Mawar, gadis berusia delapan belas tahun yang bekerja di rumah tuan Revan sebagai pelayan untuk membiayai pengobatan sang adik. Namun berakhir ditiduri oleh tuan Revan dan dijadikan istri setelah dinyatakan mengandung.
View MoreHappy Reading!
BrakkMawar yang sedang membersihkan toilet langsung dibuat kaget karena tuan Revan tiba-tiba saja masuk dan mengunci pintu kamar mandi."Tuan mau apa?"tanya Mawar. Iya melangkah mundur dengan wajah ketakutan saat majikannya itu justru mendekatinya dengan senyum aneh."Diam, Mawar!"bentak Revan lalu segera menahan lengan Mawar yang ingin membuka pintu."Tuan, saya ingin keluar."ucap Mawar pelan dan langsung menghindar saat tubuhnya akan dipeluk."Apa kamu tidak bisa diam?"bentak Revan membuat tubuh kecil Mawar langsung menggigit karena ketakutan. Ia takut jika tuan Revan mengulangi perbuatannya dua bulan yang lalu.Revan segera mendorong tubuh pelayan itu ke dinding kamar mandi dan menaikkan daster buluk yang wanita itu kenakan."Diam dan nikmati saja!"ucap Revan dan mulai menyentuh tubuh Mawar.Lima belas menit kemudian, desahan Mawar terdengar menggema di dalam kamar mandi saat milik sang tuan bergerak liar di dalam tubuhnya. Ini memang bukan yang pertama, tapi tetap saja percintaan kali ini membuat Mawar kewalahan. Tuan Revan selalu saja memaksanyaRevan begitu sangat menikmati tubuh pelayan di rumahnya itu. Apalagi saat pertama menyentuh Mawar, wanita itu masih perawan hingga membuat Revan begitu mabuk kepayang dan bahkan melupakan status nya yang sudah memiliki seorang istri.Waktu berlalu begitu cepat, hingga tanpa terasa Revan sudah menyentuh Mawar selama hampir dua jam. Dan dia telah berhasil membanjiri rahim pelayannya itu dengan cairan cintanya."Sayang.. Revan, aku pulang."Revan mengeram saat mendengar suara istrinya. Gerakan pinggangnya spontan berhenti. Meski sudah merasa tidak cocok dengan Meysa namun Revan tak ingin wanita itu tahu tentang apa yang dia lakukan dengan Mawar."Tuan, nyonya Meysa ada di luar."cicit Mawar pelan membuat Revan melotot lalu menarik miliknya keluar."Bersihkan dirimu!"titah Revan pelan lalu beranjak membuka pintu setelah ia merapikan celananya. Revan hanya menurunkan resleting celananya untuk menggagahi Mawar selama dua jam.Ceklek"Sayang, kenapa lama sekali?"tanya Mesya manja lalu memeluk lengan suaminya.Revan merangkul pinggang istrinya itu lalu menariknya keluar dari kamar mereka. Hal ini dia lakukan agar Mawar bisa membersihkan diri dan keluar dari kamar utama."Kenapa kembali begitu cepat?"tanya Revan membuat Mesya cemberut."Kamu tidak suka akau pulang cepat?"rengek Meysa membuat Revan menggeleng."Tidak sayang. Aku justru suka." ucap Revan kemudian mengecup leher istrinya.Meysa terkekeh lalu memukul manja dada bidang suaminya yang masih tertutup kemeja."Mau bermain?"tawar Mesya sembari mengedipkan matanya membuat Revan langsung membalas istrinya itu dengan ciuman panas namun Meysa segera mendorong tubuh suaminya."Ada apa?"tanya Revan kesal lalu menarik tubuh sang istri ke pelukannya."Aku minum pil dulu."ucap Mesya saat sang suami ingin menaikkan dress seksi yang tadi ia pakai.Mendengar hal itu membuat Revan berhenti lalu menjauh. Sedang Meysa langsung mencari pil kb yang selalu ia bawa di tasnya."Kamu yakin kita main di ruang tamu?" tanya Mesya lalu menelan satu butir pil pencegah kehamilan membuat Revan diam lalu beranjak pergi."Sayang, mau ke mana?"teriak Meysa namun sang suami terus berjalan tanpa menoleh padanya."Ck!"decak Meysa lalu menghubungi teman prianya untuk bertemu di apartemen."Kenapa? Apa suamimu tidak bisa melayani mu?"tanya Danu yang menyambut kedatangan Meysa.Meysa terkekeh lalu menarik kerah kemeja yang Danu pakai."Itu karena dirimu lebih seksi dari suamiku."ucap Meysa lalu menarik Danu menuju kamar yang biasa mereka gunakan untuk bercinta.Danu segera melepas kemeja dan celana yang dia kenakan. SedangMeysa langsung naik ke atas tempat tidur dan membuka lebar kedua kakinya setelah mengirim pesan pada sang suami kalau malam ini ia tidak bisa pulang karena ada pekerjaan di luar kota.Revan selalu marah jika ia meminum pil KB. Meysa tahu bahwa suaminya itu ingin memiliki seorang anak, namun ia selalu menolak. Bukan karena tidak ingin, namun Karena tidak bisa hamil. Rahimnya sudah diangkat dua tahun sebelum ia menikah dengan Revan. Dan untuk menghindari diceraikan oleh pria kaya seperti Revan, Meysa terpaksa berbohong kalau ia harus menunda kehamilan untuk karir modelnya.BersambungHappy Reading! Oekk oekk oekkSuara tangisan bayi pecah memenuhi isi kamar. Semua orang yang ada di kamar tersenyum lega.Revan sendiri langsung memberikan ciuman pada bibir Mawar."Terima kasih, sayang. Terima kasih." ucap Revan bahagia.Mawar tersenyum tipis lalu melirik bayi mereka yang berada di tangan bibi Sinta. Bayi kecil itu masih dipenuhi oleh darah."Tangisannya sangat kuat."ucap mama Widya haru lalu mengelus kepala menantunya."Selamat sayang. Sekarang kamu sudah menjadi ibu." ucap mama Widya lalu mengecup kening Mawar.Mama Widya juga menatap putranya. "Selamat, nak. Sekarang keluarga kecil kalian sudah lengkap."Revan mengangguk penuh kebahagian lalu menatap bayinya yang sedang dibersihkan. Tidak lama, Sinta mendekat dengan bayi yang sudah bersih dan berselimut.Sinta meletakkan bayi kecil itu di samping tubuh Mawar."Terima kasih, bibi."ucap Mawar lemah membuat Sinta mengangguk."Sama-sama, sayang."Setelah itu Sinta beranjak untuk merapikan semua peralatannya dan membi
Happy Reading!Revan menatap perut besar Mawar yang bergelombang karena tendangan bayi. Bahkan Revan melihat kaki bayi yang tercetak jelas di permukaan perut Mawar."Hi sayang, apa kau mendengar papa?" tanya Revan memulai dialog dengan buah hatinya.DughRevan tersenyum lalu mengecup bekas tendangan bayi mereka. "Kau mendengar papa kan? Cepatlah keluar nak. Papa sudah membeli mobil baru untuk mengajakmu jalan-jalan." ucap Revan membuat Mawar tertawa di tengah ringisannya.Dugh"Jet pribadi? Kau ingin papa membeli jet pribadi?" tanya Revan seolah bayinya mengatakan sesuatu.Dugh"Tidak perlu beli. Papa sudah punya." Ucap Revan bangga sedang Mawar hanya terkikik geli."Kapal selam? Jangan kapal selam nak, mamamu mabuk laut." Ucap Revan yang terus bicara."Tambang batubara? Itu memang punyamu, nak.""Tambang minyak? Itu punya kakekmu tapi akan papa rampas untukmu."DughRevan segera merespon tendangan calon bayinya."Apa? Adik?" Kaget Revan lalu menatap Mawar. "Anak kita meminta adik." b
Happy Reading!Ugh""Ada apa? Sakit lagi?" tanya Revan khawatir.Mawar menggeleng lalu mengatur napas. Rasa nyeri seperti ini sudah ia rasakan tiga hari yang lalu tapi saat ke rumah sakit, dokter bilang ia belum akan melahirkan."Apa bayinya baik-baik saja?"tanya Mawar pelan menatap suaminya. Pasalnya ini sudah lewat dari HPL dan belum ada tanda-tanda akan melahirkan.Revan mengusap perut besar Mawar lalu tersenyum."Dokter hanya bisa memperkirakan tapi tuhan yang menentukan." ucap Revan berusaha tenang tapi sebenarnya dia juga ketar ketir. Aneh sekali, hpl sudah lewat, perut Mawar juga sudah turun dengan posisi kepala sudah dijalur lahir tapi kenapa belum melahirkan juga."Tapi__""psstt_ sekarang masih mau lanjut atau kembali ke kamar?" tanya Revan menyudahi pembahasan tentang kelahiran sang anak.Mawar menunduk memandang perutnya yang besar lalu berkata pelan. "Lanjut saja." ucapnya lalu mulai kembali melangkah dibantu oleh Revan.Lima belas menit mengelilingi taman membuat tubuh Ma
Happy Reading!Mawar mengernyit lalu membawa gelas kecil berisi cairan berwarna keruh itu ke depan hidungnya."Enghh_hueek" Mawar segera menjauhkan gelas itu lalu menatap horor ke arah nenek Hatun."Ini minyak sayur. Bagus untuk memperlancar persalinan. Biar nanti bayinya licin dan cepat keluar." ucap nenek Hatun yang kembali mendekatkan gelas kecil itu kehadapan Mawar."Tapi nek__" Mawar menghela napas lalu mengambil gelas itu. Percuma ia mendebat karena akhirnya ia pasti harus tetap meminum cairan aneh itu."uekk" Mawar mendongak berusaha menahan air matanya yang mendesak untuk keluar."Jangan cium baunya. Langsung telan saja!" tegur nenek Hatun gemas.Mawar menutup hidungnya lalu meminum minyak aneh itu dengan cepat."Ugh_huekk" Mawar menutup mulutnya berusaha menahan hasratnya untuk muntah."Minum ini!" titah nenek Hatun membuat Mawar menggeleng cepat. Sekarang ia harus minum apalagi?"Ini air gula."Mawar segera merebut gelas itu dari tangan nenek lalu meneguknya hingga tandas."
Happy Reading!Mawar melenguh pelan kemudian membuka matanya. Tatapannya langsung melirik ke arah jam yang ada di dinding.Jam dua malam.Mawar kemudian menatap ke arah samping dan tidak menemukan suaminya di sana. Kenapa suaminya akhir-akhir ini terlihat begitu sibuk dengan pekerjaannya."Shh_hh" Mawar perlahan bangun dengan memegang perut besarnya yang sudah memasuki usia sembilan bulan."Di mana mas Revan?" gumam Mawar lalu dengan tertatih turun dari tempat tidur.Mawar merapikan pakaiannya kemudian melangkah keluar dari kamar. Keadaan rumah yang gelap membuat Mawar melangkah cepat menuju ruang kerja suaminya. Ceklek"Mas"Mawar termangu karena ternyata suaminya tidak berada di ruang kerjanya."shh" Mawar meringis karena tiba-tiba tubuhnya merinding kemudian bergegas menutup pintu ruang kerja suaminya.Mawar melangkah kembali menuju kamarnya. Sesampainya di kamar, Mawar langsung mencari ponselnya. Jika tidak ada di kamar atau di ruang kerjanya, maka kemungkinan besar suaminya belu
Happy Reading!Tasya tersenyum lalu melangkah memasuki dapur."Sedang apa?"Revan berbalik kaget. Ia pikir Tasya dan keluarganya sudah pulang tapi kenapa wanita itu masih di sini.Seolah mengerti kebingungan Revan, Tasya segera menjelaskan. "Nenek memintaku untuk menginap di sini."Revan diam lalu lanjut mengaduk susu yang ia buat. "Nenek bahkan memintaku untuk tinggal.""Hm." Revan segera beranjak pergi dari dapur dengan segelas susu meninggalkan Tasya yang mendengus kesal karena perkataannya tidak ditanggapi.CeklekMawar segera menutup telponnya saat suaminya datang."Siapa?" tanya Revan setelah menutup dan mengunci pintu."Arga." jawab Mawar lalu menerima segelas susu yang suaminya berikan.Setelah menghabiskan susunya, Mawar langsung meletakkan gelas di atas meja lalu menatap suaminya."Mas_""hm?""Siapa perempuan tadi?"tanya Mawar membuat Revan mendongak menatap istrinya."Kau bertanya karena penasaran atau cemburu?" tanya Revan membuat Mawar diam sesaat lalu menjawab."Aku ha
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments