แชร์

BAB 19 - Topeng yang Tersingkap

ผู้เขียน: Dhalika Noire
last update ปรับปรุงล่าสุด: 2025-08-24 09:37:51

Pagi itu, Sinta datang lebih awal ke rumah Rania. Di atas meja makan, kotak hitam warisan Yulia telah dibuka. Ada map tua, buku catatan usang dengan kode-kode tulisan tangan, serta lembaran transfer bank dari dua dekade lalu.

Sinta mengamati dengan teliti.

“Kalau ini valid, kita bisa menyeret sebagian besar kaki tangan Anargya ke meja hukum.”

Rania mengangguk, namun matanya tetap tajam menatap nama “Dimas Wicaksono” yang tertera di dua dokumen penting. Salah satunya adalah kontrak awal sebagai 'konsultan eksternal' Ravena Capital — bertanda tangan Dimas sendiri.

“Dia menyembunyikan ini dari keluarga. Bahkan dari Raka,” gumam Rania.

Sinta menatapnya, serius. “Kamu siap? Ini bukan cuma soal balas dendam. Ini akan memecah keluarga kalian.”

“Sudah pecah sejak awal, Sin. Aku hanya membuka retakan yang mereka tutupi dengan kebohongan.”

Sementara itu, di lantai 32 kantor Ravena Capital, Dimas menerima tamu: seorang pria asing berkemeja putih bersih, wajahnya tenang namun tatapa
อ่านหนังสือเล่มนี้ต่อได้ฟรี
สแกนรหัสเพื่อดาวน์โหลดแอป
บทที่ถูกล็อก

บทล่าสุด

  • Menjadi Istri di Rumah Maut Mertua   BAB 31- Terjebak Intrik Lebih Dalam

    BAB 48 — Terjebak dalam Intrik Lebih Dalam Meskipun langkah pertama Rania dalam mengungkapkan bukti-bukti Darmawan ke publik berhasil menarik perhatian besar, dia segera menyadari bahwa pertarungan ini jauh lebih rumit dan berbahaya daripada yang ia duga. Meskipun tekanan terhadap Darmawan semakin besar, takdir mereka semua kini tergantung pada permainan yang lebih besar—sebuah permainan yang penuh dengan jebakan dan intrik yang lebih dalam dari sekadar ambisi pribadi.Rania duduk di ruang pertemuan, matanya menatap layar besar yang menampilkan berita terbaru tentang skandal Darmawan. Media besar melaporkan bahwa Darmawan terlibat dalam beberapa kasus besar, termasuk penipuan finansial dan koneksi dengan kelompok kriminal internasional. Semua ini adalah bagian dari serangan besar yang telah dipersiapkan Rania dan timnya. Tapi meskipun demikian, Rania merasa ada sesuatu yang salah.“Ran, kita harus hati-hati,” Sinta mengingatkan dengan wajah serius, mendekat ke meja pertemuan. “Ada

  • Menjadi Istri di Rumah Maut Mertua   BAB 30 - Rencana Besar Rania

    Setelah percakapan yang penuh ketegangan dengan Darmawan, Rania merasa lebih jelas mengenai tujuan yang harus ia capai. Darmawan bukan lagi ayah yang ia kenal, melainkan seorang penguasa yang lebih berambisi dari siapapun yang pernah ia temui. Untuk itu, Rania tahu ia tidak bisa melawan sendirian.Di ruang pertemuan yang sepi, Rania berdiri menghadap meja besar yang dipenuhi dengan berkas-berkas dan bukti-bukti yang telah dikumpulkan selama ini. Sinta, yang berada di sampingnya, memperhatikan setiap langkah Rania. Mereka tahu, ini adalah saat yang menentukan.“Aku sudah memikirkan semuanya,” kata Rania, matanya fokus pada peta strategi yang terbentang di meja. “Jika kita ingin mengalahkan Darmawan, kita harus merusak fondasi yang dia bangun. Ini bukan hanya tentang keluarga, ini lebih besar dari itu. Kita harus menyerang di titik yang tidak pernah ia duga.”Sinta mengangguk setuju, menatap Rania dengan penuh rasa hormat. “Apa yang kau pikirkan, Ran?”Rania menghela napas, merapikan

  • Menjadi Istri di Rumah Maut Mertua   BAB 29 - Pengungkapan yang Lebih Dalam

    Setelah pertempuran yang sengit, markas Darmawan kini terasa sepi. Hujan yang semula deras mulai mereda, meninggalkan sisa-sisa air yang menggenang di sekitar bangunan. Para pasukan Darmawan yang baru datang terlihat sedang mengamankan area, memastikan tidak ada ancaman yang tersisa. Namun, di dalam markas, Rania dan keluarganya tidak merasa sepenuhnya aman. Rania berdiri di depan jendela besar yang menghadap ke luar. Pikirannya jauh, merenung. Darmawan, yang sebelumnya dianggap sebagai korban dalam permainan jahat keluarga Wicaksono, kini terlihat sangat berbeda. Pencapaian dan pengorbanannya ternyata lebih besar dan lebih berbahaya dari yang pernah dibayangkan Rania. “Rania,” suara Sinta memecah lamunannya. “Kita perlu bicara.” Rania menoleh dan melihat Sinta berdiri di dekat meja, menggenggam berkas-berkas lama yang baru saja ditemukan. Di sana, terdapat beberapa dokumen yang menunjukkan hubungan antara Darmawan dan jaringan kekuasaan yang lebih besar daripada yang pernah

  • Menjadi Istri di Rumah Maut Mertua   BAB 28 - Pertarungan untuk Takdir

    Darmawan, yang selama ini dianggap sebagai korban dari rencana jahat keluarga Wicaksono, mengangkat tangan dan melangkah maju dengan tenang. “Aku tahu apa yang kalian pikirkan, Ran. Tapi aku bertindak untuk sesuatu yang lebih besar dari kalian bayangkan.” Rania terdiam, hampir tidak percaya. Ia telah mengira ayahnya tewas karena serangan itu, dan kini dia muncul di hadapannya, lebih hidup dan lebih kuat dari sebelumnya. “Aku bersembunyi selama ini karena mereka tidak tahu jika aku masih hidup. Yulia akan mengira aku mati, dan itu memberiku kesempatan untuk mengatur semua ini dari belakang,” lanjut Darmawan. “Namun, aku tidak bisa membiarkan Felix menguasai segalanya.” Sinta, yang sudah tahu tentang banyak hal, menatap Darmawan dengan penuh kecurigaan. “Apa maksudmu dengan mengatakan ‘lebih besar’?” tanya Sinta. “Apa yang kamu rencanakan sebenarnya?” Darmawan menatap mereka semua dengan tatapan tegas. “Aku menyusun rencana untuk menghancurkan semua yang pernah dibangun Yulia

  • Menjadi Istri di Rumah Maut Mertua   BAB 27 - Pemburuan Malam

    Malam itu, langit gelap seolah menutupi segala rahasia yang hendak terungkap. Rania berdiri di luar markas sementara mereka, menatap cakrawala yang hanya diterangi kilatan petir yang sesekali mengarah ke tanah. Hujan semakin deras, mengaburkan pandangan, namun di balik kabut itu ada ancaman yang semakin nyata. Raka, yang sedang beristirahat di dalam ruangan, merasa ada yang tak beres. Instingnya, yang selama ini tajam, terasa menggigit. Sesuatu mengintai. “Kita tidak punya banyak waktu,” kata Raka, matanya tajam menatap layar monitor. “Felix pasti datang, dan jika dia membawa pasukan... kita tidak akan cukup kuat.” Reyhan mengangguk dan berdiri. “Kami sudah menyiapkan rencana cadangan, tapi yang lebih penting sekarang adalah memastikan semua bukti tetap aman. Tanpa itu, kita bisa kehilangan semuanya.” Sinta yang berada di sisi meja kerja menekan layar ponselnya. “Aku sudah menghubungi teman-teman di lembaga hak asasi. Mereka akan siap untuk mendengar kebenaran jika kita bisa m

  • Menjadi Istri di Rumah Maut Mertua   BAB 26 - Kembali dari Bayangan

    Hujan turun deras malam itu. Rania tengah memandangi berkas-berkas peninggalan Dimas di ruang kerja ketika ponselnya berdering. Nomor tak dikenal. Ia nyaris tak mengangkat, tapi suara di seberang membuat napasnya tercekat. “Rania…” Suara itu… lemah, serak, tapi sangat familiar. “Raka?” “Aku... butuh bantuanmu. Aku masih hidup.” Ponsel nyaris jatuh dari tangan Rania. “Di mana kamu?!” “Jangan bilang siapa-siapa… mereka masih mengincar aku. Aku di rumah tua Ayah, di lereng Brava…” *** Rania langsung berangkat bersama Reyhan dan Sinta secara diam-diam. Mereka tiba di sebuah rumah terbengkalai, dikelilingi kabut dan hujan. Di dalamnya, Raka terbaring lemah di sofa usang, tubuhnya penuh luka lama, beberapa masih membekas jelas. Matanya sayu, tapi masih menyala. Tangis Rania pecah seketika. Ia meraih tangan Raka dan menggenggamnya erat. “Kau… kau hidup… Tuhan, aku kira kau sudah…” Raka menggeleng pelan. “Dimas… merancang semuanya. Membuat seolah aku tewas di tempat ke

บทอื่นๆ
สำรวจและอ่านนวนิยายดีๆ ได้ฟรี
เข้าถึงนวนิยายดีๆ จำนวนมากได้ฟรีบนแอป GoodNovel ดาวน์โหลดหนังสือที่คุณชอบและอ่านได้ทุกที่ทุกเวลา
อ่านหนังสือฟรีบนแอป
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status