Share

Segel Kepala Keluarga

Penulis: Stefani
last update Terakhir Diperbarui: 2024-04-19 17:06:14

"Argh, dasar wanita kampung sialan!" gerutu Tania sambil menghentakkan kakinya dengan kesal.

Kini mereka telah bersih sepenuhnya dari noda lumpur air danau. Bahkan tubuh Lina masih agak gemetar karena merasakan dinginnya air danau itu.

Melly sedang mengeringkan rambutnya yang basah, dia tidak ingin terkena flu. Cuaca saat ini sedang semakin dingin karena memasuki musim gugur.

"Darimana kamu tahu bahwa Alice tidak bisa berbahasa asing, Tan? Kenyataannya dia berpura-pura bodoh mendengar kita membicarakan dirinya, lalu kemudian berbalik menjebak kita."

Lina merasa tidak terima dengan kejadian hari ini, betapa memalukannya. Banyak orang yang hadir di dalam pesta dan melihatnya basah kuyup dan kotor karena lumpur.

"Ya, seharusnya bukan kita yang dipermalukan, tapi wanita kampung itu!" sahut Melly dengan geram.

"Apa kalian lihat? Bahkan Tuan Muda Gavin yang konon katanya tidak memperdulikan istrinya itu, juga lebih mempercayai dia ketimbang kita."

Setelah mereka memikirkannya, Alice bukanlah gadis yang mudah untuk diperlakukan semena-mena, dan Gavin Welbert juga tampak peduli kepadanya.

"Apa mungkin Selena menipu kita dengan memberikan informasi yang salah? Bisa saja, karena dia tidak berani menindas Alice makanya lalu meminta kita untuk melakukannya," ujar Melly menebak.

Tania terlihat memikirkan perkataan Melly, "Tidak, aku pernah menyaksikan sendiri ketika tidak sengaja berpapasan di pusat perbelanjaan. Ketika itu Alice memegang tas belanja yang sangat banyak, milik Selena dan ibunya. Bahkan ketika salah satu tas belanja itu terlepas dari tangannya, mereka tidak segan-segan menamparnya."

Tania kemudian mengambil telepon selulernya dan menekan tutsnya, terdengar nada panggilnya berbunyi.

"Halo. Ada apa Tania?"

"Selena, kami melakukan apa yang kamu minta. Kami mencoba mengerjai kakak ipar tersayangmu itu. Tebak, bagaimana hasilnya?"

"Hahaha..Apakah kalian berhasil mempermalukannya?" terdengar suara gembira Tania di ujung sana.

"Tidak, justru kami yang dipermalukan olehnya! Dia membuat kami semua tercebur ke dalam danau."

"Bagaimana bisa?" Tania merasa bingung, ketiga gadis itu bisa dikalahkan oleh satu orang.

"Kami membicarakan rencana kami dalam Bahasa Perancis, dan dia memahami percakapan kami. Dia juga fasih berbicara Bahasa Perancis.

"Alice? Dia begitu bodoh, bagaimana mungkin dia bisa berbicara bahasa asing."

"Selena, pokoknya kami sekarang sedang merasa sangat kesal. Wanita itu tidak selemah yang terlihat."

Kemudian Tania mematikan panggilannya tanpa aba-aba.

Selena yang belum selesai berbicara, "Halo, Tania..?"

Laura yang baru saja masuk ke dalam kamar Selena, sempat mendengarkan sekilas percakapan Selena dan Tania.

"Ada apa, Sel?"

"Tania, Ma. Mereka hari ini mencoba mengerjai Alice, ingin menceburkannya ke dalam danau. Namun justru mereka yang didorong ke danau. Katanya, Alice bisa berbicara Bahasa Perancis. Mustahil kan, Ma?"

Laura tampak berpikir, belakangan Alice memang memberikan sedikit perlawanan kepada mereka. Dia lebih berani. Tapi, mungkin saja itu hal yang lumrah terjadi, ada saatnya seseorang memberikan perlawanan untuk meluapkan emosinya.

"Apa mungkin setelah kecelakaan itu, dia kerasukan roh halus di lokasi kecelakaan, Ma?"

"Hush, mikir apa sih kamu?" potong Laura.

"Memang agak aneh, mobil Alice rusak separah itu. Tapi, dia tidak terluka banyak. Hanya beberapa bagian tubuhnya saja yang lecet." Selena merasa janggal.

Laura telah memerintahkan orang suruhannya untuk mengambil hasil pantauan kamera pengawas jalan di sekitar lokasi kejadian. Namun anehnya, semua video rekaman itu telah terpotong tepat setelah kecelakaan terjadi.

"Apa mungkin, Gavin yang telah mengambil rekaman video pengawas di lokasi terlebih dulu?" gumam Laura, namun Selena masih mampu mendengar suara gumaman ibunya.

"Kalau benar Kakak yang mengambilnya, apa tujuan dan alasannya Ma?"

"Mungkin saja Gavin sekarang menyadari, bahwa dengan membunuh Alice, dia akan lebih mudah menguasai saham milik Alice. Jika dia menyingkirkan Alice, dia tidak perlu repot mengurusi perempuan kampungan itu lagi."

"Tapi, segel kepala keluarga Rayes kan masih belum ketemu, Ma. Tanpa segel itu, baik Alice maupun Kakak tidak akan bisa memegang kuasa atas saham milik keluarga Rayes di perusahaan."

"Ya, kamu benar Selena."

Mereka berbicara tanpa menyadari bahwa kini pembicaraan mereka sedang didengar sepenuhnya oleh sesosok di atas atap kamar Selena.

Benar, sosok itu adalah Alice.

Sepulang dari pesta, dia langsung masuk ke kamarnya dan berpura-pura tidur. Namun, dia kemudian mengendap diam-diam ke rumah mewah yang ditinggali oleh Laura dan Selena.

Sesuai harapannya, sekarang dia memiliki sedikit gambaran tentang kemungkinan yang terjadi kepada adiknya, Elisa.

"Saham keluarga Rayes? Segel kepala keluarga Rayes?" gumam Alice.

Apa itu semua? Setaunya, ayahnya, Roland Rayes, tidak pernah mengungkit apa pun soal segel kepala keluarga Rayes. Jika benar, dimanakah segel itu sekarang?

Jika seseorang telah menemukannya, dan seseorang itu adalah Gavin. Maka besar kemungkinan bahwa dialah yang merencanakan kecelakaan Elisa.

Benar, setelah semua yang terjadi. Jika segel itu benar berada di tangan Gavin, maka dia lah orang yang diuntungkan jika Elisa mati. Dia akan menjadi kepala keluarga Welbert yang tidak tergoyahkan dengan saham sebesar itu di tangannya.

"Bajingan kamu Gavin! Jika sampai aku menemukan bahwa kamu pelaku yang berusaha mencelakakan Elisa, akan aku bunuh kamu!' geram Alice.

Alice pun pulang kembali menuju ke rumah yang dia dan Gavin tinggali saat ini dengan mengendap-endap.

Awalnya semua baik-baik saja.

Namun, ketika Alice akan memanjat ke atas kamarnya, kebetulan Gavin sedang berdiri di balkon dengan menghisap sepucuk rokok di tangannya.

Gavin menatap kepada sosok bayangan hitam yang mengendap-endap itu.

"SIAPA DISANA?!"

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Renaldi Muslim
hampir ketauan
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Menjadi Istri Pengganti Suami Kembaranku   Cerita Tambahan

    "AYO, KERAHKAN TENAGA KALIAN!" Alice berteriak kencang memerintahkan para tentara pasukan elit Albain untuk melalui halang rintang yang dibuatnya di tengah-tengah hutan lebat pegunungan Albain. Ratusan tentara elit Albain itu telah melalui pelatihan Alice selama hampir 1 bulan ini. Pelatihan yang diberikan Alice benar-benar mengerikan. Sang Alpha, menciptakan neraka untuk membentuk tentara-tentara terlatih dan profesional. Ketika pelatihannya berakhir, Alice melihat kembali seluruh catatan skor dari setiap orang. "Bagus, bagus. Kalian mengalami peningkatan, meskipun hanya sedikit." Alice memuji para peserta pelatihannya. Seluruh peserta bukannya senang, mereka malah merasa merinding. Jika Alice mengucapkan kata 'peningkatan sedikit' itu artinya, besok harinya akan dibuat sebuah rintangan pelatihan yang baru dan lebih sulit. "Ada apa dengan wajah kalian? Mengapa di wajah kalian aku melihat ada 'keluhan'?" Alice menatap barisan tentara itu satu persatu. "TIDAK, YANG MULIA RATU!

  • Menjadi Istri Pengganti Suami Kembaranku   Pemakaman

    Alice melangkah perlahan di komplek pemakaman dengan memegang seikat karangan bunga Krisan Putih di tangannya. Langkahnya terhenti di sebuah makam keluarga yang terlihat masih baru. Tanahnya masih basah, belum ditumbuhi subur oleh rumput hias yang cantik seperti makam di sekitarnya. Dia berjongkok dan meletakkan bunga Krisan Putih yang dipegangnya. Dipegangnya pusara dengan hati-hati. Perutnya kini agak membuncit, jadi Alice tidak tahan berjongkok lama-lama. Ketika Alice akan bangkit berdiri, sepasang tangan merangkul bahunya dari belakang untuk membantunya. Lalu pada bahunya disampirkan sebuah mantel hangat. "Mengapa kau tidak menggunakan pakaian yang agak tebal? Sekarang sudah hampir musim dingin. Bagaimana nanti jika sakit?" Suara hangat pria mengalun di telinga Alice. Alice menatap pria itu kemudian tersenyum, "Ada kau di sisiku, aku tidak akan sakit." Alice melingkarkan tangannya di pinggang Gavin, dan menyandarkan kepalanya di dadanya. Gavin mengecup pelan dahi istrinya

  • Menjadi Istri Pengganti Suami Kembaranku   Gavin Belum Sadar

    Berjam-jam waktu telah berlalu, Alice masih duduk di kursinya tanpa beranjak sedikitpun. Wajahnya terlihat lelah dan juga pucat. "Alice, sebaiknya kamu dan Ibu pulang dan beristirahat. Aku dan Jake akan menunggu di sini. Kami akan mengabari kamu jika Gavin telah sadar." Elisa merangkul bahu Alice yang duduk di sisinya. Semalaman Alice tidak tidur. Kini hari sudah berganti pagi. Waktu menunjukan pukul 09.00 pagi. Namun Gavin belum menunjukkan tanda-tanda akan sadar. Mereka juga hanya bisa duduk dan menunggu di luar, karena Gavin saat ini masih berada di ruang observasi. "Ya, aku juga akan tetap di sini." Mario juga sejak semalam masih berada di sana. "Kami akan mengantarkan kamu, Bos!" Wella berkata kepada Alice sambil menunjuk dirinya dan Henry. "Benar Alice, setidaknya kau harus menjaga kondisimu juga. Beristirahatlah sejenak!" Ujar Jake pada Alice. Alice sebenarnya merasa tidak tenang jika harus pergi meninggalkan Gavin di rumah sakit. Tapi memang benar, dia harus menjaga k

  • Menjadi Istri Pengganti Suami Kembaranku   Gavin Dioperasi

    Tuuuuuuuutttt Dokter melakukan teknik Resusitasi Jantung Paru kepada Gavin, namun tidak juga ada tanda-tanda detak jantungnya kembali. Mesin masih terus berbunyi, tanda detak jantung Gavin tidak terdeteksi. "Siapkan defibrillator!" Dokter meminta perawat memberikan alat kejut jantung. "50 Joule!" Perintah dokter pada perawat yang memegang alat defibrillator. "Everybody clear!" Dokter memberikan kejut jantung pertama kepada Gavin. Namun tidak ada reaksi apapun. "100 Joule!" Perintah dokter lagi pada perawat. "Everybody clear!" Tetap tidak ada reaksi apapun pada Gavin. "150 Joule!" Perintah dokter lagi pada perawat. "Everybody clear!" Tut...Tut...Tut... "Oke, jantung mulai berfungsi. Siapkan ruang operasi. Aku akan mensterilkan diri." Dokter kemudian keluar dari ruang gawat darurat. "Nyonya, sebaiknya Anda menunggu di luar. Kami akan mempersiapkan pasien untuk dioperasi." Alice mengangguk, namun sebelumnya ia memegang tangan Gavin sebelum keluar, "Sayangku

  • Menjadi Istri Pengganti Suami Kembaranku   Akhir Dari Firlo dan Logan

    "Ya, aku bersedia bersaksi untuk kerajaan." Louis bersuara. Entah sejak kapan dia masuk ke dalam ruang rapat Parlemen. "Louis?" Isabela menatap tajam kepada pembunuh putrinya itu. Sebenarnya Isabela tahu bahwa yang meracuni Ansara adalah Louis dan Logan. Hanya saja, dia tidak punya cara untuk membuktikannya. Mereka berdua telah bersekongkol dengan sangat rapi. Seluruh rekaman kamera pengawas telah dihapus pada bagian dimana mereka memasukkan racun ke dalam makanan dan minuman Ansara. Setiap kali mereka secara bergantian meracuni Sara. "Aku akan menyerahkan diri dan mengakui perbuatanku. Aku juga akan menjadi saksi kejahatan Logan. Aku menyimpan beberapa bekas botol racun yang telah kosong. Aku rasa itu cukup kuat untuk dijadikan alat bukti." Louis berkata sambil menunjuk Logan. "Pria bajingan ini memaksa aku dan putraku untuk menjadi kaki tangannya. Namun, ketika kami sudah tidak dibutuhkan lagi, dia memerintahkan orang untuk membunuhku. Beruntung bagiku, Matheo tiba di rumah ber

  • Menjadi Istri Pengganti Suami Kembaranku   Lebih Baik Membangun Kembali dari Awal

    "Rekam baik-baik semua bukti yang akan aku tunjukkan kepada kalian hari ini!" Lalu proyektor menampilkan seluruh bukti transfer uang senilai 1 milyar kepada seluruh anggota Dewan Parlemen yang berasal dari rekening Firlo More. Setelahnya, menampilkan seluruh percakapan Ketua, Wakil, dan beberapa anggota Dewan Parlemen sebelum rapat hari ini dimulai. 'Apakah kalian telah menerima uang senilai 1 milyar yang dikirimkan Firlo?' Terdengar suara Ketua Dewan Parlemen. 'Hahaha, kami telah menerimanya. Pokoknya, apapun yang tuan Firlo minta, akan kita lakukan. Jika mengikutinya, kita akan semakin kaya raya.' Seorang anggota merasa sangat senang. 'Ya, yaa.. Nominal 1 milyar setiap bulan, sangat besar. Tuan Firlo memang sangat murah hati.' Wakil Ketua Dewan Parlemen terdengar sangat bersemangat. 'Hei, sudah. Itu, Perdana Menteri telah datang!' Seseorang dari mereka meminta untuk menghentikan obrolan. 'Tuan Firlo, terima kasih atas hadiahnya. Hahaha.' Ketua Dewan Parlemen bersuara.

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status