Share

02

Penulis: Eselitaa
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-09 23:30:49

"Itu dia. Ibu dan ayah tidak boleh menggunakan tabungan kalian sama sekali. Harus uangku!" tegas Alisha.

"Uangmu kan untuk biaya kuliah Yumna. Lagi pula kami tidak akan menghabiskan seluruh tabungan."

Alisha menghela nafas. Ingin sekali membicarakan soal keadaan keuangan mereka tetapi apabila setelah itu malah menyebabkan perdebatan dia tidak ingin memperpanjang masalah jadi dia tidak mengatakan apapun.

Selesai memasak, baru Alisha mengajak ibunya mengobrol lagi ketika sedang membawakan makanan ke meja makan.

"Bu, bukankah setelah menikah, prioritasku bukan kedua orang tua lagi melainkan suami? Tentu saja bukan berarti aku mengabaikan orang tuaku sendiri," kata Alisha.

"Menikah maupun belum, kamu bisa tetap berbakti pada orang tua kandungmu dengan baik dan memang prioritas kamu nanti setelah menikah adalah suami," kata Inayah.

"Aku akan mencoba memeriksa profil Mas Shaka," kata Alisha ragu-ragu.

"Cie Kak Alisha, sudah memanggil Mas Shaka dengan sebutan mas," ledek Yumna keluar dari kamarnya.

Alisha mengernyitkan keningnya. "Apa-apaan itu? Tentu saja tidak peduli perbedaan umur kami, kalau dia akan menjadi suamiku, aku tidak punya pilihan selain menghormatinya."

"Kakak terkesan tidak sabar ingin menikah dengannya?"

"Yumna, tolong jaga bicaramu! Kalau dirasa yang keluar dari mulutmu itu tidak berfaedah, sebaiknya jangan mengatakannya!" titah Alisha lembut.

"Seperti biasa kakak terlalu kaku," ketus Yumna.

"Sudah-sudah! Yumna, cepat sarapan! Dan kamu Alisha panggil ayahmu ke dalam suruh sarapan juga," kata Inayah.

Alisha mengangguk dan pergi ke halaman depan untuk memanggil ayahnya yang sedang olahraga seperti naik turun tangga atau biasanya jalan-jalan tanpa alas kaki disekitar desa.

"Ayah, sarapan dulu! Makanannya sudah matang!"

"Nanti."

"Ayah kan tidak boleh telat sarapan."

"Oh iya, karena sebentar lagi kamu akan menikah, kita mungkin tidak akan bisa makan bersama lagi."

"Apa yang ayah katakan? Tentu saja kita malah bertambah satu orang bukan? Aku juga ingin tanya dimana profil Mas Shaka kemarin."

"Di atas meja dekat televisi."

"Aku ambil. Ayah sarapanlah!"

Alisha pikir bakal menemukan keterangan tentang kepribadian Shaka Yar Nigar atau catatan langsung yang ditulis oleh Shaka seperti pernikahan seperti apa yang dia inginkan, istri seperti apa, atau ke depannya ingin seperti apa.

Tetapi malah menemukan latar belakang Shaka dimulai dari pekerjaannya, posisinya di keluarga, riwayat pendidikannya, dan lain-lain.

Kening Alisha semakin mengernyit. Kedua matanya bergerak perlahan ke foto Shaka. Satu detik. Dua detik. Tiga detik. Alisha menaruh kertas tersebut ke meja lagi.

"Aku tidak boleh memandangnya lama-lama, kita belum sah," batin Alisha.

"Bagaimana Alisha? Sudah melihat profil Shaka? Itu diberikan langsung oleh Shaka ke orang tuanya kemudian disampaikan kepada kita," kata si ayahnya Alisha.

Alisha duduk di meja makan dan memandangi ibu dan adiknya yang sibuk makan sementara ayahnya sednag mengambil nasi ke piring.

"Ya, sudah..."

"Bagaimana menurutmu?" tanya Inayah penasaran.

Alisha diam sejenak ingin protes mengenai profil Shaka tetapi setelah mendengar ucapan ayahnya bahwa Shaka memberikan itu langsung, dia tidak mengatakan apapun. Artinya Shaka lebih ingin menonjolkan apa yang dia miliki bukan bagaimana kepribadian dia.

"Menurutku pria seperti dia pasti banyak yang menginginkan tetapi kenapa dia memilihku? Mungkin itu keputusan orang tuanya. Apakah kalian mengajukanku kepada mereka atau bagaimana ayah ibu? Apakah kalian begitu dekat dengan keluarganya?" tanya Alisha lemah lembut.

"Kami berteman dekat dengan orang tuanya," ucap Inayah.

Alisha cuma mengangguk-anggukkan kepalanya.

"Yumna harus fokus menjadi dokter dan jelas memikirkan dirimu yang belum menikah, kami langsung mengajukanmu. Lagi pula, Shaka ingin menikah denganmu," kata Inayah.

Alisha cuma mengangguk kemudian memasukkan makanan ke mulutnya.

Hari yang ditunggu-tunggu akhirnya tiba, Alisha Fairuzah duduk di depan cermin, bayangannya hampir tidak dapat dikenali. Penata rias telah merias wajahnya dengan lapisan alas bedak dan perona pipi, gaun pengantinnya yang sederhana dihiasi dengan manik-manik.

“Putriku, akhirnya…akhirnya ibu bisa melihatmu menikah. Kamu sangat cantik,” kata Inayah berdiri di belakang putrinya dengan air mata di matanya.

“Shaka Yar Nigar akan sangat bangga memiliki kamu sebagai istrinya.”

Alisha memaksakan senyum, jantungnya berdebar kencang di dadanya. Setiap kali merasa berada di titik rendah, dia berusaha untuk sabar dan ikhlas meskipun rasanya sulit.

Namun tak dapat dipungkiri sebenarnya saat ini dia ingin berteriak, berlari, memberitahu semua orang bahwa ini bukanlah yang diinginkannya. Namun, dia tidak bisa lari lagi. Ia merasa seperti tenggelam.

Pernikahan diadakan di aula perjamuan mewah yang dipenuhi banyak tamu.

Alisha turun ke lantai pertama. Disinilah momen pertama kali melihat Shaka, dia berhenti berjalan.

Ekspresi Shaka tak terbaca. Ia tampan, dengan raut wajah tegas dan tatapan tajam, tidak menatapnya sama sekali dan justru terlihat tidak tertarik.

Alisha berpikir Shaka malu. Orang tuanya bilang Shaka nyaris tidak pernah menjalin hubungan dengan siapapun karena menjaga diri sama sepertinya jadi pastinya canggung pertama kali berdekatan dengan seorang perempuan.

"Ibu, aku gugup," bisik Alisha ke Inayah yang menuntunnya.

Alisha memperhatikan para tamu. Banyak yang tidak ia kenal. Tetapi pandangannya segera berhenti ke teman-temannya. Dia pun tersenyum.

Alisha dituntun duduk didekat Shaka.

Pertama-tama sang penghulu melakukan pembukaan lalu diikuti ijab qabul oleh ayahnya Alisha.

"Ananda Shaka Yar Nigar bin Emir Nigar, saya nikahkan dan saya kawinkan engkau dengan putri kandung saya yang bernama Alisha Fairuzah dengan mas kawin satu set perhiasan berlian murni seberat 20 gram, dan uang tunai sebesar sepuluh juta, dibayar tunai."

"Saya terima nikah dan kawinnya Alisha Fairuzah binti Hasan Karim dengan mas kawin tersebut, tunai."

Hati Alisha mencelos. Shaka begitu lancar mengucapkan itu. Akhirnya mereka sah menjadi suami istri.

Meski begitu, Alisha tidak bisa menatap ke arah Shaka meskipun merasakan Shaka tidak menatap ke arahnya.

"Salaman dulu!" titah Inayah lembut.

Alisha terpaku. Meskipun Shaka lebih muda darinya, tetapi pria itu lebih tinggi darinya.

Alisha mengulurkan tangan pada Shaka dengan ragu-ragu. Shaka tidak langsung menerimanya. Alisha berharap orang-orang tidak tahu debaran jantungnya yang lebih cepat.

Shaka tiba-tiba menerima tangan Alisha dengan cepat dan mendorong tangannya ke bibir Alisha setelah itu langsung melepaskan salaman mereka.

Alisha terperanjat. Saat dia mencoba bertatapan dengan Shaka, Shaka sudah menjaga jarak dan membelakanginya karena sibuk berbicara dengan orang tuanya.

"Wangi sekali," batin Alisha memperhatikan punggung Shaka.

Alisha masih berpikir Shaka terlalu malu.

Alisha menoleh ke ibunya. Inayah menciumnya dan menangis. Begitu juga dengan Yumna. Yumna malah memeluk Alisha erat. Tetangga-tetangga mereka yang mengenal Alisha dekat juga ikut menangis dan memeluk Alisha.

"Alisha, Shaka, tanda tangan disini!"

Saat itulah, Alisha dan Shaka tidak sengaja bertemu muka.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Menjadi Istri Tuan Muda Arogan   59

    Alisha dibawa ke rumah sakit. Ketika dia ditangani dokter, Shaka menunggu dari ruang tunggu bersama kedua orang tuanya Alisha dan kedua orang tuanya.Sudah hampir satu jam Alisha berada di ruang perawatan setelah kecelakaan kecil di tangannya—robek karena pecahan kaca. Tapi bagi Shaka, waktu itu terasa seperti seabad.Shaka tidak pernah seperti ini sebelumnya. Bahkan ke Mutiara.Shaka menggigit bibir bawahnya, berusaha menahan rasa gelisah.Entah kenapa, sejak Alisha dibawa masuk ke ruang dokter, dadanya seperti terhimpit sesuatu. Ia tak menyangka akan merasa seburuk ini hanya karena luka kecil di lengan wanita itu.Di sisi lain, ayah dan ibu Alisha duduk bersebelahan, menatap Shaka dengan pandangan tajam.Pak Hasan akhirnya membuka suara, nada bicaranya dalam dan berat."Saya rasa kita perlu bicara.”Shaka menoleh pelan, mencoba menjaga ekspresinya tetap tenang.“Ya, tentu, Pak,” jawabnya sopan.“Saya dan istri saya mendengar kabar… tentang hubungan Anda dengan wanita bernama Mutiar

  • Menjadi Istri Tuan Muda Arogan   58

    Sebelum Alisha menjawab, sebuah mobil berhenti di depan toko. Mobil mewah itu terasa familiar tetapi Alisha harus mengingatnya lebih dulu. Nafas Alisha tercekat dan dia langsung panik ketika melihat suaminya turun dari mobil tersebut. Dia mendekat ke toko pakaian Alisha. Alisha tak ingin lagi melihat Shaka. Hatinya sudah sangat kecewa. Alisha tidak bermaksud untuk menghina peninggalan neneknya Shaka. Dia bersedia ganti rugi dengan uang tetapi dia juga tidak dihargai sama sekali sebagai istrinya. "Jadi kau disini," ucap Shaka. "Ada apa mas? Kau seharusnya tidak datang kesini bukan? Orang tuaku sedang menuju ke kediaman keluarga besarmu," ucap Alisha tanpa menatap Shaka. "Dan kau...bermesraan dengan pria lain. Kau selingkuh." Aido mengernyitkan keningnya kesal. Jadi dia adalah suaminya Alisha. Ketara sekali suaminya arogan. Aido benar-benar sangat marah. "Jika kau tidak bisa mengubah dirimu menjadi lebih baik untuk istrimu, sebaiknya ceraikan saja dia!" tukas Aido

  • Menjadi Istri Tuan Muda Arogan   57

    Alisha mencoba menghentikan ayahnya. Namun Inayah dan Yumna malah setuju. "Alisha, kamu tidak perlu takut. Kami akan selalu disini untukmu," ucap Inayah, ibunya. Akhirnya Alisha tak menghentikan ayahnya. Inayah memutuskan untuk ikut suaminya pergi ke kediaman keluargq Rainhold. Langit siang itu tampak teduh, seolah menenangkan hati yang bergolak di dada Alisha. Mobil hitam yang ditumpanginya melaju pelan menyusuri jalan menuju pusat kota. Ayah dan ibunya sudah lebih dulu pergi ke sana—menemui keluarga Shaka. Alisha tahu ayahnya tidak akan diam, dan justru itu yang membuatnya gelisah. Ia tidak ingin semua berakhir dengan pertikaian. Namun di sisi lain, Alisha juga tahu, berdiam diri hanya akan membuatnya semakin sesak. Maka ia memilih untuk datang ke tempat yang paling menenangkannya—toko pakaian kecil yang dulu ia bangun dengan tangannya sendiri. Tempat yang kini menjadi simbol siapa dirinya sebelum terikat dalam dunia Shaka yang penuh gengsi dan tekanan. Begitu mob

  • Menjadi Istri Tuan Muda Arogan   56

    Di hotel, Alisha langsung menemukan Shaka tengah membereskan pakaiannya ke dalam koper. "Mas Shaka, tolong jangan seperti ini," kata Alisha seraya meneteskan air matanya. Namun Shaka mengabaikan Alisha. Dia tetap memasukkan pakaiannya ke dama koper. "Aku hanya ingin mengganti rugi mas. Mungkin dengan motif yang sama, itu bisa membuat hatimu menjadi lebih tenang," kata Alisha lirih. "Kau itu benar-benar bodoh ya! Mana mungkin benda yang sama dapat menggantikan kenangan seseorang. Bneda dari nenekku itu, tidak ada yang bisa menggantikannya meskipun ada lagi yang membuatnya dan jauh lebih baik, itu peninggalan berharga dari nenekku, dasar bodoh," ketus Shhaka. "Maafkan aku mas," bisik ALisha. "Aku menyesal. Tolong maafkan aku," bisik Alisha. Shaka tak bergeming dan tetap melanjutkan beres-beres. Setelah membereskan semuanya, Shaka pun menarik kopernya keluar. Alisha mengikuti Shaka hingga mereka masuk ke dalam taksi. Taksir itu membawa mereka ke bandara.

  • Menjadi Istri Tuan Muda Arogan   55

    Di rumah yang tidak cukup besar itu, Mutiara mengamuk. Dia melemparkan barang-barang seperti vas bunga, pajangan dinding, dan masih banyak lagi. Semua itu Mutiara lakukan karena dia begitu marah dipindahkan secara paksa oleh ayahnya agar dia tidak lagi mengganggu kehidupan Shaka. Masalahnya, Shaka dihubungi berkali-kali tidak mengangkat. Bagaimana Mutiata tidak panik kalau begitu? Mutiara penasaran apakah ponsel Shaka masih di Alisha. Dia menunggu kabar Shaka dan Alisha pulang segera. Tentu saja dia menarub mata-mata di kediaman keluarga besar Rainhold. Salah satu pelayan disana dibayar oleh Muitiara untuk memberikan informasi tentang berita terbaru di keluarga tersebut dan jika Shaka dan Alisha pulang kesana, pelayan itu harus memberitahu Mutiara. "Sialan!" teriak Mutiara. Di sisi lain, Alisha mengunjungi sebuah toko peralatan rumah tangga yang dibuat menggunakan tangan. Alisha pun bertemu dengan pemilik toko tersebut yang tengah membuat cangkir-cangkir teh. Be

  • Menjadi Istri Tuan Muda Arogan   54

    Shaka melihat-lihat barang. Sementara Alisha melihat-lihat skincare. Dia tidak membeli jadikan untuk Yumna sebelumnya dan sekarang Shaka membawanya ke mall. “Mahal-mahal juga ya?” bisik Alisha. Setelah mengambil beberapa, Alisha pergi ke tempat Shaka. "Mas kamu membeli semua itu buat apa?" tanya Alisha. Banyak barang-barang rumah tangga yang dibeli Shaka. "Untuk keluargamu bukan? Untuk ibuku juga dan untuk persediaan di rumah," jawab Shaka. "Tetapi apa tidak sebaiknya beli di tempat kita saja mas?" tanya Alisha. "Kalau beli disini, lebih murah," jawab Shaka. "Jadi. Lebih murah tapi kualitasnya lebih bagus ya mas?" tanya Alisha. Shaka hanya menganggukkan kepalanya. Setelah membeli barang-barang, mereka pergi ke tempat pakaian. Shaka membelikan Alisha sebuah kaos. Alisha disuruh mengambil beberapa pakaian yang dia suka tetapi Alisha menolak karena setelah dia menikah dengan Shaka, lemari di kamarnya sudah penuh dengan pakaian baru. Setelah selesai, mereka pun pulang. Shaka

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status