Share

Memanasi Meyza

Author: Maunah-Muflih
last update Huling Na-update: 2024-06-12 04:44:44

"Madam, apa saya boleh bertanya? tanya Meiza ketika dia sudah selesai melaksanakan tugasnya.

"Apa yang ingin kamu tanyakan?" jawab Arda sinis.

"Kenapa di perjanjian itu tertulis saya harus hamil dan melahirkan anak? Bukankah Madam bilang, nanti Mister tak akan menyentuh saya?" Meiza kembali bertanya.

Arda terlihat menyeringai. "Suka-suka aku, aku sudah mengontrak kamu. Jadi, kamu harus ikuti aturanku," ledek Arda dengan sinis.

Meiza pun terlihat geram. "Madam menipu saya!" sentak Meiza.

Arda tertawa terbahak mendengar ucapan Meiza. "Kalau begitu, kembalikan uangku!" ucapnya diiringi tawa yang menggelegar. Perkataan Arda itu membuat Mona mati kutu. Dia tak mampu lagi menjawab Moza.

"Ya sudah, sekarang antar aku ke ruang depan. Aku akan menunggu Ardian," ujar Arda. Meiza pun menuruti majikan yang sudah menjadi madunya itu. Tak lama menunggu, Ardian pun datang membawa assisten rumah tangga seperti yang dia janjikan.

"Yati, ini rumah saya, itu Madam," tunjuk Ardian pada wanita yang ternyata satu daerah dengan Meiza.

"Assalamu alaikum, Madam," sapa wanita yang bernama Yati itu pada Arda.

"Alaikum salam, Meiza, ajak teman kamu ke kamar yang sudah disediakan!" titah Arda pada Meiza yang berada di belakangnya. Meiza pun gegas mendekat ke arah Bu Yati.

"Ayo, Bu. Saya antar!" ajak Meiza, Yati pun tersenyum dan bergegas mengikutinya.

"Meiza, nanti bersiaplah, aku akan mengajak istriku jalan-jalan, kamu harus ikut!" ucap Ardian seraya melirik ke arah istri mudanya. Dia sengaja menekankan kata istri ke Arda untuk meledek Meiza yang kini sudah terlihat kesal.

"Ini kamar Bu Yati, silakan!" Meiza membuka pintu kamar yang disediakan untuk pembantu yang bekerja di situ.

"Iya, Neng. Terima kasih. Neng tidur di sini juga?" tanya Bu Yati. Meiza mencoba tersenyum, meski hatinya terasa perih, mengingat statusnya yang tak jelas di rumah itu.

"Kamar saya ada di atas, Bu," jawab Meiza singkat. Ia tak mau banyak bicara dan membuat Yati bingung. Yati terlihat akan bicara lagi, tetapi suara Ardian kembali terdengar menggelegar memanggil Meiza.

"Meiza, kamu di mana?" teriak Ardian dari arah ruang tamu. Meiza pun gegas undur diri dari hadapan Yati, karena ingin memenuhi panggilan majikan mereka.

"Bu, saya permisi, saya harus menemani majikan. Ibu istirahat aja dulu, nanti saya tanya ke Mister, apa saja tugas ibu di sini," ucap Meiza dengan sopan.

"Lelet amat, kamu! Emangnya kamu ke mana aja? Ayo, antar Arda, kamu jangan malas! Mentang-mentang kamu saya nikahi, lantas kamu mau enak-enak di sini? Ingat, kamu ini tetap pembantu bagi kami!" omel Ardian sambil menunjuk wajah Meiza.

Dengan penuh kekesalan, Meiza mengikuti Arda dan membawanya ke luar Villa. Tak lama kemudian, Ardian menyusul mereka dan mengajak duduk di kursi yang terletak di pinggir kolam renang. Sungguh sebuah pemandangan yang sangat indah di mana di halaman rumah mereka terdapat taman dan kolam renang. Tak jauh dari gerbang, terlihat teluk yang memanjang.

Ratu Arda dan Ardian duduk di bangku taman, sedangkan Meiza, disuruh duduk di kursi lain menyaksikan kemesraan mereka. Arda sengaja meledek Meiza, dia ingin sekali menunjukkan pada Meiza bahwa dia adalah pemilik Ardian.

"Sayang, apa nanti kamu akan tinggal lama di sini?" tanya Arda manja. Ardian menjawab dengan senyuman miring.

"Ya paling dua hari, apa kamu keberatan?" Ardian bertanya pada istrinya.

Arda memalingkan wajahnya tak berani menatap suaminya. Dia tahu, sekarang ini hatinya sangat kacau. Sebagai wanita biasa, tentu dia merasa takut suaminya akan terpincut wanita lain. Meski dia sendiri yang memilihkan madu untuknya.

Meiza, kemarilah! antar barang-barang Madam ke mobil!" seru Ardian pada Meiza, Meiza pun bergegas memenuhi panggilan majikannya. Tanpa mengucapkan sepatah kata, dia membawa koper dan barang majikannya yang lain.

 "Meiza, aku akan kembali ke Rumah utama, kamu tinggal di sini bersama Yati. Nanti Ardian akan kembali ke sini. Kamu harus mempersiapkan diri!" ujar Arda setelah dia berada di dalam mobil.

 Meiza hanya merespon dengan anggukan, kemudian dia kembali ke dalam Villa setelah mobil Ardian pergi meninggalkan Villa mereka.

 "Meiza, kok, kamu gak ikut Madam sama Mister?" tanya Yati tiba-tiba muncul di belakang Meiza.

 Meiza pun tersentak mendengar pertanyaan Yati. "Hmm, Madam dan Mister yang bilang saya harus di sini, saya juga gak tahu kenapa. Saya ini cuma pekerja, jadi ya saya harus menuruti kemauan bos, iya kan, Bu?" jawab Meiza santai. Ia tak mau orang lain tahu persoalan hidupnya.

 "Eh, senang ya, kita ditinggal berdua di sini, kita bisa santai bekerja," sahut Yati sambil tertawa, tapi Meiza sama sekali tak tertawa. Dia lebih tahu sifat majikannya yang tak mungkin membiarkan mereka santai. Arda pasti akan mengawasi mereka lewat cctv.

 Benar saja, belum sempat Meiza dan Yati istirahat, ponsel mereka kini berdering, dan di layarnya tertera Madam is calling. ("Iya, Madam. ada apa?") tanya Meiza sesaat setelah menggeser layar untuk menjawab panggilan bosnya.

 ("Meiza, dan kamu Yati, jangan coba-coba kalian berleha-leha di Villa saya, ayo kerjakan semua kerjaan kalian. Kamu Meiza, bersihin Villa selama saya belum ke sana lagi!") cerocos Arda dalam sambungan telefon itu.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Menjadi Istri Sirri Tuan Arogan   Sakinah dalam rumah tangga

    Karena terlalu pusing, Sultan alhirnya memutuskan untuk pergi ke tempat Mona. Dia masuk ke apartemen tanpa mengucapkan salam. Dia langsung masuk dan merebahkan tubuhnya di sofa. "Sultan, kapan kamu masuk? Kok, gak salam dulu?" tanya Mona seraya duduk di sofa depan Sultan. "Maaf, aku lupa, kepalaku pusing sekali makanya aku tadi langsung masuk," jawab Sultan. Mona terlihat manggut-manggut, kemudian dia pergi ke dapur dan membuatkan minuman untuk Sultan. "Minumlah, biar kamu merasa segar!" titah Mona sambil menyodorkan gelas berisi jus Jeruk nipis. "Terima kasih, Mona." Sultan memberikan gelas pada Mona. Entah kenapa bukan cuma kepalanya yang terasa dingin, tapi juga hatinya. Ada sebuah ketenangan yang dia rasakan ketika memandang wajah Mona. Mona menerima gelas itu dan meletakkannya di bar dapur. Setelahnya dia duduk di samping Sultan. "Sini, aku pijitin, biar kamu merasa rilex." Mona menuntun Sultan dan membawanya ke ruang olah raga. "Kamu mau saya olah raga?" t

  • Menjadi Istri Sirri Tuan Arogan   Kedatangan Ibu dari Sultan

    Sultan merenungi kata-kata sang OB dengan sungguh-sungguh. Ia benar-benar ingin belajar seperti yang dikatakan Mona. Dia sangat penasaran dengan gaya hidup Mona yang menurutnya aneh."Baiklah, aku ingin mendengarkan lebih banyak hal tentang itu. Karenanya, kamu saya angkat menjadi penasehat probadi saya. Assistant Mahdi, silakan beri dia hadiah juga," ujar Sultan sambil meninggalkan ruangan meeting.Dia ingin langsung pergi ke apartemen untuk menemui Mona, tapi dia mendapat telefon dari Moza bahwa ibunya kini berada di rumah Moza. Dia pun langsung memerintahkan sopir untuk membawanya pulang. Selamat siang, Ummi!" sapa Sultan pada ibunya.Amnah menoleh ke arah pintu. Dia tersenyum ketika melihat sang putri masuk dan langsung memeluknya. "Selamat siang juga Nak, apa kabar kamu?" sambut Amnah sembari membalas pelukan Sultan.Mereka pun duduk di Sofa, tapi Sultan dikejutkan dengan kehadiran seseorang yang bersama ibunya. Seorang wanita cantik yang tentunya dia kenal, yang tak lain adal

  • Menjadi Istri Sirri Tuan Arogan   Tujuan Pernikahan

    Mona hampir saja kehilangan kendali akibat gerakan Sultan di tubuhnya, tapi dia mendorong tubuh Sultan dengan lembut. “Aku bersedia melakukannya denganmu, tapi dengan satu syarat,” ujar Mona sambil berpindah tempat duduk.“Apa itu, apa kamu mau aku belikan sesuatu? Kalau begitu bersiaplah, aku akan mengantarmu ke toko mana pun yang kamu mau?” jawab Sultan dengan penuh antusias. Dia mengira Mona hanya menginginkan hartanya.Mona memutar bola matanya, kemudian mendengkus kasar. “Dasar orang kaya, apa di pikiranmu hanya ada uang dan barang-barang mewah? Aku mau lebih dari barang mewah. Aku mau kamu menjadi suamiku yang sesungguhnya. Kamu harus tahu dan paham, apa tujuan berumah tangga dalam Islam, apa kamu sanggup?” tanya Mona sembari memicingkan matanya. Sultan manggut-manggut karena dia pikir yang dipinta Mona adalah hal yang mudah. “Baik, aku sanggup, hmm tapi bagaimana caranya?” “Hmmm, kamu cari saja tutorialnya di situs Islami, ya pokoknya aku mau kamu melakukan apapun dalam rumah

  • Menjadi Istri Sirri Tuan Arogan   Moza Cemburu

    “Marry dan Sisi, pegangi dia!” titah Moza pada kedua pembantunya, sementara dia sendiri mendekatkan kursi rodanya ke arah Mona yang tangannya kini sudah dipegangi.“Lepaskan saya! Kurang ajar kalian! Anda Madam, kenapa Anda ingin menyiksa saya? Anda yang menjebak saya, tapi kenapa saya yang disalahkan?” Mona terus berteriak sambil meronta-ronta.“Jangan banyak omong kamu! Dekatkan wajahnya padaku!” Tanpa banyak bicara, Marry dan Sisi menekan kepala Mona agar mendekat ke arah Moza, Sementara Moza menghunus sebilah pisau dan mengacungkannya ke arah wajah Mona di depannya. “Rasakan ini, biar kamu jadi jelek!” Moza mengangkat tangannya bermaksud mengarahkan pisah itu ke wajah Mona dan menggoresnya. Namun, belum sempat pisau itu mengenai kulit wajah Mona, Sebuah sepatu melayang ke arah tangan Moza sehingga pisau itu terlepas dari tangannya.“Moza, kenapa kamu keterlaluan?” teriak Sultan dari belakang Moza. Dengan wajah memerah, dia mendekat ke arah Moza dan Mona yang masih dipegangi kedu

  • Menjadi Istri Sirri Tuan Arogan   Amarah Mona

    "Ayo naik!" Sultan langsung membuka pintu mobil yang ada di samping kanannya memerintahkan Mona masuk ke dalam. Karena tak punya pilihan lain, Mona pun memasuki mobil itu tanpa Mobil Sultan melaju melewati tepi pantai kemudian menembus terowongan yang panjangnya ratusan meter. Sekitar 4 jam kemudian, mereka pun tiba di kota A. "Turun!" titahnya pada Mona. Mona pun langsung turun tanpa berkata apa pun. Sultan membawa Mona ke salah satu apartemen-nya. "Kamu akan tinggal di sini, nanti saya akan sering menengok kamu," ujar Sultan ketika mereka sampai di depan pintu salah satu unit apaetemen itu. Tanpa menjawab, Mona langsung memasuki apartemen itu. "Aku sudah menyediakan semua keperluanmu di sini, bahan makanan juga ada di dapur," Sepeninggal Sultan, Mona berjalan mondar-mandir di dalam apartemennya, dia bermaksud untuk kabur. "Aku harus kabur dari sini!" Mona gegas menuju balkon. Dia mengukur ketinggian kamar yang dia tempati. Untungnya kamar apartemennya hanya ada di lantai

  • Menjadi Istri Sirri Tuan Arogan   mengerjai Ardian

    Meiza dan Yati hanya mendengkus kesal mendengar ucapan majikan mereka yang bawel itu.  "Ya ampun, kirain kita gak diawasi, dasar nenek lampir!" maki Yati penuh kekesalan, sementara Meiza hanya tersenyum geli melihat teman kerjanya itu.  Siang berganti malam, Yati sudah pergi tidur ke kamarnya, sementara Meiza, masih duduk termenung di balkon memandangi pinggir teluk yang terlihat indah karena dihiasi lampu-lampu malam.  "Ya Allah, apa aku kabur saja, ya? aku gak mau dijadiin seperti ternak, yang harus beranak kemudian anakku harus diserahkan pada mereka. Aku gak mau anakku hidup bersama orang lain, aku gak mau!" Meiza terus merutuki keadaannya.  Dia memejamkan mata sambil berpikir, apa harus dia pergi meninggalkan Villa. Setelah mendapat keputusan, dia pun menyiapkan pakaiannya di koper. Setelah itu, dia berjalan ke arah ruangan kontrol cctv dan kwh. Dia bergegas memadamkan listrik di Villa itu.  Setelah selesai, dia pun pergi ke gerbang.  Baru saja dia akan membuka, gerbang itu

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status