Share

Bab 5

Author: Awwala
last update Last Updated: 2023-08-26 05:03:05

"Anda pasti salah, Dokter."

Naomi menegakkan punggungnya, lalu menatap dokter itu dengan sorot mata yang sayu. Dokter itu pasti telah salah melakukan pemeriksaan padanya. Dia tidak mungkin hamil.

"Aku tidak mungkin salah," tukas laki-laki itu. "Kita bisa melakukan pemeriksaan ulang untuk meyakinkanmu bahwa saat ini ada makhluk kecil yang tengah bersemayam di dalam perutmu."

Kata-kata dokter sudah cukup kuat untuk meyakinkan Naomi bahwa dia memang tengah mengandung. Saat ini ada bayi Arion yang hidup bergantung padanya. Secara otomatis tangan Naomi mengelus perutnya dengan lembut.

Tanpa Naomi sadari air matanya jatuh menitik tepat mengenai tangannya. Ada rasa haru, bahagia, dan sedih bercampur jadi satu. Dia tidak bisa menggambarkannya dengan jelas. Lalu, samar-samar tersungging senyum tipis di bibirnya.

"Aku akan memberimu multivitamin dan obat penambah darah," ucap dokter itu berhasil menarik Naomi dari lamunannya. "Aku harap kau bisa menjaga kesehatanmu dengan baik. Juga, makan-makan lah yang bergizi." Dia mencoret-coret di atas kertas.

Naomi mengangguk perlahan. Diaberanjak turun dari tempat tidur, lalu meraih kertas resep dari dokter itu. Dengan dibantu oleh perawat tadi, Naomi berjalan menuju apotek untuk menebus obatnya.

"Terima kasih," ucap Naomi pada si perawat. Dia memberi isyarat pada wanita itu bahwa dia baik-baik saja, dan dia tidak memerlukan bantuan lagi.

Panas matahari yang terik di akhir musim panas menyambut Naomi begitu dia keluar dari rumah sakit. Tangannya terangkat. Lalu telapak tangannya menyentuh dahinya, dan menutupi matanya dari silaunya sinar matahari.

Sebuah restoran cepat saji yang letaknya tidak jauh dari sana menjadi tujuan Naomi selanjutnya. Sekarang dia baru merasa lapar setelah membiarkan perutnya kosong sejak pagi. Pantas saja kalau dia pingsan. Dia benar-benar tidak memiliki tenaga untuk berjalan atau berdiri terlalu lama.

"Selamat datang di Sam's Burger and Drink."

Seorang pelayan dengan senyum lebar terkembang menyambut kedatangan Naomi, lalu menunjukkan satu meja kosong yang tidak jauh dari pintu masuk. Naomi mengikuti wanita itu dengan napas tersengal-sengal. Dadanya terasa nyeri karena paru-parunya tidak mampu bekerja secara optimal.

"Kau mau pesan apa?"

Naomi menarik napas panjang, lalu menghembuskannya pelan-pelan. "Aku ingin satu beef burger tanpa bawang dan es lemon tea." Naomi membaca buku menu dan menyebutkan salah satu menu yang tertera di sana.

"Baiklah. Aku akan segera membawakannya untukmu," balas si pelayan. Lalu dia memperhatikan Naomi lekat-lekat. "Apa kau baik-baik saja?" tanya dia setelah melihat wajah Naomi yang pucat pasi.

"Aku baik-baik saja." Naomi menggeleng cepat.

Wanita itu tidak mendesak lagi. Dia bergegas meninggalkan Naomi dan tidak ingin membuat pengunjungnya menunggu terlalu lama. Dia langsung melesat ke dapur.

Sementara menunggu pesanannya, benak Naomi mengembara jauh. Setelah ini dia harus segera mencari pekerjaan karena tabungannya lama kelamaan akan menipis. Tentunya dia tidak mungkin melamar pekerjaan di kantor-kantor perusahaan. Mereka pasti akan langsung menolaknya begitu tahu kondisinya yang sedang hamil.

Sebuah pikiran melintas di benak Naomi. Mungkin dia bisa memberi tahu Arion tentang kabar kehamilannya ini. Dengan begitu dia tidak terlalu memikirkan tentang masa depannya bersama calon bayinya yang suram.

Kemudian Naomi segera menepis pikiran itu jauh-jauh. Dia tidak bisa memastikan Arion akan menerima berita itu dengan lapang dada. Bisa saja Arion akan meragukan informasi itu, tidak percaya bahwa bayi yang dia kandung adalah anak Arion. Juga, ibu Arion pasti tidak akan menyukai kenyataan itu, terlebih wanita itu sangat menyukai Catlya. Keberadaan bayinya akan menghalangi bersatunya Arion dengan Catlya.

"Terima kasih," ucap Naomi setelah pelayan tadi meletakkan piring dan gelas berisi pesanannya di atas meja.

"Kalau kau membutuhkan yang lain, kau bisa memanggilku lagi." Wanita itu mengangguk singkat, lalu meninggalkan Naomi lagi.

Naomi mulai menggigit burgernya sambil berpikir keras. Kelihatannya dia tidak memiliki pilihan lain selain membesarkan bayinya sendirian. Arion tidak boleh tahu tentang ini.

Setelah meninggalkan restoran itu, Naomi memutuskan singgah sebentar di kantor agen penyedia layanan informasi lowongan pekerjaan. Kebetulan dia menemui pemilik kantor agen tersebut. Dia pun mengobrol sebentar dengan wanita paruh baya dengan sorot mata keibuan itu.

"Apa yang kau butuhkan?"

"Aku ingin mencari pekerjaan yang bisa aku kerjakan di rumah," jawab Naomi cepat.

Wanita itu terlihat berpikir sejenak sambil mengamati tamunya. Seorang wanita muda dengan penampilan sederhana dan terlihat sangat rapuh. Begitu dia memberi penilaian pada Naomi.

"Kalau kau memilih pekerjaan seperti itu, kau akan mendapatkan gaji yang kecil, jauh dari gaji pegawai-pegawai kantoran," kata wanita itu dengan suara lembut, lalu dia melanjutkan, "Aku rasa kau pantas mendapatkan pekerjaan yang lebih besar dari itu."

Naomi mengulas senyum tipis. "Aku terpaksa melakukannya karena sekarang aku tengah mengandung."

"Keahlian apa yang kau kuasai?

"Aku ahli di bidang ekonomi dan keuangan."

Wanita itu tidak bertanya lagi. Dia menatap layar komputernya, mencari lowongan pekerjaan yang cocok untuk Naomi. Lalu matanya melebar saat menemukan satu informasi penting.

"Ada satu orang yang membutuhkan jasamu. Mungkin kau bisa bekerja padanya." Wanita itu menatap Naomi lurus.

"Benarkah itu?" tanya Naomi dengan mata membulat lebar.

Wanita itu mengangguk. "Aku bisa menghubungi dia untukmu. Tapi, sebelumnya kau bisa mengisi formulir ini dulu." Dia mengambil selembar kertas, lalu menyerahkannya pada Naomi.

Naomi segera mengisi formulir itu. Bibirnya menyunggingkan senyum lebar. Sekarang dia tidak perlu mengkhawatirkan kondisi keuangannya.

Beberapa menit kemudian Naomi sudah dalam perjalanan pulang. Dengan menumpang sebuah taksi, dia kembali ke flat sewaan tempat tinggalnya sekarang. Flat itu tidak lebih besar dari flat yang sebelumnya dia tinggali. Tapi harga sewanya jauh lebih murah, dan tidak terlalu memberatkannya.

***

Keesokan harinya. Naomi baru saja kembali dari pertemuan dengan kliennya saat melihat seorang wanita muda sedang kesulitan saat akan masuk ke dalam lift. Wanita itu membawa sebuah kardus berukuran cukup besar yang menutupi penglihatannya.

"Biar aku bantu," ucap Naomi, lalu memencet tombol dan menunggu sampai pintu lift terbuka.

"Terima kasih," ucap wanita itu.

Pintu lift terbuka. Naomi menyuruh wanita itu masuk terlebih dahulu. Dia menyusul kemudian.

"Lantai berapa?"

"Aku tinggal di lantai delapan."

Naomi memencet angka delapan. Dia mundur beberapa langkah, dan berdiri di sudut di belakang. Dia melirik sebentar. Naomi menduga sepertinya wanita itu baru pindah ke sini karena dia tidak pernah melihatnya sebelumnya.

"Terima kasih atas bantuanmu."

Wanita itu menurunkan kardusnya di depan pintu flatnya. Dia berdiri menghadap ke arah Naomi yang masih berjalan beberapa langkah di depannya. Naomi menghentikan langkahnya, lalu memutar tubuhnya.

"Bukan masalah besar. Kau baru pindah ke sini?"

Naomi menatap wanita itu lurus. Dia memindai wajah wanita itu yang ternyata lebih cantik dari dugaannya. Seorang wanita muda yang umurnya tidak jauh dari dia.

"Aku pindah ke sini kemarin sore," jawab wanita itu, lalu berjalan menghampiri Naomi.

"Pantas saja. Aku tidak pernah melihatmu," timpal Naomi mencoba sesantai mungkin. "Ngomong-ngomong aku Naomi Waltz. Mungkin kita bisa berteman dengan baik setelah ini."

Wanita itu tersenyum lebar menanggapi kata-kata Naomi. "Aku Jenna. Jenna Laura James."

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Menjadi Istri Sewaan CEO Tampan    Bab 23

    "Bekas operasi usus buntu." Naomi menjawab pendek, lalu memalingkan wajahnya. Dia ingin menghindari tatapan Arion yang menyelidik. Dalam hati dia berharap Arion tidak mendesaknya dengan pertanyaan yang sulit dia jawab. Sepertinya Arion puas dengan jawaban Naomi karena setelah itu dia mulai mencium bibir wanita itu lagi. Kesenangannya sempat tertunda. Dan dia ingin melanjutkannya hingga mereka lupa diri. Mula-mula Naomi enggan membalas ciuman Arion. Tapi setelah Arion mendesaknya berkali-kali, akhirnya dia menyerah. Dia pun membuka dirinya untuk menerima Arion seutuhnya. Keduanya bercinta, bercumbu dengan penuh gairah membara. Mereka seolah baru bertemu, dan lupa akan masa lalu yang telah lewat. Tidak ada kata-kata yang keluar. Tapi dari sorot mata yang saling bersinggungan, mereka seolah memahami kebutuhan alami yang sekian lama terpendam dalam jiwa. "Seharusnya dulu kita tidak bercerai," bisik Arion penuh penyesalan sambil membelai lengan Naomi. Naomi berguling menjauh se

  • Menjadi Istri Sewaan CEO Tampan    Bab 22

    "Lepaskan aku, Arion."Naomi menggeliat, menggerakkan tubuhnya agar bisa terlepas dari pangkuan Arion. Jantungnya berdetak kencang seiring dengan kedekatan antara dia dan Arion. Lebih-lebih saat Arion menciumnya tadi. Meskipun hanya sapuan ringan di bibirnya, Arion mampu menyulut percikan api di tubuhnya."Apa kau tidak menyukainya?"Arion membelai pipi Naomi lembut, lalu jari telunjuknya berhenti di bibir ranum itu. Rasa yang pernah dia kecap dulu belum berubah. Masih manis dan menggiurkan."Jauhkan tanganmu dariku. Biarkan aku kembali ke kursiku," pinta Naomi dengan tatapan penuh harap.Keelan menyunggingkan senyum masam. "Kalau aku menuruti permintaanmu, maka perjalan ini akan terasa sangat membosankan," ucapnya dengan nada diseret-seret. Salah satu tangannya semakin mempererat pelukannya di pinggang Naomi. Sedangkan tangannya yang lain mulai membelai leher jenjang Naomi, lalu turun pelan-pelan dan berhenti tepat di tengah celah dada Naomi yang membusung sempurna."Hentikan, Arion!

  • Menjadi Istri Sewaan CEO Tampan    Bab 21

    "Apa yang terjadi?" Jenna menatap bingung pada Naomi yang baru saja sampai di flat. Naomi terlihat sangat mencurigakan dengan napas tersengal-sengal seolah habis dikejar oleh penjahat. Tanpa membalas sapaannya, Naomi langsung mencari keberadaan Jayden dan menggendong bayinya dengan erat. "Bisakah kau memberi tahuku apa yang sedang terjadi padamu?" tanya Jenna sekali lagi, lalu menyentuh tangan Naomi. Naomi terlonjak kaget. Tubuhnya membeku selama beberapa detik. Setelah kesadarannya kembali, dia membaringkan Jayden di atas tempat tidurnya. Bayi itu masih terlelap dan tidak merasa terganggu dengan pelukan ibunya yang cukup erat. Hari ini sungguh terasa berat. Naomi menutupi wajahnya dengan kedua telapak tangannya, lalu dia menjatuhkan dirinya di atas sofa. Deru napasnya kini mulai berkurang setelah dia berhasil mengontrol emosinya. "Kau pasti tidak menyangka siapa yang aku temui hari ini," bisik Naomi. Suaranya sedikit bergetar. "Siapa dia?" "Aku bertemu Arion. Aku beke

  • Menjadi Istri Sewaan CEO Tampan    Bab 20

    Senyum Naomi langsung sirna. Bibirnya terkatup rapat. Kepalanya mendadak pening. Rasanya dia mau pingsan."Naomi ...." Arion memanggil nama itu pelan. Tubuhnya mematung. Sama sekali dia tidak menyangka bisa bertemu dengan Naomi lagi setelah perpisahan mereka yang pahit. Tapi dia mampu menguasai emosinya dengan baik, tidak menunjukkannya pada Naomi. "Apa yang kau lakukan di sini?"Sekali dua kali Naomi meneguk ludahnya. Tangannya meremas erat ujung roknya. Pertemuan ini sangat mengejutkan, dan membuatnya seperti orang bodoh yang tidak mampu berpikir jernih."Aku ada sedikit urusan. Lebih tepatnya aku sedang menunggu calon bosku," tukas Naomi setelah berhasil menguasai emosinya, meskipun rasa gugup masih melingkupi dirinya. "Jangan bilang kalau kau adalah ...." Kata-kata Naomi menggantung di udara setelah dia menarik benang merah atas pertemuan tidak sengaja ini. Sungguh sulit dipercaya. Seharusnya dia mencari tahu informasi tentang calon bosnya terlebih dahulu sebelum menyambar tawara

  • Menjadi Istri Sewaan CEO Tampan    Bab 19

    "Ada banyak masalah yang aku hadapi saat itu. Tapi sekarang aku tidak ingin membicarakannya."Naomi bersandar di sofa, lalu menatap ke arah lain. Raut wajahnya terlihat sangat keruh. Hatinya seolah diiris-iris saat kembali teringat akan kejadian di masa silam."Apa yang pernah Arion lakukan padamu?"Jenna mendekati Naomi, dan menyentuh tangan Naomi. Naomi terkesiap, langsung membuat Jenna mundur ke belakang. Mata Jenna memindai wajah Naomi, mencoba mencari tahu rahasia yang disembunyikan oleh sahabatnya itu."Aku - pernah bercerita padamu." Naomi menjawab dengan terbata-bata, lalu menepis tangan Jenna sedikit kasar."Tapi aku merasa sepertinya kau masih memiliki satu rahasia yang belum kau ceritakan padaku." Jenna sengaja memancing Naomi. "Kami berdua tidak benar-benar menikah. Arion memilihku sebagai istrinya karena saat itu dia tidak memiliki wanita lain yang bisa dia nikahi," terang Naomi dengan mata berkaca-kaca. "Saat itu kami terpaksa melakukan pernikahan kontrak karena desakan

  • Menjadi Istri Sewaan CEO Tampan    Bab 18

    "Arion .... siapa dia?" gumam Jenna terlihat bingung karena belum pernah bertemu dengan wanita yang tengah berdiri di hadapannya. Arion menarik Jenna ke belakang tubuhnya. Matanya tajam menatap Catlya. Wanita itu sama sekali tidak pernah berubah, tetap menyebalkan dan selalu berbuat seenaknya. Anehnya dulu dia begitu memuja wanita itu, sebelum kedua matanya terbuka lebar dan menyadari Catlya hanya memanfaatkan dirinya. "Catlya ...." panggil Arion dengan nada suaranya yang kaku, lalu dia melanjutkan, "Perkenalkan, ini adalah Jenna. Adik kandungku." Kata-kata Arion berhasil membuat Catlya membuka mulutnya lebar. Dia lalu mendengus kesal karena telah bersikap gegabah dan memalukan. Dia menduga Arion pasti tengah menertawakan kebodohannya ini. "Ah ... adikmu." Catlya manggut-manggut dengan senyum pura-pura setelah berhasil menguasai dirinya. Selama ini dia pandai berakting, rasanya tidak sulit bila dia harus melakukannya sekarang. "Kau tidak pernah bercerita tentang adikmu ini." "Seb

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status