Happy Reading!
Mawar terus saja merintih saat tubuhnya dimasuki dengan gerakan kasar.Sedang Revan hanya menatap istrinya dengan tenang. Ya. Istri, karena mereka baru saja menikah beberapa jam yang lalu. Dan sekarang Revan sedang menagih haknya sebagai seorang suami."Mawar. Kamu sangat nikmat." Ucap Revan lalu memegang pinggul istrinya kuat lalu bergerak semakin cepat.Kegiatan itu berlangsung cukup lama hingga Revan dan Mawar akhirnya mendesah bersamaan hingga cairan cinta mereka keluar dan menyatu di bawah sana.Setelah beberapa menit. Revan melepas tubuh Mawar yang lemas dari pelukannya lalu menarik miliknya keluar hingga membuat tempat tidur yang mereka gunakan dibanjiri oleh cairan cinta mereka."Aku ada rapat dan mungkin tidak akan pulang malam ini."ucap Revan lalu beranjak menuruni tempat tidur.Sedang Mawar hanya bisa diam sembari bergerak pelan mencari posisi tidur di tempat yang tidak basah.Revan memasuki kamar mandi untuk membersihkan diri lalu keluar dengan handuk sebatas paha."Mawar."panggil Revan membuat Mawar membuka matanya. Sebenarnya ia hampir tidur.Revan menatap istrinya."Jangan tidur seperti itu! Kamu akan menyakiti anak ku."tegur Revan membuat Mawar segera memperbaiki posisi tidurnya yang semula tengkurap menjadi telentang."Berarti tuan tidak akan pulang malam ini?"tanya Mawar membuat Revan mengangguk."Kenapa? Apa kamu ingin sesuatu? Aku dengar wanita hamil mungkin akan mengidam." tanya Revan membuat Mawar menggeleng. Ia juga tahu tentang ngidam pada ibu hamil tapi entah kenapa selain pusing dan mual, Mawar tidak merasakan hal lainnya layaknya seorang ibu hamil."Tidak, tuan."jawab Mawar lemah.Revan mengambil setelan hitamnya dari dalam lemari lalu memakainya."Jika tidak ada hal penting sebaiknya jangan keluar dari kamar ini."pesan Revan membuat Mawar mengernyit."Kenapa begitu, tuan?"tanya Mawar membuat Revan menghela napas sembari mengikat dasinya."Karena kamu itu bodoh, Mawar,. Aku tidak mau orang tuaku mencurigai sesuatu." ucap Revan datar membuat Mawar meremas selimut yang ia gunakan."Lihat! Aku baru mengatakan hal itu dan kamu sudah mau menangis." omel Revan membuat air mata benar-benar jatuh dari kedua mata Mawar."Ck! Aku benar-benar tidak mengerti kenapa aku mau menikah denganmu." ucap Revan lalu melangkah keluar dari kamar meninggalkan Mawar yang kini sudah terisak menahan tangis.Revan melangkah memasuki ruang kerjanya lalu duduk di kursinya. Dia menatap sekretaris nya lalu mendengus. "Apa kantor ini sudah berubah menjadi club malam?"tanya Revan datar membuat Sisca, sang sekretaris langsung menatap atasannya dengan bingung."Pakaianmu. Kau harusnya menjadi wanita di club malam." ucap Revan membuat Sisca menunduk malu lalu langsung keluar begitu ia meletakkan beberapa dokumen di atas meja."Memang hanya Mawar yang menarik meskipun hanya menggenakan daster lusuh."gumam Revan lalu mulai bekerja.Sedang di tempat lain. Meysa sedang mengamuk. Ia bahkan sudah hampir menghancurnya setengah isi rumah."Kamu pikir lima milyar cukup? Aku bisa dapatkan lebih dari itu jika menjadi istri Revan." teriak Mesya lalu menendang sebuah guci mahal hingga pecah. siapa yang menduga saat ia kembali dari puncak, bukannya disambut oleh suaminya tapi malah dengan gugatan cerai seperti ini.BrukkPengacara Revan hanya memandang calon mantan istri klien nya itu dengan datar. Ia sudah sering menghadapi semua ini."Jika sudah selesai, silahkan tandatangani ini!"Mesya menoleh lalu berteriak. "Aku tidak akan menandatanginya! Kamu dengar itu. Aku tidak akan bercerai."Mark mengangguk lalu menekan tombol pada remot tv hingga munculah video tak senonoh yang dilakukan oleh Meysa dan Danu saat berada di puncak."Kamu tidak punya pilihan lain. Tandatangani itu dan terima uang lima Milyar yang ditawarkan Revan atau__""Atau apa?" tanya Mesya panik.Mark tersenyum tipis. "Kamu bahkan tidak akan punya muka lagi untuk keluar dari rumah."DegMesya mengepalkan semua jari-harinya.'Untuk sekarang kamu menang Revan. Tapi akan aku pastikan jika kamu dan jalang kecil itu tidak akan bisa hidup dengan tenang' Batin Mesya licik.BersambungHappy Reading! Oekk oekk oekkSuara tangisan bayi pecah memenuhi isi kamar. Semua orang yang ada di kamar tersenyum lega.Revan sendiri langsung memberikan ciuman pada bibir Mawar."Terima kasih, sayang. Terima kasih." ucap Revan bahagia.Mawar tersenyum tipis lalu melirik bayi mereka yang berada di tangan bibi Sinta. Bayi kecil itu masih dipenuhi oleh darah."Tangisannya sangat kuat."ucap mama Widya haru lalu mengelus kepala menantunya."Selamat sayang. Sekarang kamu sudah menjadi ibu." ucap mama Widya lalu mengecup kening Mawar.Mama Widya juga menatap putranya. "Selamat, nak. Sekarang keluarga kecil kalian sudah lengkap."Revan mengangguk penuh kebahagian lalu menatap bayinya yang sedang dibersihkan. Tidak lama, Sinta mendekat dengan bayi yang sudah bersih dan berselimut.Sinta meletakkan bayi kecil itu di samping tubuh Mawar."Terima kasih, bibi."ucap Mawar lemah membuat Sinta mengangguk."Sama-sama, sayang."Setelah itu Sinta beranjak untuk merapikan semua peralatannya dan membi
Happy Reading!Revan menatap perut besar Mawar yang bergelombang karena tendangan bayi. Bahkan Revan melihat kaki bayi yang tercetak jelas di permukaan perut Mawar."Hi sayang, apa kau mendengar papa?" tanya Revan memulai dialog dengan buah hatinya.DughRevan tersenyum lalu mengecup bekas tendangan bayi mereka. "Kau mendengar papa kan? Cepatlah keluar nak. Papa sudah membeli mobil baru untuk mengajakmu jalan-jalan." ucap Revan membuat Mawar tertawa di tengah ringisannya.Dugh"Jet pribadi? Kau ingin papa membeli jet pribadi?" tanya Revan seolah bayinya mengatakan sesuatu.Dugh"Tidak perlu beli. Papa sudah punya." Ucap Revan bangga sedang Mawar hanya terkikik geli."Kapal selam? Jangan kapal selam nak, mamamu mabuk laut." Ucap Revan yang terus bicara."Tambang batubara? Itu memang punyamu, nak.""Tambang minyak? Itu punya kakekmu tapi akan papa rampas untukmu."DughRevan segera merespon tendangan calon bayinya."Apa? Adik?" Kaget Revan lalu menatap Mawar. "Anak kita meminta adik." b
Happy Reading!Ugh""Ada apa? Sakit lagi?" tanya Revan khawatir.Mawar menggeleng lalu mengatur napas. Rasa nyeri seperti ini sudah ia rasakan tiga hari yang lalu tapi saat ke rumah sakit, dokter bilang ia belum akan melahirkan."Apa bayinya baik-baik saja?"tanya Mawar pelan menatap suaminya. Pasalnya ini sudah lewat dari HPL dan belum ada tanda-tanda akan melahirkan.Revan mengusap perut besar Mawar lalu tersenyum."Dokter hanya bisa memperkirakan tapi tuhan yang menentukan." ucap Revan berusaha tenang tapi sebenarnya dia juga ketar ketir. Aneh sekali, hpl sudah lewat, perut Mawar juga sudah turun dengan posisi kepala sudah dijalur lahir tapi kenapa belum melahirkan juga."Tapi__""psstt_ sekarang masih mau lanjut atau kembali ke kamar?" tanya Revan menyudahi pembahasan tentang kelahiran sang anak.Mawar menunduk memandang perutnya yang besar lalu berkata pelan. "Lanjut saja." ucapnya lalu mulai kembali melangkah dibantu oleh Revan.Lima belas menit mengelilingi taman membuat tubuh Ma
Happy Reading!Mawar mengernyit lalu membawa gelas kecil berisi cairan berwarna keruh itu ke depan hidungnya."Enghh_hueek" Mawar segera menjauhkan gelas itu lalu menatap horor ke arah nenek Hatun."Ini minyak sayur. Bagus untuk memperlancar persalinan. Biar nanti bayinya licin dan cepat keluar." ucap nenek Hatun yang kembali mendekatkan gelas kecil itu kehadapan Mawar."Tapi nek__" Mawar menghela napas lalu mengambil gelas itu. Percuma ia mendebat karena akhirnya ia pasti harus tetap meminum cairan aneh itu."uekk" Mawar mendongak berusaha menahan air matanya yang mendesak untuk keluar."Jangan cium baunya. Langsung telan saja!" tegur nenek Hatun gemas.Mawar menutup hidungnya lalu meminum minyak aneh itu dengan cepat."Ugh_huekk" Mawar menutup mulutnya berusaha menahan hasratnya untuk muntah."Minum ini!" titah nenek Hatun membuat Mawar menggeleng cepat. Sekarang ia harus minum apalagi?"Ini air gula."Mawar segera merebut gelas itu dari tangan nenek lalu meneguknya hingga tandas."
Happy Reading!Mawar melenguh pelan kemudian membuka matanya. Tatapannya langsung melirik ke arah jam yang ada di dinding.Jam dua malam.Mawar kemudian menatap ke arah samping dan tidak menemukan suaminya di sana. Kenapa suaminya akhir-akhir ini terlihat begitu sibuk dengan pekerjaannya."Shh_hh" Mawar perlahan bangun dengan memegang perut besarnya yang sudah memasuki usia sembilan bulan."Di mana mas Revan?" gumam Mawar lalu dengan tertatih turun dari tempat tidur.Mawar merapikan pakaiannya kemudian melangkah keluar dari kamar. Keadaan rumah yang gelap membuat Mawar melangkah cepat menuju ruang kerja suaminya. Ceklek"Mas"Mawar termangu karena ternyata suaminya tidak berada di ruang kerjanya."shh" Mawar meringis karena tiba-tiba tubuhnya merinding kemudian bergegas menutup pintu ruang kerja suaminya.Mawar melangkah kembali menuju kamarnya. Sesampainya di kamar, Mawar langsung mencari ponselnya. Jika tidak ada di kamar atau di ruang kerjanya, maka kemungkinan besar suaminya belu
Happy Reading!Tasya tersenyum lalu melangkah memasuki dapur."Sedang apa?"Revan berbalik kaget. Ia pikir Tasya dan keluarganya sudah pulang tapi kenapa wanita itu masih di sini.Seolah mengerti kebingungan Revan, Tasya segera menjelaskan. "Nenek memintaku untuk menginap di sini."Revan diam lalu lanjut mengaduk susu yang ia buat. "Nenek bahkan memintaku untuk tinggal.""Hm." Revan segera beranjak pergi dari dapur dengan segelas susu meninggalkan Tasya yang mendengus kesal karena perkataannya tidak ditanggapi.CeklekMawar segera menutup telponnya saat suaminya datang."Siapa?" tanya Revan setelah menutup dan mengunci pintu."Arga." jawab Mawar lalu menerima segelas susu yang suaminya berikan.Setelah menghabiskan susunya, Mawar langsung meletakkan gelas di atas meja lalu menatap suaminya."Mas_""hm?""Siapa perempuan tadi?"tanya Mawar membuat Revan mendongak menatap istrinya."Kau bertanya karena penasaran atau cemburu?" tanya Revan membuat Mawar diam sesaat lalu menjawab."Aku ha