Share

Mengerjai Meyza

Author: Maunah-Muflih
last update Last Updated: 2024-06-10 14:26:45

"Ya, sudahlah, Sayang, ayo kita ke kamar!" ajak Ardi n pada Arda sambil membopongnya meninggalkan Meiza duduk sendirian di tengah ruang tamu.

"Ok, Sayang, gendong aku dong!" sahut Arda sambil bergelayut manja ke tangan suaminya, sementara matanya melirik ke arah Madunya, seolah dia ingin menunjukkan bahwa Ardi n hanya mencintainya.

Meiza yang melihat itu hanya melirik dengan sinis sambil memutar bola matanya. "Dasar wanita aneh, dia sendiri yang menyuruhku menikah denga suaminya, tapi dia bersikap seolah memanasiku. Apa dia pikir aku akan cemburu, dasar gendeng!" gerutu Meiza dengan suara yang hampir tak terdengar sehingga tak bisa dipahami oleh dua majikannya yang kini terlihat bermesraan sambil berjalan menuju kamar mereka.

Setelah majikannya masuk ke kamar mereka, Meiza juga bergegas masuk ke kamarnya. Dia duduk di tepi jendela yang menghadap langsung ke arah teluk. Di jendela itu, dia bisa mengakses pemandangan indah kota bunga, di mana di sana terlihat kebun teh yang membentang di tengah kota.

Karena merasa ngantuk, Meiza membaringkan diri, dan ia pun terlelap dalam tidurnya.

Sementara itu di kamar Ardi, dia meletakkan Arda di atas kasur, Arda bergelayut dan tak mau lepas dari suaminya, seakan dia sedang menggambarkan ketakutannya. Dia takut akan kehilangan Sultan. "Sayang, malam ini temani aku, ya? Kamu boleh melakukan sama perempuan itu ketika aku sudah ada di rumah kita, ok?" rayu Arda.

Ardi terkekeh mendengar perkataan istrinya. "Ya, semoga aku bisa melakukannya, kamu kan tahu, aku tak suka wanita buluk begitu? Aku suka wanita seperti kamu, wangi, dan selalu cantik," balas Ardian dengan rayuan mautnya. Meyakinkan istrinya bahwa di hatinya hanya ada Arda satu-satunya.

Sambil bercanda ria, dua sejoli itu pun menenggelamkan diri dalam lautan asmara mereka yang seakan tak akan ada ujungnya, sampai akhirnya keduanya terlelap dalam buaian mimpi.

Tak lama setelah itu, Ardian terlihat bangun dari ranjangnya, ia kemudian keluar dan anehnya tanpa ia sadari, ia berjalan menuju kamar Meiza yang kebetulan tak dikunci.

"Hmm, dasar gadis aneh, kenapa tidurnya begini?"Ardian an melangkah mendekati Meiza yang terlentang di atas kasur. Dia mengulum senyum melihat posisi gadis itu ketika tidur. Sebuah pemandangan yang belum pernah dia lihat sebelumnya. Di mana dia melihat seorang perempuan tertidur dengan kedua tangan dan kaki terentang dan kepala di pinggir ranjang. Di bibir Meiza terlihat cairan mengalir ke dagunya.

"Gadis buluk, udah mah buluk, jorok lagi, itu kayaknya iler? Duh, bagaimana aku bisa menyentuh wanita macam ini, yang ada aku muntah kalau berdekatan dengannya," gumam Ardian dengan suara yang terdengar jelas, hingga membuat Meiza terbangun.

"Mister, Anda? Kenapa di kamar saya?" tanya Meiza gelagapan. Ia pun beringsut mundur. Ia celingukan mencari hijabnya, tapi sayangnya tak ia temukan.

"Ini rumahku, dan kamu sudah sah menjadi istriku, jadi terserah aku mau masuk ke mana pun," jawab Ardian santai. Ia kemudian duduk di tepi ranjang sambil memandangi Meiza dengan tatapan sinis.

"Meski saya ini istri Anda, kita tidak bisa saling bersentuhan, karena pernikahan ini hanya sementara, itu kan perjanjiannya," tegas Meiza sambil terus mencari kerudungnya.

"Hmm, gadis bodoh! Apa kamu tidak membaca surat perjanjiannya? Saya akan tunjukkan ke kamu," ucap Ardian seraya melangkah menuju meja rias. Dia mengambil kertas yang teronggok di atas meja rias kemudian menyerahkan ke Meiza dengan kasar.

"Nih, baca baik-baik! Kamu bisa baca, kan?" titah Ardian sambil melempar kertas itu ke wajah Meiza. Meiza pun menyalakan lampu, kemudian membaca kalimat yang tertulis di kertas itu satu persatu. Wajahnya kini berubah pias saat membaca bahwa dia harus hamil dan harus melahirkan dan setelah lahiran, dia harus serahkan bayinya ke tangan majikannya.

"Ini tidak mungkin! Astagfirullahal adzim, kenapa aku tak membaca ini dari pertama? Ya Allah, bagaimana ini, bagaimana ini?" Meiza menjerit histeris seraya melempar kertas itu ke atas lantai. Sementara Ardian n terlihat terkekeh meledeknya.

"Ha ha ha, kamu jangan bersandiwara! Kamu menikmati uang yang diberikan istriku, iya kan?" ledek Ardian diiringi suara tawanya yang menggema di ruangan yang kedap suara itu.

Meiza tak merespon perkataan laki-laki yang sudah menjadi suaminya itu. Ia terus menangis merutuki kebodohannya sendiri, ia tak tahu lagi apa yang harus ia lakukan? Bagaimana mungkin dia akan mengandung dan melahirkan lalu menyerahkan bayinya ke orang lain. Itu adalah hal konyol yang tak mungkin dia lakukan, tetapi apa mungkin dia mampu menolak kemauan Ardian dan istrinya, sementara dia sudah terikat perjanjian.

Melihat perempuan di depannya menangis, Ardian akhrinya memutuskan untuk ke luar dari kamar. Ia sudah merasa puas dengan mengerjai perempuan itu. Selama ini, Ardian dan Meiza tak pernah saling sapa. Meiza pun tak bisa diperintah sembarangan selain tugas yang sudah diberikan.

Selama Meiza bekerja di situ, Meiza adalah orang yang tak bisa dikadali seperti pembantu lainnya, yang mau saja disuruh mengerjakan sesuatu yang tak tercantum di kontrak mereka.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Menjadi Istri Sirri Tuan Arogan   Sakinah dalam rumah tangga

    Karena terlalu pusing, Sultan alhirnya memutuskan untuk pergi ke tempat Mona. Dia masuk ke apartemen tanpa mengucapkan salam. Dia langsung masuk dan merebahkan tubuhnya di sofa. "Sultan, kapan kamu masuk? Kok, gak salam dulu?" tanya Mona seraya duduk di sofa depan Sultan. "Maaf, aku lupa, kepalaku pusing sekali makanya aku tadi langsung masuk," jawab Sultan. Mona terlihat manggut-manggut, kemudian dia pergi ke dapur dan membuatkan minuman untuk Sultan. "Minumlah, biar kamu merasa segar!" titah Mona sambil menyodorkan gelas berisi jus Jeruk nipis. "Terima kasih, Mona." Sultan memberikan gelas pada Mona. Entah kenapa bukan cuma kepalanya yang terasa dingin, tapi juga hatinya. Ada sebuah ketenangan yang dia rasakan ketika memandang wajah Mona. Mona menerima gelas itu dan meletakkannya di bar dapur. Setelahnya dia duduk di samping Sultan. "Sini, aku pijitin, biar kamu merasa rilex." Mona menuntun Sultan dan membawanya ke ruang olah raga. "Kamu mau saya olah raga?" t

  • Menjadi Istri Sirri Tuan Arogan   Kedatangan Ibu dari Sultan

    Sultan merenungi kata-kata sang OB dengan sungguh-sungguh. Ia benar-benar ingin belajar seperti yang dikatakan Mona. Dia sangat penasaran dengan gaya hidup Mona yang menurutnya aneh."Baiklah, aku ingin mendengarkan lebih banyak hal tentang itu. Karenanya, kamu saya angkat menjadi penasehat probadi saya. Assistant Mahdi, silakan beri dia hadiah juga," ujar Sultan sambil meninggalkan ruangan meeting.Dia ingin langsung pergi ke apartemen untuk menemui Mona, tapi dia mendapat telefon dari Moza bahwa ibunya kini berada di rumah Moza. Dia pun langsung memerintahkan sopir untuk membawanya pulang. Selamat siang, Ummi!" sapa Sultan pada ibunya.Amnah menoleh ke arah pintu. Dia tersenyum ketika melihat sang putri masuk dan langsung memeluknya. "Selamat siang juga Nak, apa kabar kamu?" sambut Amnah sembari membalas pelukan Sultan.Mereka pun duduk di Sofa, tapi Sultan dikejutkan dengan kehadiran seseorang yang bersama ibunya. Seorang wanita cantik yang tentunya dia kenal, yang tak lain adal

  • Menjadi Istri Sirri Tuan Arogan   Tujuan Pernikahan

    Mona hampir saja kehilangan kendali akibat gerakan Sultan di tubuhnya, tapi dia mendorong tubuh Sultan dengan lembut. “Aku bersedia melakukannya denganmu, tapi dengan satu syarat,” ujar Mona sambil berpindah tempat duduk.“Apa itu, apa kamu mau aku belikan sesuatu? Kalau begitu bersiaplah, aku akan mengantarmu ke toko mana pun yang kamu mau?” jawab Sultan dengan penuh antusias. Dia mengira Mona hanya menginginkan hartanya.Mona memutar bola matanya, kemudian mendengkus kasar. “Dasar orang kaya, apa di pikiranmu hanya ada uang dan barang-barang mewah? Aku mau lebih dari barang mewah. Aku mau kamu menjadi suamiku yang sesungguhnya. Kamu harus tahu dan paham, apa tujuan berumah tangga dalam Islam, apa kamu sanggup?” tanya Mona sembari memicingkan matanya. Sultan manggut-manggut karena dia pikir yang dipinta Mona adalah hal yang mudah. “Baik, aku sanggup, hmm tapi bagaimana caranya?” “Hmmm, kamu cari saja tutorialnya di situs Islami, ya pokoknya aku mau kamu melakukan apapun dalam rumah

  • Menjadi Istri Sirri Tuan Arogan   Moza Cemburu

    “Marry dan Sisi, pegangi dia!” titah Moza pada kedua pembantunya, sementara dia sendiri mendekatkan kursi rodanya ke arah Mona yang tangannya kini sudah dipegangi.“Lepaskan saya! Kurang ajar kalian! Anda Madam, kenapa Anda ingin menyiksa saya? Anda yang menjebak saya, tapi kenapa saya yang disalahkan?” Mona terus berteriak sambil meronta-ronta.“Jangan banyak omong kamu! Dekatkan wajahnya padaku!” Tanpa banyak bicara, Marry dan Sisi menekan kepala Mona agar mendekat ke arah Moza, Sementara Moza menghunus sebilah pisau dan mengacungkannya ke arah wajah Mona di depannya. “Rasakan ini, biar kamu jadi jelek!” Moza mengangkat tangannya bermaksud mengarahkan pisah itu ke wajah Mona dan menggoresnya. Namun, belum sempat pisau itu mengenai kulit wajah Mona, Sebuah sepatu melayang ke arah tangan Moza sehingga pisau itu terlepas dari tangannya.“Moza, kenapa kamu keterlaluan?” teriak Sultan dari belakang Moza. Dengan wajah memerah, dia mendekat ke arah Moza dan Mona yang masih dipegangi kedu

  • Menjadi Istri Sirri Tuan Arogan   Amarah Mona

    "Ayo naik!" Sultan langsung membuka pintu mobil yang ada di samping kanannya memerintahkan Mona masuk ke dalam. Karena tak punya pilihan lain, Mona pun memasuki mobil itu tanpa Mobil Sultan melaju melewati tepi pantai kemudian menembus terowongan yang panjangnya ratusan meter. Sekitar 4 jam kemudian, mereka pun tiba di kota A. "Turun!" titahnya pada Mona. Mona pun langsung turun tanpa berkata apa pun. Sultan membawa Mona ke salah satu apartemen-nya. "Kamu akan tinggal di sini, nanti saya akan sering menengok kamu," ujar Sultan ketika mereka sampai di depan pintu salah satu unit apaetemen itu. Tanpa menjawab, Mona langsung memasuki apartemen itu. "Aku sudah menyediakan semua keperluanmu di sini, bahan makanan juga ada di dapur," Sepeninggal Sultan, Mona berjalan mondar-mandir di dalam apartemennya, dia bermaksud untuk kabur. "Aku harus kabur dari sini!" Mona gegas menuju balkon. Dia mengukur ketinggian kamar yang dia tempati. Untungnya kamar apartemennya hanya ada di lantai

  • Menjadi Istri Sirri Tuan Arogan   mengerjai Ardian

    Meiza dan Yati hanya mendengkus kesal mendengar ucapan majikan mereka yang bawel itu.  "Ya ampun, kirain kita gak diawasi, dasar nenek lampir!" maki Yati penuh kekesalan, sementara Meiza hanya tersenyum geli melihat teman kerjanya itu.  Siang berganti malam, Yati sudah pergi tidur ke kamarnya, sementara Meiza, masih duduk termenung di balkon memandangi pinggir teluk yang terlihat indah karena dihiasi lampu-lampu malam.  "Ya Allah, apa aku kabur saja, ya? aku gak mau dijadiin seperti ternak, yang harus beranak kemudian anakku harus diserahkan pada mereka. Aku gak mau anakku hidup bersama orang lain, aku gak mau!" Meiza terus merutuki keadaannya.  Dia memejamkan mata sambil berpikir, apa harus dia pergi meninggalkan Villa. Setelah mendapat keputusan, dia pun menyiapkan pakaiannya di koper. Setelah itu, dia berjalan ke arah ruangan kontrol cctv dan kwh. Dia bergegas memadamkan listrik di Villa itu.  Setelah selesai, dia pun pergi ke gerbang.  Baru saja dia akan membuka, gerbang itu

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status