Share

Mereka Hanya Berpura-Pura

Author: Stefani
last update Last Updated: 2024-04-19 17:01:12

"Halo, apakah kamu Alice Rayes?" tanya Tania Mace.

Ia adalah putri kedua dari pengusaha real estate di kota itu dan juga merupakan keponakan dari Perdana Menteri.

Alice hanya sekedar melihatnya, kemudian mengangguk dan tersenyum.

"Dia sepertinya gugup dan takut untuk berbicara dengan kita, makanya dia diam saja," ujar salah satu wanita lainnya yang bernama Lina dengan bahasa Perancis kepada mereka.

"Ya, orang bodoh dan tidak berpendidikan sepertinya memiliki nyali untuk hadir di pesta orang kaya dan kelas atas seperti ini, dia sungguh tidak sadar diri," ujar Melly dalam bahasa Perancis juga.

"Bukankah kamu istri dari Gavin? Mengapa kamu hanya duduk di sini sendirian?" tanya Tania lagi kepada Alice dengan wajah yang dibuat terlihat sangat ramah.

"Sudahlah Tania, kita tidak perlu berpura-pura ramah kepada orang kampung itu," Lina masih berbicara dalam bahasa Perancis.

"Lagipula tentu saja karena dia diabaikan oleh Gavin. Gavin tidak pernah memperdulikan dia. Dia diajak kemari hanya sebagai bagian dari pertunjukkan, tidak lebih," ujar Melly menimpali perkataan Lina dengan menggunakan bahasa Perancis juga.

"Ya, aku adalah istri Gavin dan dia sekarang sedang sibuk berbicara dengan rekan-rekannya," jawab Alice dengan wajah yang ramah.

"Lihat, betapa bodohnya dia, dia tidak mengerti bahasa Perancis, sehingga kita dapat dengan mudah membicarakan dia tepat di depannya, dasar manusia tidak berpendidikan," sahut Melly dalam bahasa Perancis.

"Ayolah kawan-kawan, jangan perlihatkan wajah tidak suka kalian kepadanya dengan sangat jelas. Sekarang aku hanya ingin mengerjai dia sedikit," ujar Tania kepada kedua sahabatnya itu dalam bahasa Perancis.

"Alice, mari kita duduk di tepi danau itu! Pemandangan di sana sangat indah, aku akan memperkenalkan kamu kepada teman-teman ku yang lainnya," ajak Tania.

"Hmmm, ya boleh juga, sepertinya di sana terlihat menyenangkan. Aku akan ikut dengan kalian," ujar Alice dengan tenang.

"Ide bagus Tania, aku pernah mendengar dia hampir tewas tenggelam di danau buatan milik keluarga Welbert. Orang kampung ini tidak bisa berenang," ujar Melly dengan bahasa Perancis kepada Tania.

"Aku tidak akan membuatnya mati tenggelam, lagipula saat ini danau di sana tidak begitu dalam. Setelah mempermalukannya, kita akan menarik dia dari dalam air danau," ujar Tania mengungkapkan rencananya kepada Lina dan Melly dalam bahasa Perancis.

Alice sedari tadi berjalan di belakang mengikuti mereka sambil mendengarkan dengan seksama, tetapi wajahnya tidak memperlihatkan ekspresi apa pun.

Ketika mereka sudah sampai di tepi danau, tidak ada seorangpun di sana selain mereka.

"Dimana teman-temanmu yang akan kamu perkenalkan kepadaku?" tanya Alice.

"Ah, mereka sebentar lagi akan datang," sahut Tania.

Kemudian mereka mengobrol di tepi danau, sambil berdiri semakin merapat kepada Alice, yang membuat Alice akhir nya berdiri tepat di tepi danau.

Tania mendekati Alice, "Oh, Alice ada sesuatu di wajahmu, coba aku lihat," ujar Tania yang kemudian berpura-pura terpeleset dan mendorong Alice.

Sayangnya dia tidak menduga, Alice dengan sigap menghindari tangan Tania yang ingin mendorongnya, dan dia justru didorong balik Alice.

Byuuurrr

Tania terjatuh ke dalam danau.

"Oh tidak, Tania!" seru Lina.

"Ish, dasar wanita kampung, kenapa kamu mendorong Tania ke dalam air?" teriak Melly yang kemudian ingin mendorong Alice kedalam air.

Byur

Byur

Terdengar dua kali suara benda jatuh masuk ke dalam danau.

"Ups, maafkan kesengajaan ku nona-nona. Berenang dan mandi lah sepuasnya di danau ini, supaya pikiran jahat di dalam kepala kalian tersingkir," ujar Alice dalam bahasa Perancis sambil menepuk nepuk kedua tangannya seolah membersihkan kotoran dari sana.

"Di..dia..dari tadi dia mengetahui pembicaraan kita," ujar Melly pucat.

"Arrgghh, awas saja kamu Alice!" teriak Tania.

"Jangan mudah memandang buku dari sampulnya adik-adik! Jangan mudah meremehkan orang lain. Aku mungkin bukanlah orang tercerdas di dunia, tapi aku juga bukan orang yang sangat bodoh," ujar Alice lagi dalam bahasa Perancis.

"Selamat bersenang-senang di air danau yang dingin dan berlumpur itu,'' ujar Alice dengan senang sambil melambaikan tangan.

Alice berjalan kembali menuju ke dalam gedung pesta. Dia mengambil segelas anggur di sana, dia mengguncangkan gelas anggur itu secara perlahan, menyesap anggur itu dan menghirup aromanya.

"Dari mana saja kamu pergi, aku dari tadi mencarimu?" terdengar suara Gavin di belakangnya.

"Aku sehabis berjalan-jalan di tepi danau," ujar Alice.

"Ayo, kita pulang!" ajak Gavin.

Tania, Melly, dan Lina masuk ke dalam gedung pesta dengan tubuh yang basah dan berlumpur. Mereka berjalan ke arah Gavin dan mengadu.

"Tuan Muda Welbert, Alice tadi mendorong kami bertiga ke dalam danau. Lihat, tubuh kami jadi kotor semua karena lumpur," ujar Tania.

"Benar, dia mendorong kami bertiga ke dalam danau," ujar Lina menambahkan.

Gavin yang teringat ucapan Alice tadi, dia memandangi wajah tenang Alice.

"Benarkah kamu melakukannya?" tanya Gavin kepada Alice.

Alice hanya menggelengkan kepalanya dengan wajah polos tanpa rasa bersalah.

"Aku rasa istriku tidak mungkin mendorong kalian bertiga secara bersamaan," sahut Gavin.

"Tapi.." ujar Tania.

"Hentikan Tania, sebaiknya kamu dan teman-temanmu segera mengganti baju, jangan membuat masalah di sini!" perintah Perdana Menteri.

"Ba..baik Paman," sahut Tania patuh.

Tania, Lina, dan Melly pun segera pergi dari sana.

"Maafkan keponakanku, Gavin, Alice, dia terlalu dimanjakan kakakku sehingga sikapnya seperti itu," ujar Perdana Menteri.

Gavin melihat ke wajah Alice yang tenang dan sepertinya tidak mempermasalahkan kejadian barusan.

"Tidak apa Tuan Aldimor, kami sekarang hanya ingin pamit pulang," ujar Gavin dengan sopan.

"Baiklah, sampai jumpa lagi Gavin. Senang bertemu denganmu Alice," ujar Perdana Menteri.

Mereka berdua kemudian melangkah pergi dari sana dan meninggalkan pesta itu.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Menjadi Istri Pengganti Suami Kembaranku   Cerita Tambahan

    "AYO, KERAHKAN TENAGA KALIAN!" Alice berteriak kencang memerintahkan para tentara pasukan elit Albain untuk melalui halang rintang yang dibuatnya di tengah-tengah hutan lebat pegunungan Albain. Ratusan tentara elit Albain itu telah melalui pelatihan Alice selama hampir 1 bulan ini. Pelatihan yang diberikan Alice benar-benar mengerikan. Sang Alpha, menciptakan neraka untuk membentuk tentara-tentara terlatih dan profesional. Ketika pelatihannya berakhir, Alice melihat kembali seluruh catatan skor dari setiap orang. "Bagus, bagus. Kalian mengalami peningkatan, meskipun hanya sedikit." Alice memuji para peserta pelatihannya. Seluruh peserta bukannya senang, mereka malah merasa merinding. Jika Alice mengucapkan kata 'peningkatan sedikit' itu artinya, besok harinya akan dibuat sebuah rintangan pelatihan yang baru dan lebih sulit. "Ada apa dengan wajah kalian? Mengapa di wajah kalian aku melihat ada 'keluhan'?" Alice menatap barisan tentara itu satu persatu. "TIDAK, YANG MULIA RATU!

  • Menjadi Istri Pengganti Suami Kembaranku   Pemakaman

    Alice melangkah perlahan di komplek pemakaman dengan memegang seikat karangan bunga Krisan Putih di tangannya. Langkahnya terhenti di sebuah makam keluarga yang terlihat masih baru. Tanahnya masih basah, belum ditumbuhi subur oleh rumput hias yang cantik seperti makam di sekitarnya. Dia berjongkok dan meletakkan bunga Krisan Putih yang dipegangnya. Dipegangnya pusara dengan hati-hati. Perutnya kini agak membuncit, jadi Alice tidak tahan berjongkok lama-lama. Ketika Alice akan bangkit berdiri, sepasang tangan merangkul bahunya dari belakang untuk membantunya. Lalu pada bahunya disampirkan sebuah mantel hangat. "Mengapa kau tidak menggunakan pakaian yang agak tebal? Sekarang sudah hampir musim dingin. Bagaimana nanti jika sakit?" Suara hangat pria mengalun di telinga Alice. Alice menatap pria itu kemudian tersenyum, "Ada kau di sisiku, aku tidak akan sakit." Alice melingkarkan tangannya di pinggang Gavin, dan menyandarkan kepalanya di dadanya. Gavin mengecup pelan dahi istrinya

  • Menjadi Istri Pengganti Suami Kembaranku   Gavin Belum Sadar

    Berjam-jam waktu telah berlalu, Alice masih duduk di kursinya tanpa beranjak sedikitpun. Wajahnya terlihat lelah dan juga pucat. "Alice, sebaiknya kamu dan Ibu pulang dan beristirahat. Aku dan Jake akan menunggu di sini. Kami akan mengabari kamu jika Gavin telah sadar." Elisa merangkul bahu Alice yang duduk di sisinya. Semalaman Alice tidak tidur. Kini hari sudah berganti pagi. Waktu menunjukan pukul 09.00 pagi. Namun Gavin belum menunjukkan tanda-tanda akan sadar. Mereka juga hanya bisa duduk dan menunggu di luar, karena Gavin saat ini masih berada di ruang observasi. "Ya, aku juga akan tetap di sini." Mario juga sejak semalam masih berada di sana. "Kami akan mengantarkan kamu, Bos!" Wella berkata kepada Alice sambil menunjuk dirinya dan Henry. "Benar Alice, setidaknya kau harus menjaga kondisimu juga. Beristirahatlah sejenak!" Ujar Jake pada Alice. Alice sebenarnya merasa tidak tenang jika harus pergi meninggalkan Gavin di rumah sakit. Tapi memang benar, dia harus menjaga k

  • Menjadi Istri Pengganti Suami Kembaranku   Gavin Dioperasi

    Tuuuuuuuutttt Dokter melakukan teknik Resusitasi Jantung Paru kepada Gavin, namun tidak juga ada tanda-tanda detak jantungnya kembali. Mesin masih terus berbunyi, tanda detak jantung Gavin tidak terdeteksi. "Siapkan defibrillator!" Dokter meminta perawat memberikan alat kejut jantung. "50 Joule!" Perintah dokter pada perawat yang memegang alat defibrillator. "Everybody clear!" Dokter memberikan kejut jantung pertama kepada Gavin. Namun tidak ada reaksi apapun. "100 Joule!" Perintah dokter lagi pada perawat. "Everybody clear!" Tetap tidak ada reaksi apapun pada Gavin. "150 Joule!" Perintah dokter lagi pada perawat. "Everybody clear!" Tut...Tut...Tut... "Oke, jantung mulai berfungsi. Siapkan ruang operasi. Aku akan mensterilkan diri." Dokter kemudian keluar dari ruang gawat darurat. "Nyonya, sebaiknya Anda menunggu di luar. Kami akan mempersiapkan pasien untuk dioperasi." Alice mengangguk, namun sebelumnya ia memegang tangan Gavin sebelum keluar, "Sayangku

  • Menjadi Istri Pengganti Suami Kembaranku   Akhir Dari Firlo dan Logan

    "Ya, aku bersedia bersaksi untuk kerajaan." Louis bersuara. Entah sejak kapan dia masuk ke dalam ruang rapat Parlemen. "Louis?" Isabela menatap tajam kepada pembunuh putrinya itu. Sebenarnya Isabela tahu bahwa yang meracuni Ansara adalah Louis dan Logan. Hanya saja, dia tidak punya cara untuk membuktikannya. Mereka berdua telah bersekongkol dengan sangat rapi. Seluruh rekaman kamera pengawas telah dihapus pada bagian dimana mereka memasukkan racun ke dalam makanan dan minuman Ansara. Setiap kali mereka secara bergantian meracuni Sara. "Aku akan menyerahkan diri dan mengakui perbuatanku. Aku juga akan menjadi saksi kejahatan Logan. Aku menyimpan beberapa bekas botol racun yang telah kosong. Aku rasa itu cukup kuat untuk dijadikan alat bukti." Louis berkata sambil menunjuk Logan. "Pria bajingan ini memaksa aku dan putraku untuk menjadi kaki tangannya. Namun, ketika kami sudah tidak dibutuhkan lagi, dia memerintahkan orang untuk membunuhku. Beruntung bagiku, Matheo tiba di rumah ber

  • Menjadi Istri Pengganti Suami Kembaranku   Lebih Baik Membangun Kembali dari Awal

    "Rekam baik-baik semua bukti yang akan aku tunjukkan kepada kalian hari ini!" Lalu proyektor menampilkan seluruh bukti transfer uang senilai 1 milyar kepada seluruh anggota Dewan Parlemen yang berasal dari rekening Firlo More. Setelahnya, menampilkan seluruh percakapan Ketua, Wakil, dan beberapa anggota Dewan Parlemen sebelum rapat hari ini dimulai. 'Apakah kalian telah menerima uang senilai 1 milyar yang dikirimkan Firlo?' Terdengar suara Ketua Dewan Parlemen. 'Hahaha, kami telah menerimanya. Pokoknya, apapun yang tuan Firlo minta, akan kita lakukan. Jika mengikutinya, kita akan semakin kaya raya.' Seorang anggota merasa sangat senang. 'Ya, yaa.. Nominal 1 milyar setiap bulan, sangat besar. Tuan Firlo memang sangat murah hati.' Wakil Ketua Dewan Parlemen terdengar sangat bersemangat. 'Hei, sudah. Itu, Perdana Menteri telah datang!' Seseorang dari mereka meminta untuk menghentikan obrolan. 'Tuan Firlo, terima kasih atas hadiahnya. Hahaha.' Ketua Dewan Parlemen bersuara.

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status