawab Alice.

Dia kemudian berjalan mengitari ruang jamuan.

Dia mengambil beberapa makanan ringan ke dalam piring dan mengambil segelas anggur.

Ketika Alice sedang menikmati makanannya, datang sekelompok wanita muda mendekat ke padanya.

Alice tahu, wanita-wanita ini hanya ingin mencari masalah dengannya. Sejak kedatangannya, mereka memberikan tatapan yang sungguh jelas menampakkan rasa tidak suka terhadap Alice.

Ketika sedang mengambil makanan tadi, dia mendengar mereka membicarakan dirinya dalam bahasa Perancis.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Menjadi Istri Pengganti Suami Kembaranku   Cerita Tambahan

    "AYO, KERAHKAN TENAGA KALIAN!" Alice berteriak kencang memerintahkan para tentara pasukan elit Albain untuk melalui halang rintang yang dibuatnya di tengah-tengah hutan lebat pegunungan Albain. Ratusan tentara elit Albain itu telah melalui pelatihan Alice selama hampir 1 bulan ini. Pelatihan yang diberikan Alice benar-benar mengerikan. Sang Alpha, menciptakan neraka untuk membentuk tentara-tentara terlatih dan profesional. Ketika pelatihannya berakhir, Alice melihat kembali seluruh catatan skor dari setiap orang. "Bagus, bagus. Kalian mengalami peningkatan, meskipun hanya sedikit." Alice memuji para peserta pelatihannya. Seluruh peserta bukannya senang, mereka malah merasa merinding. Jika Alice mengucapkan kata 'peningkatan sedikit' itu artinya, besok harinya akan dibuat sebuah rintangan pelatihan yang baru dan lebih sulit. "Ada apa dengan wajah kalian? Mengapa di wajah kalian aku melihat ada 'keluhan'?" Alice menatap barisan tentara itu satu persatu. "TIDAK, YANG MULIA RATU!

  • Menjadi Istri Pengganti Suami Kembaranku   Pemakaman

    Alice melangkah perlahan di komplek pemakaman dengan memegang seikat karangan bunga Krisan Putih di tangannya. Langkahnya terhenti di sebuah makam keluarga yang terlihat masih baru. Tanahnya masih basah, belum ditumbuhi subur oleh rumput hias yang cantik seperti makam di sekitarnya. Dia berjongkok dan meletakkan bunga Krisan Putih yang dipegangnya. Dipegangnya pusara dengan hati-hati. Perutnya kini agak membuncit, jadi Alice tidak tahan berjongkok lama-lama. Ketika Alice akan bangkit berdiri, sepasang tangan merangkul bahunya dari belakang untuk membantunya. Lalu pada bahunya disampirkan sebuah mantel hangat. "Mengapa kau tidak menggunakan pakaian yang agak tebal? Sekarang sudah hampir musim dingin. Bagaimana nanti jika sakit?" Suara hangat pria mengalun di telinga Alice. Alice menatap pria itu kemudian tersenyum, "Ada kau di sisiku, aku tidak akan sakit." Alice melingkarkan tangannya di pinggang Gavin, dan menyandarkan kepalanya di dadanya. Gavin mengecup pelan dahi istrinya

  • Menjadi Istri Pengganti Suami Kembaranku   Gavin Belum Sadar

    Berjam-jam waktu telah berlalu, Alice masih duduk di kursinya tanpa beranjak sedikitpun. Wajahnya terlihat lelah dan juga pucat. "Alice, sebaiknya kamu dan Ibu pulang dan beristirahat. Aku dan Jake akan menunggu di sini. Kami akan mengabari kamu jika Gavin telah sadar." Elisa merangkul bahu Alice yang duduk di sisinya. Semalaman Alice tidak tidur. Kini hari sudah berganti pagi. Waktu menunjukan pukul 09.00 pagi. Namun Gavin belum menunjukkan tanda-tanda akan sadar. Mereka juga hanya bisa duduk dan menunggu di luar, karena Gavin saat ini masih berada di ruang observasi. "Ya, aku juga akan tetap di sini." Mario juga sejak semalam masih berada di sana. "Kami akan mengantarkan kamu, Bos!" Wella berkata kepada Alice sambil menunjuk dirinya dan Henry. "Benar Alice, setidaknya kau harus menjaga kondisimu juga. Beristirahatlah sejenak!" Ujar Jake pada Alice. Alice sebenarnya merasa tidak tenang jika harus pergi meninggalkan Gavin di rumah sakit. Tapi memang benar, dia harus menjaga k

  • Menjadi Istri Pengganti Suami Kembaranku   Gavin Dioperasi

    Tuuuuuuuutttt Dokter melakukan teknik Resusitasi Jantung Paru kepada Gavin, namun tidak juga ada tanda-tanda detak jantungnya kembali. Mesin masih terus berbunyi, tanda detak jantung Gavin tidak terdeteksi. "Siapkan defibrillator!" Dokter meminta perawat memberikan alat kejut jantung. "50 Joule!" Perintah dokter pada perawat yang memegang alat defibrillator. "Everybody clear!" Dokter memberikan kejut jantung pertama kepada Gavin. Namun tidak ada reaksi apapun. "100 Joule!" Perintah dokter lagi pada perawat. "Everybody clear!" Tetap tidak ada reaksi apapun pada Gavin. "150 Joule!" Perintah dokter lagi pada perawat. "Everybody clear!" Tut...Tut...Tut... "Oke, jantung mulai berfungsi. Siapkan ruang operasi. Aku akan mensterilkan diri." Dokter kemudian keluar dari ruang gawat darurat. "Nyonya, sebaiknya Anda menunggu di luar. Kami akan mempersiapkan pasien untuk dioperasi." Alice mengangguk, namun sebelumnya ia memegang tangan Gavin sebelum keluar, "Sayangku

  • Menjadi Istri Pengganti Suami Kembaranku   Akhir Dari Firlo dan Logan

    "Ya, aku bersedia bersaksi untuk kerajaan." Louis bersuara. Entah sejak kapan dia masuk ke dalam ruang rapat Parlemen. "Louis?" Isabela menatap tajam kepada pembunuh putrinya itu. Sebenarnya Isabela tahu bahwa yang meracuni Ansara adalah Louis dan Logan. Hanya saja, dia tidak punya cara untuk membuktikannya. Mereka berdua telah bersekongkol dengan sangat rapi. Seluruh rekaman kamera pengawas telah dihapus pada bagian dimana mereka memasukkan racun ke dalam makanan dan minuman Ansara. Setiap kali mereka secara bergantian meracuni Sara. "Aku akan menyerahkan diri dan mengakui perbuatanku. Aku juga akan menjadi saksi kejahatan Logan. Aku menyimpan beberapa bekas botol racun yang telah kosong. Aku rasa itu cukup kuat untuk dijadikan alat bukti." Louis berkata sambil menunjuk Logan. "Pria bajingan ini memaksa aku dan putraku untuk menjadi kaki tangannya. Namun, ketika kami sudah tidak dibutuhkan lagi, dia memerintahkan orang untuk membunuhku. Beruntung bagiku, Matheo tiba di rumah ber

  • Menjadi Istri Pengganti Suami Kembaranku   Lebih Baik Membangun Kembali dari Awal

    "Rekam baik-baik semua bukti yang akan aku tunjukkan kepada kalian hari ini!" Lalu proyektor menampilkan seluruh bukti transfer uang senilai 1 milyar kepada seluruh anggota Dewan Parlemen yang berasal dari rekening Firlo More. Setelahnya, menampilkan seluruh percakapan Ketua, Wakil, dan beberapa anggota Dewan Parlemen sebelum rapat hari ini dimulai. 'Apakah kalian telah menerima uang senilai 1 milyar yang dikirimkan Firlo?' Terdengar suara Ketua Dewan Parlemen. 'Hahaha, kami telah menerimanya. Pokoknya, apapun yang tuan Firlo minta, akan kita lakukan. Jika mengikutinya, kita akan semakin kaya raya.' Seorang anggota merasa sangat senang. 'Ya, yaa.. Nominal 1 milyar setiap bulan, sangat besar. Tuan Firlo memang sangat murah hati.' Wakil Ketua Dewan Parlemen terdengar sangat bersemangat. 'Hei, sudah. Itu, Perdana Menteri telah datang!' Seseorang dari mereka meminta untuk menghentikan obrolan. 'Tuan Firlo, terima kasih atas hadiahnya. Hahaha.' Ketua Dewan Parlemen bersuara.

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status