Bab 36 MJDMP"Assalamualaikum ... Any body at home?" ucap salam seorang wanita dengan suara melengkingnya, hingga terdengar sampai dapur dan menyadarkan Anjani dari lamunannya."Wa'alaikumsalam warahamh," gumam Ummi Fahira pelan, diikuti oleh Anjani."Sepertinya ada tamu, Ummi tinggal ke depan dulu ya. Jangan lupa pertimbangkan pesan Ummi tadi," pesan Ummi Fahira seraya tersenyum manis."InsyaAllah, Ummi," balas Anjani.Ummi Fahira melangkahkan kakinya meninggalkan dapur untuk menemui tamu di ruang tamu, namun baru saja beberapa langkah ia berjalan, Mbak Sri datang terburu-buru dari depan dengan kemoceng dan lap di tangannya."Ummi, di depan ada tamu," lapornya dengan suara ngos-ngosan, mungkin sebab berat badannya yang berlebihan."Iya, tadi Ummi dengar salamnya, siapa ya, Mbak Sri?" tanya Ummi Fahira."Ngakunya sih temennya dokter Ahmad, Ummi. Namanya mbak Ayuma, mukanya rada-rada bule gitu, Ummi," terang Mbak Sri membuat Ummi Fahira seketika tersenyum merekah."Masya Allah, beneran
Kedatangan Anjani disambut senyuman oleh Ummi Fahira, juga oleh wanita yang ia ketahui bernama Ayumi tersebut, sepertinya wanita itu cukup supel.Anjani tersenyum ke arah Ummi Fahira dan Ayuma yang menoleh ke arahnya, kemudian fokus menghidangkan jamuan yang sudah disiapkan."Silakan, Mbak," ucap Anjani, ramah."Makasih, ya," balas Ayuma tak kalah ramah."Terima kasih, Anjani," ucap Ummi Fahira sembari tersenyum."Sama-sama, Mbak, Ummi," balas Anjani yang masih berdiri di sana.Tiba-tiba terdengar suara mobil memasuki halaman rumah, dan tak lama kemudian Zahira beserta Daddynya memasuki rumah dengan mengucap salam."Assalamualaikum ...." Zahira dan Daddy-nya mengucap salam dengan kompak, kemudian dijawab serempak oleh semua yang ada di ruang tamu."Waalaikumsalam."Melihat Anjani yang berdiri di ruang tamu, Zahira segera berlari seraya berteriak, "Mommy ...."Zahira segera menghambur memeluk kaki Anjani dengan pandangan mendongak ke arahnya, "Mommy udah sembuh?" tanyanya riang."Suda
Bab 37 MJDMP"Mommy-nya Zahira, right?" sahut Ayuma. Kemudian ia menoleh ke arah dr. Ahmad dan Ummi Fahira bergantian, seolah menuntut penjelasan dari keduanya.Sedangkan dr. Ahmad dan Ummi Fahira justru saling melempar pandang."Right, this is my Mom," celetuk Zahira dengan polosnya, mengubah wajah bingung orang-orang di sekitarnya berganti senyuman gemas.Ya, sejak kejadian di kamar itu, Zahira memutuskan untuk tetap memanggil Anjani dengan panggilan itu, tanpa perduli bagaimana jawabannya terhadap tawaran Papanya. Dan Anjani pun tak merasa keberatan dengan hal itu, memang pada kenyataannya ia menganggap Zahira sebagai anak asuhnya."Zahira, kita ganti baju dulu yuk! Zahira juga belum cuci tangan, kan? Belum bersih-bersih," ajak Anjani tanpa berniat meluruskan kesalahpahaman di antara mereka tentang statusnya. Ia bahkan merasa bangga dengan pengakuan Zahira di depan Ayuma. Lagipula ia pun berpikir, jika ia meralat pernyataan Zahira di hadapannya, ia khawatir Zahira akan bersedih den
Ia lalu turut masuk ke kamar Zahira. "Kamu kenapa, An? Nggak baik lho bohong sama anak kecil, " ucap dr. Ahmad mengejutkan Anjani."Tidak ada yang berbohong, Bib," sahut Anjani tanpa memandang ke arah sumber suara, merasa enggan memandang lelaki yang baru saja membuat hatinya nggak karuan rasanya. "Kalau memang lagi kesel, bad mood, katakan saja apa adanya, tidak perlu ditutup-tutupi, Zahira juga akan mengerti kok," goda dr. Ahmad yang terus menyudutkan Anjani.Anjani yang baru selesai menguncir rambut kriwil Zahira, kini bangkit dan menatap lelaki yang sejak tadi sengaja menggodanya."Mohon maaf ya, Habib, tapi saya lebih mengetahui apa yang sebenarnya saya rasa, bukan Habib," jawabnya terdengar menohok, tapi dengan pilihan kata dan intonasi bicara yang tetap sopan.dr. Ahmad hanya tersenyum, "Saya sama Zahira mau jalan sama Ayuma, biasa sih Ayuma paling pengen ngajak Zahira main. Kamu ikutan juga yuk," ajak dr. Ahmad tak ingin membuat Anjani merasa diabaikan."Idih, si Habib sok-so
Bab 38 MJDMPSelepas makan malam dan menemani Zahira hingga tertidur, Anjani menyempatkan diri untuk sejenak menepi, mencari ketenangan untuk hati yang entah mengapa sejak siang tadi menjadi gundah gulana. Taman belakang menjadi pilihannya untuk sejenak berdamai dengan diri sendiri.Membayangkan kedekatan Ayuma dengan Zahira dan Daddy-nya sukses membuat moodnya berantakan. Ada rasa cemburu, tak rela namun juga dilema. Dilema antara akal yang memerintahkan untuk merelakan mereka bersama sebab mereka begitu serasi, sedangkan hati yang menentangnya tanpa bisa dipungkiri."Anjani." sebuah suara lelaki yang belakangan selalu ia rindui tiba-tiba terdengar dari arah belakang, membuat Anjani yang semula sibuk dengan pikirannya menoleh seketika."Eh, iya, Bib," balasnya sembari menggeser posisi, secara tidak langsung tubuhnya memberitakan bahwa ia mengharapkan dr. Ahmad mengisi tempat di sisinya."Saya cari-cari kamu dari tadi, ternyata ada di sini," ucap dr. Ahmad seraya duduk di sisi Anjani.
Bab 39 MJDMP"Tadi Habib ada perlu apa cari saya?" tanya Anjani mengalihkan pembahasan."Oh, ya, saya mau ini, kasih uang donat," ucap dr. Ahmad seraya memberikan empat lembar uang lima puluh ribuan pada Anjani.Anjani menerima uang tersebut, dan tak lupa mengucapkan terima kasih, "Terima kasih ya, Bib, dan maaf, jadi merepotkan Habib," ucapnya merasa tak enak."Nggak, sama sekali nggak repot kok." dr0. Ahmad menjawab cepat, sedangkan Anjani, ia terlihat memandangi uang di tangannya, kemudian pikirannya mulai berkelana."Waktu sudah berjalan dua minggu, tapi aku belum berhasil mengumpulkan uang untuk membayar hutang pada Supeno. Bahkan tabungan dari uang pesangon dan hasil berjualan tiap harinya belum terkumpul separuhnya. Ya Allah ... Semoga di hari ke-40 nanti seluruh uangnya sudah terkumpul. Mungkin jika ditotal dari hasil sehari-hari akan mustahil terkumpul di hari ke-40. Tapi jika dihitung menggunakan kalkulator kuasaMu, maka tidak ada yang tidak mungkin," batin Anjani tetap opt
Bab 40 MJDMP"Saya penderita Agnesis V*gina, Bib!" jawab Anjani cepat, sebuah kalimat singkat namun begitu sulit untuk diucap. Setelah mengumpulkan segenap keyakinan, akhirnya Anjani memutuskan untuk jujur, menyampaikan kondisinya secara terang-terangan pada dr. Ahmad.Tentu bukan hal mudah bagi seseorang untuk mengatakan aib yang sengaja disimpan rapat-rapat. Ada rasa malu, takut, bahkan rendah diri saat aib diketahui oleh orang lain.dr. Ahmad terdiam mendengar jawaban Anjani, cukup terkejut dengan penuturannya, sebab dari sekian kemungkinan yang ia perkirakan, Agnesis Vag*na tidak termasuk di dalamnya. Heran, merasa aneh, dan ingin tertawa, itulah perasaan dr. Ahmad saat mendengar jawaban wanita yang ia nantikan cintanya.dr. Ahmad kemudian tersenyum penuh makna."Jadi itu alasan kamu menolak saya selama ini?" tanya dr. Ahmad memastikan.Anjani mengangguk, "Habib pasti terkejut, kan? Dan kecewa ...." Anjani menyahut lirih.dr. Ahmad kembali tersenyum, sangat menenangkan."No, sam
Bab 41 MJDMP"Apa Habib sungguh-sungguh ingin menikahi saya?" tanya Anjani memastikan sekali lagi."Apa saya terlihat tidak sungguh-sungguh, An? Apa usaha saya selama ini masih kurang menurut kamu?" tanya dr. Ahmad balik.Anjani terdiam."Apa yang membuat saya ragu, An? Kamu tidak perlu memikirkan kondisi kamu yang kamu anggap memiliki kekurangan itu. Sebab andai benar kamu menderita agnesis vagina pun saya tetap dengan keputusan saya untuk menikahi kamu, sebab saya merasa mampu menutupi kekurangan itu.Apalagi saat saya yakin kamu sempurna, maka tidak ada lagi hal yang perlu kamu ragukan. Percayalah, saya tidak akan mengulang hal yang meninggalkan kelam di hati kamu itu. Insya Allah, bagaimanapun kondisi kamu, saya akan tetap bisa menerima kamu apa adanya.Pernikahan bagi saya, bukan hal main-main, An, saya akan menjalaninya dengan segenap hati dan jiwa, percayalah!" dr. Ahmad masih terus berusaha meyakinkan Anjani.Mendengar penuturan dr. Ahmad, tak terasa mata Anjani mulai memanas,