Menjadi Istri Tuan Muda Arogan

Menjadi Istri Tuan Muda Arogan

last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-19
Oleh:  EselitaaOn going
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
Belum ada penilaian
31Bab
419Dibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi

Alisha Fairuzah, 33 tahun, selalu dipaksa menikah oleh keluarganya. Dia masih ingin fokus karir apalagi bisnisnya sedang turun. Namun kali ini penolaknnya tidak bisa diterima. Saat Alisha Fairuzah mengira pria yang dia nikahi itu baik, Shaka Yar Nigar menunjukkan sifat arogannya. Dia mulai hancur tetapi seringkali Aido Eishiro, temannya, menghiburnya. Hingga temannya itu menyatakan cinta padanya. Alisha Fairuzah yang merasa telah kehilangan segalanya memutuskan pilihannya. Siapa yang akan dia pilih? Namun apakah dia bisa memilih?

Lihat lebih banyak

Bab 1

01

Jemari Alisha Fairuzah mengetuk-ngetuk meja toko pakaiannya yang beberapa Minggu yang lalu ramai, matanya mengamati rak-rak berdebu yang dulunya dipenuhi kain-kain berwarna cerah dan desain-desain elegan. Keheningan di toko itu memekakkan telinga, hanya dipecahkan oleh derit pintu sesekali saat seorang pejalan kaki mengintip masuk dan segera pergi.

“Alisha Fairuzah, latih hatimu buat sabar dan ikhlas dalam menghadapi setiap cobaan,” bisik Alisha Fairuzah pada dirinya sendiri. 

Tumpukan tagihan di mejanya seperti batu bata yang membebaninya, mengancam akan menghancurkannya sepenuhnya.

Toko itu adalah pekerjaan utamanya, harga dirinya, kemandiriannya. Dia telah mencurahkan segalanya untuk itu—tabungannya, energinya, mimpinya. Namun sekarang, dia menghadapi kenyataan pahit kebangkrutan. Dia tidak bisa membeli stok lagi dan karyawan terakhirnya telah berhenti dua minggu lalu. 

“Alisha Fairuzah, kamu nggak bisa terus hidup seperti ini,” suara ibunya, Inayah,  memotong pikirannya.

Alisha Fairuzah mendongak dan melihat ibunya berdiri di ambang pintu toko, ekspresinya campur aduk antara khawatir dan jengkel. 

Inayah sebenarnya adalah seorang ibu yang baik hati dan lembut tetapi seiring berjalannya waktu usia putri pertamanya bertambah, dia menjadi sedikit berubah. 

“Tahukah kamu apa yang orang-orang katakan tentangmu? Seorang wanita berusia 33 tahun, belum menikah, dan sekarang bisnismu bangkrut? Berapa lama kamu berencana untuk menderita seperti ini nak?”

“Ibuku sayang, aku nggak pernah memilih begini. Semua ini mungkin cobaan dan aku yakin akan berlalu. Tenang saja, aku hanya butuh lebih banyak waktu.”

“Waktu nggak akan menyelesaikan ini,” ibunya berkata sedikit penuh penekanan, melangkah mendekat. “Kamu butuh seorang suami, Alisha Fairuzah. Seseorang yang dapat mendukungmu, menafkahimu.”

Rahang Alisha Fairuzah mengencang. Dia telah mendengar argumen ini ribuan kali sebelumnya. “Ibu, aku nggak butuh seorang laki-laki untuk menyelamatkanku. Aku bisa menyelesaikan ini sendiri.”

Mata ibunya melembut, tetapi suaranya tetap tegas. “Kamu kuat, aku tahu itu. Tetapi kekuatan nggak akan membayar tagihan.  Dan itu nggak akan mengubah kenyataan kamu sendirian. Ayahmu dan aku telah menemukan seseorang. Dia kaya, berasal dari keluarga yang baik, sukses, dan dia tertarik padamu. Namanya Shaka Yar Nigar.”

Hati Alisha Fairuzah mencelos. “Makasih bu tapi jawabanku tetap sama, enggak.”

Inayah tidak menoleransi argumen. “Dia muda—27 tahun—tetapi dia dewasa, dan dia memiliki reputasi yang baik. Keluarganya sangat dihormati. Ini adalah kesempatan terbaik yang pernah kamu miliki.”

“Bu, bahkan kalau aku menikah sama pria yang lebih baik dari Shaka Yar Nigar, belum tentu hidupku jadi lebih baik,” kata Alisha Fairuzah berharap penolakannya masih berlaku. 

Ibunya mengangkat tangan untuk menghentikannya. “Cukup, Alisha Fairuzah. Ayahmu dan aku sudah berbicara dengan keluarganya. Pernikahannya sebulan lagi. Dan…Yumna harus jadi dokter.”

Yumna adalah adiknya Alisha Fairuzah yang bercita-cita menjadi dokter. Karena Alisha Fairuzah sudah menjadi tulang punggung keluarga, jadi biaya kuliah Yumna dia yang menanggungnya. 

Bulan itu berlalu begitu saja dengan persiapan yang terburu-buru dan tekanan yang tak henti-hentinya. Alisha Fairuzah juga tidak mengerti kenapa Shaka Yar Nigar tidak pernah menemuinya. Dia juga tidak ingin bertanya pada orang tuanya. Barangkali memang keinginan Shaka Yar Nigar bertemu setelah mereka sudah sah sebagai suami istri.

Orang tua kedua pengantin sangat gembira, kerabatnya bersorak kegirangan, dan bahkan tetangganya berbisik tentang betapa beruntungnya Alisha Fairuzah mendapatkan jodoh seperti Shaka Yar Nigar. Namun, Alisha Fairuzah tidak merasakan apa pun kecuali ketakutan.

Pada hari pernikahan, Alisha Fairuzah duduk di depan cermin, bayangannya hampir tidak dapat dikenali. Penata rias telah merias wajahnya dengan lapisan alas bedak dan perona pipi, gaun pengantinnya yang sederhana dihiasi dengan manik-manik. 

“Putriku, akhirnya…akhirnya ibu bisa melihatmu menikah. Kamu sangat cantik,” kata Inayah berdiri di belakang putrinya dengan air mata di matanya. “Shaka Yar Nigar akan sangat bangga memiliki kamu sebagai istrinya.”

Alisha Fairuzah memaksakan senyum, jantungnya berdebar kencang di dadanya. Setiap kali merasa berada di titik rendah, dia berusaha untuk sabar dan ikhlas meskipun rasanya sulit. Namun tak dapat dipungkiri sebenarnya saat ini dia ingin berteriak, berlari, memberitahu semua orang bahwa ini bukanlah yang diinginkannya. Namun, dia tidak bisa lari lagi. Ia merasa seperti tenggelam.

Pernikahan diadakan di aula perjamuan mewah yang dipenuhi banyak tamu. Alisha Fairuzah segera mendengar suara Shaka Yar Nigar. Setelah sah, dia turun ke lantai pertama untuk menemui suaminya. Ketika melihatnya, dia berhenti berjalan.

Ekspresi Shaka Yar Nigar tak terbaca. Ia tampan, dengan raut wajah tegas dan tatapan tajam, tidak menatapnya sama sekali dan justru terlihat tidak tertarik. Ada kesombongan dalam dirinya yang membuat Alisha Fairuzah gelisah. 

Shaka Yar Nigar tidak menyentuh, mengajaknya berbicara, atau sekedar menatapnya. Seolah-olah tidak menganggap kehadirannya disampingnya. Alisha Fairuzah teringat ibunya pernah bilang kalau Shaka Yar Nigar tertarik padanya. Tetapi benarkah itu?

Seiring berlalunya malam, Alisha Fairuzah merasa seperti penonton di pernikahannya sendiri. Para tamu mengobrol dan tertawa kecil, udara dipenuhi aroma mawar dan parfum mahal. Shaka Yar Nigar masih tak berbicara padanya, perhatiannya terpusat pada teman-teman dan rekan bisnisnya. Saat ia tersenyum pada suaminya itu, dia justru mendapatkan balasan tatapan dingin yang membuat bulu kuduknya merinding.

Lagi-lagi Alisha Fairuzah ingin menangis. Saat acara berakhir, dia harus pindah ke rumah suaminya. Padahal sejak dulu dia sudah memiliki rencana apabila suatu saat dia menikah, dia tetap ingin tinggal bersama kedua orang tuanya dan suaminya yang harus mengalah. Tetapi bahkan orang tuanya menyuruhnya untuk ikut suaminya.

Alisha Fairuzah berusaha untuk tidak meneteskan air matanya. Sebagai istri yang berbakti pada suaminya, dia bersedia ikut suaminya.

Mereka tiba di rumah baru. Rumah itu sangat besar, berlantai marmer, tetapi terasa kosong, tanpa kehangatan. 

Beberapa pelayan berlarian membantu Alisha Fairuzah dan kedua mertuanya mengeluarkan barang-barang Alisha Fairuzah dari mobil.

“Mas Shaka, mohon bantuanya ya mas.”

Shaka Yar Nigar malah mengabaikan istrinya dan masuk begitu saja ke dalam rumah. Dia menyerahkan kunci mobil pada pengawal pribadinya.

Nida dan Emir, orang tuanya Shaka Yar Nigar saling pandang menyaksikan menantu mereka terdiam memandangi punggung putra tunggal mereka.

“Nak Alisha. Sekali lagi maafkan Shaka ya? Dia kan nggak pernah deket sama perempuan dan akhirnya dia menikah. Dia belum terbiasa denganmu. Kamu juga begitu kan? Kamu pastinya nggak pernah deket sama laki-laki manapun,” kata Nida.

“Kalau sudah terbiasa denganmu, Shaka pastinya nggak seperti itu. Tolong bersabar ya Nak Alisha,” kata Emir.

“Nggak apa-apa pak bu, Terima kasih banyak sudah bawakan barang-barangku. Biarkan aku membawanya sendiri ke dalam. Kalian istirahat saja,” kata Alisha Fairuzah.

“Biar saya antarkan ke kamar nyonya,” kata Sena, salah satu pelayan di rumah Shaka. 

Barang-barang yang dipegang Alisha dan mertuanya diambil alih oleh para pelayan. 

“Terima kasih mbak dan jangan memanggil nyonya, panggil saja Alisha,” kata Alisha Fairuzah mengikuti Sena.

Alisha Fairuzah merasa ada yang aneh ketika Sena mengantarkannya ke sebuah kamar kosong yang tampak rapi dan bersih. Tidak ada Shaka. Tidak ada bau suaminya. Dia pikir suaminya belum masuk ke kamar. Tetapi dia segera curiga suaminya tidak mau satu kamar dengannya.

Tampilkan Lebih Banyak
Bab Selanjutnya
Unduh

Bab terbaru

Bab Lainnya

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen

Tidak ada komentar
31 Bab
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status