Share

03

Penulis: Eselitaa
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-09 23:30:57

Shaka langsung menatap ke meja dimana terletak sebuah dokumen untuk ditandatangani oleh pengantin baru. Shaka langsung tanda tangan diikuti Alisha.

Setelah selesai, kedua orang tua Shaka menyerahkan mahar.

Tentu saja, Alisha sempat ditanya oleh orang tuanya yang disuruh keluarga Shaka untuk mencari tahu berapa mahar yang diinginkan Alisha.

Alisha cuma menjawab semampu Shaka tetapi tidak menyangka kalau maharnya bisa setara dengan sebuah mobil mewah atau sebuah rumah.

"Kamu cantik sekali," puji Nida, ibunya Shaka kemudian mencium kening Alisha.

Alisha tersipu. "Terima kasih banyak bu."

Nida mengangguk.

"Semoga rumah tangga kalian selalu diberkahi," kata Emir.

"Amin. Terima kasih ayah," kata Alisha.

"Nak Shaka, jaga Alisha baik-baik ya!"

Alisha beralih ke ayahnya yang memperingati Shaka dengan lembut tetapi Shaka cuma menganggukkan kepalanya sekali.

Alisha tidak mengerti kenapa Shaka tampak begitu dingin pada orang tuanya. Bahkan dia tidak menyapa ibunya, meminta restu, bahkan sama sekali tidak menatap ke arahnya. Saat ayahnya menasehati macam-macam, tak ada respon kecuali anggukkan kepala.

Jika malu, seharusnya tampak gugup tetapi daripada gugup, Shaka begitu dingin.

Lalu acara dilanjutkan dengan menyapa para tamu undangan.

Alisha segera dikerubungi oleh teman-temannya.

"Alisha, akhirnya kamu menikah juga," kata Kenanga.

"Alisha, selamat, semoga pernikahan kalian selalu rukun, kamu menjadi istri yang shoelhah, istiqomah terus, intinya doa yang terbaik buat kamu," kata Zayna.

"Terima kasih banyak bu dokter," kata Alisha tersenyum hangat.

Zayna tersenyum dan memeluk Alisha.

"Semoga rezeki kamu menular ke aku ya?"

"Kamu sudah tidak sabar ingin menikah ya?"

Zayna cuma tersenyum kikuk.

Alisha menyuruh teman-temannya menikmati makanan dan minuman yang telah disajikan. Selagi mereka makan, Alisha memperhatikan Shaka yang sibuk mengobrol dengan beberapa temannya.

"Bahkan sampai sekarang dia tidak bicara dengan ibuku," batin Alisha sedih.

Setelah bicara dengan Pak Hasan, Shaka juga sudah tidak bicara apapun lagi padanya.

Shaka tidak mengajak Alisha berbicara, atau sekedar menatapnya. Seolah-olah tidak menganggap kehadirannya disampingnya. Alisha teringat ibunya pernah bilang kalau Shaka tertarik padanya. Tetapi benarkah itu?

Sementara itu, kedua orang tua mereka mengobrol dengan bahagia. Orang-orang tampak bahagia. Alisha tidak. Alisha justru tidak bisa tersenyum sama sekali.

Bahkan tetangganya berbisik tentang betapa beruntungnya Alisha Fairuzah mendapatkan jodoh seperti Shaka Yar Nigar. Namun, Alisha sama sekali tidak merasa beruntung. Meskipun malu, bukankah Shaka berlebihan?

"Apapun yang terjadi, kita sudah menjadi suami istri, apakah diriku terlalu egois?" batin Alisha.

Seiring berlalunya waktu, Alisha merasa seperti penonton di pernikahannya sendiri. Para tamu mengobrol dan tertawa kecil, udara dipenuhi aroma mawar dan parfum mahal.

Shaka masih tak berbicara padanya, perhatiannya terpusat pada teman-teman dan rekan bisnisnya.

Saat merrka tidak sengaja bertemu mata, Alisha tersenyum pada suaminya itu, dia justru mendapatkan balasan tatapan dingin yang membuat bulu kuduknya merinding.

"Alhamdulillah akhirnya bisa istirahat."

Alisha makan lebih dulu sebelum memasuki sholat dzuhur.

Di tengah-tengah Alisha mengisi perutnya, Inayah tiba-tiba menghampirinya dengan sedikit terburu-buru.

"Alisha, nanti kamu ikut ke keluarga suami kamu ya?"

Alisha berhenti mengunyah dan menatap ibunya dengan tatapan terbelalak.

"Bukankah kita pulang ke rumah kita?" tanya Alisha memastikan.

"Shaka ingin langsung pulang ke rumahnya. Dia kan sudah punya rumah sendiri. Bagaimana bisa kamu malah masih tetap di rumah orang tuamu?"

"Ibu, kenapa ibu bilang begitu? Untuk pindahan seharusnya diatur dulu waktunya, untuk sementara, dia harus mengalah tinggal di rumah kita bukan?"

"Alisha, kamu sudah ibu kasih tahu bahwa semenjak kamu menikah, prioritas utama kamu bukan lagi orang tuamu melainkan suamimu. Ayah dan ibumu, serta adikmu tidak akan hilang. Setelah sampai disana, kita lakukan video call."

Lagi-lagi Alisha ingin menangis.

Padahal sejak dulu dia sudah memiliki rencana apabila suatu saat dia menikah, dia tetap ingin tinggal bersama kedua orang tuanya dan suaminya yang harus mengalah. Tetapi bahkan orang tuanya menyuruhnya untuk ikut suaminya.

Alisha Fairuzah berusaha untuk tidak meneteskan air matanya. Sebagai istri yang berbakti pada suaminya, dia bersedia ikut suaminya.

Setelah istirahat dan sholat dzuhur, Alisha mencoba menemui Shaka. Tetapi Shaka masib bersama teman-temannya.

Perlahan-lahan tempat itu mulai sepi.

Alisha masih menunggu kesempatan berbicara dengan Shaka berdua saja tetapi bahkan sampai sekarang, Shaka masih mengobrol dengan teman-temannya. Bahkan sepertinya dia melewatkan sholat dzuhur. Alisha terus kepikiran.

"Bu, Mas Shaka masih bicara dengan teman-temannya?" tanya Alisha lembut pada Nida.

"Iya. Biasa dia jika sudah bertemu dengan teman-temannya apalagi rekan kerja suka lupa waktu. Kenapa Alisha?"

"Tidak. Hanya saja, ingin bicara dengan Mas Shaka. Sejak ijab qabul, dia bahkan belum mengatakan apapun kepadaku," bisik Alisha.

Nida cemas. "Maaf Alisha. Shaka memang canggung dan sangat pemalu orangnya. Tetapi ibu yakin perlahan-lahan dia akan terbuka padamu. Tolong bimbing dia ya!"

Alisha menganggukkan kepalanya mencoba memaklumi sikap pemalu Shaka.

"Saya mendengar dari ibu saya bahwa saya harus ikut Mas Shaka pindahan malam ini juga tetapi bukankah terlalu awal? Saya harus mengambil barang-barang saya lebih dulu."

"Untuk mengurus itu bisa dilakukan besok-besok. Kamu harus istirahat dan kebetulan rumah Shaka tidak jauh dari sini jadi kalian akan pulang kesana."

"Begitu. Bolehkah orang tua dan adik saya ikut?"

"Tentu saja. Ibu akan bilang pada Shaka."

"Terima kasih banyak bu."

Nida tersenyum dan menganggukkan kepalanya.

Setelah Nida pergi, datanglah orang tuanya dan Yumna.

"Alisha, ibu dan ayah pulang dulu ya!" kata Inayah.

Alisha langsung berdiri. "Tunggu sebentar. Aku ikut."

"Kenapa kamu malah seperti itu? Ibu sudah mengatakannya kepadamu."

"Aku tidak ingin berada disini sendirian."

"Sebentar lagi juga kamu akan pulang ke rumah suamimu," kata si ayah.

"Kami harus mengantarkan keluarga ibu dan ayahmu," kata Inayah.

"Yumna disini saja denganku," tukas Alisha tegas.

"Tidak bisa!" bantah Yumna. "Kakak tahu sendiri aku harus berangkat kuliah besok. Aku tidak boleh absen lagi."

"Baiklah. Hati-hati di jalan. Kalau bisa, ibu dan ayah...kalian pasti lelah. Baiklah istirahat setelah sampai di rumah. Besok aku akan datang."

Ibu dan ayah Alisha memeluk putrinya erat.

"Nak, hari ini kau memulai lembaran baru sebagai seorang istri—peran yang indah namun tak selalu mudah; bawalah semua cinta dan didikan yang kami tanamkan, jadilah istri yang penuh kasih, penyabar, dan bijak; ingatlah bahwa rumah kita ini, meski tak lagi kau tinggali, akan selalu menjadi tempatmu pulang, dan cinta kami tak pernah berkurang, justru bertambah karena kini kami juga mencintai orang yang kau pilih sebagai pendampingmu."

Alisha meneteskan air mata mendengar ucapan lembut dari ayahnya. Dia menenggelamkan wajahnya ke pundak orang tuanya.

"Jangan berkata seperti itu. Besok aku akan pulang untuk mengambil barang-barangku."

"Benar juga," kata Inayah kemudian mencium Alisha.

Alisha berpelukan dengan Yumna.

"Tugasku untuk orang tua, sekarang kamu yang mengambil alih, tidak boleh mengeluh mengerti?"

Pada saat yang sama, pintu terbuka dan menampakkan Shaka.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Menjadi Istri Tuan Muda Arogan   31

    Mobil siapa itu? Aido Eishiro bertanya-tanya pada dirinya sendiri. Mungkin mobil milik pelanggan. Tidak jarang ada mobil disana. "Pujaan hatimu tadi datang bersama pria lain," celetuk salah satu anggota keluarganya. "Huh?" Aido Eishiro menjadi gelisah. Dia berusaha mengenyahkan pikiran Alisha Fairuzah bersama pria lain. Tak lama kemudin, dia mendapatkan pesan dari Alisha Fairuzah yang menyuruh dia datang ke toko pakaian. Aido Eishiro ingin bertanya alasannya tetapi dia khawatir membuat Alisha Fairuzah merasa tidak nyaman karena terkesan memaksa dia untuk datang ke toko pakaiannya. Alhasil dia mengurungkan niatnya. Dia pun berpamitan pada keluarganya karena ingin mengunjungi toko pakaian Alisha Fairuzah lebih dulu. "Kamu yakin?" "Aido, sebaiknya jangan kesana karena dia tampaknya sedang bersama prianya." "Justru dia sendiri yang memintaku kesana." "Apa?" "Apa alasan dia ya?" "Aku juga nggak tahu. Aku ingin kesana dulu." Aido Eishiro pun mengunjungi tok

  • Menjadi Istri Tuan Muda Arogan   30

    "Mas Shaka," panggil Alisha Fairuzah lirih dan pelan. "Hm?" Meskipun singkat, padat, dan jelas, tetapi nada bicaranya pelan dan lembut. Alisha Fairuzah merasa nyaman. Mengingat bagaimana suaminya pada Mutiara, dia merasa tidak nyaman, sekarang dia menyadari kalau mungkin saja perasaan itu adalah perasaan cemburu. "Bagaimana hubunganmu dengan Mutiara?" Alisha Fairuzah memberanikan diri bertanya. Dia menatap ke jalanan depan. Shaka Yar Nigar tidak langsung menjawab. Dia diam dulu sejenak. "Semalam setelah kita melakukannya, aku menghubunginya untuk memutuskan hubungan kami. Kamu mengerti bukan? Bagaimanapun dia adalah saudara sepupuku jadi aku nggak bisa bersikap kurang ajar padanya," kata Shaka Yar Nigar. "AKu juga nggak memintamu untuk bersikap kurang ajar padanya mas. Cukup akhiri hubungan kalian," kata Alisha Fairuzah. "Ya. Kamu tenang saja, nggak usah mengkhawatirkan hal itu," kata Shaka Yar Nigar. Kelembutan Shaka Yar Nigar tampak sedikit kaku. Atau mungki

  • Menjadi Istri Tuan Muda Arogan   29

    Ini pertama kalinya mereka seranjang. Alisha Fairuzah tidak menyuruh Shaka Yar Nigar untuk tidur di luar karena kalau ketahuan ibunya, bia membuat masalah. Dan dia ingin menghindari masalah yang berkaitan dengan Shaka Yar Nigar. Shaka yar Nigar juga tidak semena-mena, seperti menyuruhnya untuk tidur di luar, di karpet, ataupun di kursi. Pria itu tidur di ranjangnya setelah melepas kemejanya. Tersisa kaos dalamnya. Alisha Fairuzah pikir, Shaka Yar Nigar suka tidur dengan tidak mengenakan pakaian luarnya. Tidak seperti dirinya yang meskipun tidur, masih mengenakan gamis dan kerudungnya meski terkadang dia melepaskan kerudungnya kalau itu membuatnya lebih nyaman. Namun karena sekarang dia tidur bersama Shaka yar Nigar, dia tetap mengenakan kerudungnya. Meskipun Shaka yar Nigar adalah suaminya, tetap saja dia merasa enggan lantaran perselisihan mereka. Saat mereka mulai terlelap, Alisha Fairuzah tiba-tiba merasakan tangan hangat melingkari perutnya. Dia masih belum begitu ny

  • Menjadi Istri Tuan Muda Arogan   28

    Alisha pergi ke toko pakaiannya bersama Yumna. Sesampainya di depan toko pakaiannya, Alisha bertemu dengan Aido. Aido langsung mengjampiri Alisha. “Bagaimana Aido?” tanya Alisha dengan kekhawatiran tercetak jelas di wajahnya. “Mereka sudah pergi. Aku memantau dari depan sana!” ucap Aido seraya menunjuk ke toko keluarganya. Aido kemudian beralih menatap Yumna tetapi hanya sesaat karena perhatiannya kembali fokus ke Alisha. “Syukurlah. Terima kasih banyak sudah memantau tokoku,” lirih Alisha dengan tatapan putus asa menatap tokoknya. Aido mengernyitkan keningnya memperhatikan wajah Alisha yang terkenca sinar lampu jalanan yang tampak pucat dan sangat kelelahan. Aido menjadi merasa bersalah. Dia tahu bagaimana Alisha. Rasanya sebesar apapun masalahnya, Alisha tetap tidak akan membicarakannya dengan siapapun termasuk keluarganya sendiri. Aido ingin sekali membantu meskipun rasanya ada benteng yang begitu tinggi dan sangat sulit ditembus yang dibuat Alisha. Sebenarnya kenapa to

  • Menjadi Istri Tuan Muda Arogan   27

    "Shaka tidak ada dimanapun, nyonya," ucap salah satu bodyguard Nida. Nida menahan nafas frustasi. Alisha juga tidak siap kalau bertemu Shaka lagi. Sementara anggota keluarga lain, terutama Kakek Adam, bertanya-tanya dimana Shaka sekarang. "Shaka masih mabuk. Jika dia pergi, aku yakin dia tidak akan melakukannya. Mana mungkin dia berani membahayakan dirinya sendiri. Seseorang pasti membawanya," ucap Edgar. Alisha mulai berpikir macam-macam tentang suaminya. Kemana suaminya pergi? Suaminya tengah mabuk. Benar seperti yang Edgar katakan, sulit dipercaya kalau suaminya pergi sendirian. "Supirnya pasti membawanya. Mungkin dia pulang," ucap Iris. Nida menyuruh supirnya untuk pergi ke kediaman Shaka tetapi tiba-tiba Alisha menarik gamis Nida. "Bu, bolehkah aku meminta sesuatu?" tanya Alisha ragu-ragu. "Kenapa Alisha?" tanya Nida ramah. "Tolong antarkan aku ke rumah orang tuaku. Maafkan aku bu tetapi aku benar-benar ingin menenangkan diri disana," bisik Alisha. Nida m

  • Menjadi Istri Tuan Muda Arogan   26

    Alisha terkesiap, ketakutan mencengkeramnya. Shaka mencengkram kerah Alisha. "Dasar wanita jalang! Siapa yang menyuruhmu masuk ke kamarku?" Cengkeraman Shaka mengerat. Rasa sakit itu tak tertahankan, namun lebih menyakitkan lagi adalah tatapan kebencian yang terpancar dari mata Shaka. Ia mengangkat tangan satunya, sebuah kilatan berbahaya di matanya. "Kau pikir kau bisa mendekatiku? Kau pikir kau siapa, hah?" Alisha merasakan amarah pria itu begitu pekat hingga terasa seperti asap beracun yang menyesakkan paru-parunya. "Mas Shaka, hentikan… kumohon…" lirih Alisha, suaranya bergetar hebat. Ia memundurkan tubuhnya hingga punggungnya membentur tembok. Shaka tertawa, sebuah tawa pahit yang tidak mencapai matanya yang berkilat liar. “Dibalik wajah aroganmu itu, kau ingin memanfaatkanku!” Ia menyambar vas bunga dari atas nakas. "Shaka, jangan!" pekik Alisha. Terlambat. Vas itu dilemparkan ke lantai dengan kekuatan penuh. Kaca pecah berkeping-keping, memantulkan cahaya redu

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status