Share

Bab 3 Part Time

Penulis: D Lista
last update Terakhir Diperbarui: 2023-11-09 12:41:28

"Ganteng juga dosbing barumu, Ja."

Sepeninggal Adam, Fifi tidak berhenti memuji-muji pelaki itu. Alih-alih menenangkan justru Fifi terus menggoda Senja. Gadis itu hanya bersungut karena ucapan Adam masih terngiang di telinganya.

"Ishh, kamu jangan bikin aku tambah kesel, Fi."

"Haha, iya maaf."

Drrt, dering ponsel di tas Senja menyapa telinga.

"Duh, Seno. Kenapa saat seperti ini malah muncul."

"Siapa, Ja?"

"Stt, Seno." Senja meletakkan telunjuknya ke bibir.

"Halo, Sen."

"Senja! Kapan kamu mau bayar utangnya? Ini sudah lewat seminggu dari jatuh tempo. Ingat bunganya bakal berlipat. Jangan sampai bos besar marah." Ucapan dari seberang membuat Senja terhenyak.

"Iya, Sen. Tenang aja, aku bakal bayar utangku." Setelah panggilan ditutup, Senja menyandarkan kepalanya ke pinggiran gazebo.

"Ada apa, Ja? Seno lagi?" Senja mengangguk dengan wajah gusar. Fifi sudah bisa menangkap raut sahabatnya kurang bagus.

"Andre kemana, Fi? Aku mau tambah jam part time. Aku perlu ambil shift malam." Ucapan Senja membuat Fifi menatap tidak rela. Pasalnya tempat kerja kekasihnya adalah di kafe 24jam. Malam hari kafe itu mirip klub malam. Ia pikir Senja nggak akan cocok kerja di sana.

"Jangan Ja! Kamu jangan ambil shift malam di sana. Lebih baik part time di tempat lain," saran Fifi.

"Nggak, Fi. Aku dah jatuh tempo dan uang yang kubutuhkan tidak sedikit."

"Tapi, Ja."

"Tenanglah, Fi. Aku bisa jaga diri. Kamu lupa kalau aku bisa beladiri," terang Senja meyakinkan sahabatnya. Ia menghela napas panjang sambil membetulkan kunciran rambutnya.

"Untuk saat ini hanya kafe di sana aku bisa mendapatkan uang banyak dalam waktu singkat Fi."

"Tapi kafe itu malam hari mirip klub malam, Ja."

"Ayolah, Fi. Bantu aku ya! Hubungi Andre kalau aku tambah shift malam."

Lagi, Senja membujuk rayu Fifi untuk bisa part time di tempat kerja Andre. Tentu saja ia bisa dengan mudah mendapatkan kepercayaan karena ada Andre yang membantunya.

"Baiklah. Tapi janji ya, kamu harus jaga diri. Kalau perlu Andre aku minta jagain kamu."

"Iya, iya."

"Besok kalau aku sudah mulai kerja di perusahaan yang menerima lamaranku kemrain, kamu ikut kerja di sana aj, Ja."

"Beres, bestie. Kamu deketin dulu CEOnya. Kalau perlu diajak kencan, baru deh aku dengan mudah masuk ke sana," canda Senja.

"Ishh, kamu mau buat Andre kebakaran jenggot."

Tawa Senja meledak. Sejenak ia bisa melupakan masalahnya. Senja terlibat utang cukup besar gegara mencoba bisnis. Namun, relasinya dengan sengaja menipunya. Tak pelak ia kehilangan modal banyak yang dipinjamnya dari Seno. Belakangan Senja tahu kalau Seno teman seangkatan beda jurusan, mendapat uang itu dari seorang bos preman. Mau tak mau Senja harus segera membayar utang itu agar terhindar dari masalah besar.

*****

"Ja, kamu cukup melayani pesanan mereka saja. Kalau sudah langsung balik ke meja bar. Jaga diri baik-baik, " Begitulah pesan Andre. Lelaki pekerja keras itu memang kerja malam karena terpaksa. Ia harus membantu keuangan keluarganya dan juga menabung untuk modal menikahi Fifi. Berbagai lamaran ia coba masukkan ke perusahaan tetapi rejeki belum menghampirinya.

Berbeda dengan Andre, Senja bekerja part time karena tidak mendapat fasilitas extra dari mama papanya. Sebab, ia tidak mengambil jurusan yang disarankan kedua orangtuanya. Senja nekat kuliah di Bandung sesuai pilihannya. Alhasil, ia harus kerja keras untuk mendapat uang biaya hidup.

"Iya, Ndre. Aku pasti jaga diri. Makasih sudah bantu aku."

"Oya, jangan pernah melepas penutup mata, Ja." Andre mencoba mengingatkan Senja. Di kafe itu hanya dua perempuan yang menjadi pelayan. Sekarang menjadi tiga termasuk Senja. Andre selalu mengingatkan teman yang perempuan untuk memakai asesoris penutup mata serupa topeng pesta. Dengan memakainya, Andre berpikir teman-temannya akan terhindar dari godaan usil lelaki hidung belang. Termasuk Senja yang merupakan sahabat kekasihnya. Andre tidak mau hal buruk terjadi.

"Siap, Ndre."

"Oke, sekarang kamu di meja bar aja. Aku yang berjaga di depan." Senja pun mengangguk. Ia mengikuti intruksi dari Andre setelah tadi dikenalkan dengan teman-teman yang kerja di sana. Mereka sudah bertugas di tempat masing-masing sesuai intruksi Andre penanggung jawabnya.

Jam sudah menunjukkan pukul delapan malam, kafe mulai ramai pengunjung. Benar saja, Senja melihat suasana yang berkebalikan dengan siang hari. Kafe itu lebih cocok disebut klub malam. Suara dentuman musik yang keras sebagai penanda para pengunjing mulai berdatangan. Ia bergidik ngeri, tetapi sedetik kemudian ia kembali normal karena teringat utangnya harus segera lunas.

"Hufh, semoga tidak ada hal buruk aku part time malam," doanya dalam hati.

Satu jam berselang, Senja melayani dengan lihai. Keramahannya mengundang para pengunjung untuk tertarik berkenalan. Alhasil Senja mengenalkan diri dengan nama Sela. Begitulah saran Andre melindungi teman-teman perempuan yang kerja disitu.

"Mbak Sela tolong antar pesana ini ke meja yang ada di pojok ya!" pinta rekan kerja Senja yang terburu ingin ke toilet.

"Oke." Dengan langkah hati-hati, Senja membawa nampan berisi minuman pesanan pengunjung di meja yang terletak di pojok.

"Sayang, aku kangen banget sama kamu. Mumpung aku lagi off, kita nikmati malam ini ya." Senja mendekati sepasang kekasih yang memesan minumannya. Ia bisa melihat seorang perempuan cantik sedang merayu kekasihnya entah mau diajak menikmati yang bagaimana. Senja berusaha menulikan pendengaran. Ia harus berpura-pura asing dengan semua pengunjung untuk bisa bekerja secara profesional.

"Cukup, Rev. Aku hanya menemani kamu minum saja. Lain kali kita makan di restoran saja."

"Ayolah, Sayang! Kita jarang-jarang lho bisa begini." Perempuan cantik berbaju seksi itu masih berusaha merayu.

"Ini pesanannya, Nona. Silakan diminum!"

"Terima kasih," ucap perempuan itu dengan senyum masam setelah mendapat penolakan dari si lelaki.

Senja hendak pergi. Namun begitu lelaki itu menoleh, ia terperanjat setelah melihat wajahnya.

"Hah, kenapa lelaki itu ada di sini."

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Menjadi Kekasih Bayaran Pak Dosen Dingin   Bab 52 Ending

    Semua yang hadir di ruang keluarga menepuk dahi kecuali Adam dan Senja yang masih tak percaya."Kalian berdua memang sudah bikin heboh. Tunggu sanksi dari Abi dan Umi," ungkap Aryo."Hah?!" Senja tersipu malu. Ia tak enak hati pada keluarga Adam dan juga keluarganya."Pokoknya kita adakan resepsi secepatnya. Siap ya, Al, Syad," usul Opa Zein."Siap, Pa, Ma," balas Alea dan Irsyad bersamaan."Kan ada Rendra sama Galang yang jadi PJnya," sahut Alea yang disambut tawa kedua keluarga."Walah, kalau tahu begini, Umi sama Abi nggak susah-susah nyariin jodoh kamu biar nggak nyari-nyari Senja. Kamu nggak ingat dulu waktu kecil, kamu suka main sama Senja?" Nayla mencoba menceritakan masa kecil putranya saat diajak Aryo membahas bisnis kerja sama dengan perusahaan Zein."Yang mana ya, Ma?" tanya Adam mencoba mengingat-ingat."Itu lho yang dulu gadis berkuncir dua."Seolah ingatannya terbang ke masa lalu, Adam malah senyum-senyum sendiri. Tiba-tiba sebuah ide melintas dibenaknya."Senja." Adam me

  • Menjadi Kekasih Bayaran Pak Dosen Dingin   Bab 51 Manja

    "Aku menyayangimu, Ja. Percayalah, aku mulai menyukaimu sejak lama. Sejak kita bertemu pertama kali di kampus. Sejak kamu menjadi mahasiswa bimbinganku." Senja tidak bisa berkata-kata. Hanya bulir bening yang mewakili rasa harunya. Ternyata cintanya selama ini tidak bertepuk sebelah tangan. Ia merasa kurang sabar memahami lelaki yang dikasihinya. "Mas Adam. Maafkan aku!" Adam meletakkan telunjuknya di bibir Senja. "Sttt, kamu tidak pantas meminta maaf. Seharusnya aku yang berjuang." Tangan kanan Adam mencoba merapikan rambut poni Senja. "Senja, maukah kita memulai semuanya dari awal? Aku mau kita menjalin hubungan serius sebagai pasangan halal bukan pasangan kontrak." Senja mengangguk tanpa kata. Adam pun membalas dengan senyuman. Tanpa aba-aba, Adam melabuhkan sebuah kecupan dikening Senja. Meleburkan rasa rindu yang menggebu. Kini kesalah pahaman itu telah berlalu menyisakan kerinduan yang ingin terbayarkan. "Aku mencintaimu Senja Kamila Rahmawan." "Aku juga, Mas Adam Syail

  • Menjadi Kekasih Bayaran Pak Dosen Dingin   Bab 50 Maafkan

    "Ough. Sakit, Ja! Kenapa kamu pukul suamimu?!" "Hah?! Pak Adam?" Senja syok mendapati Adam yang ada di kamarnya. Namun, kesadarannya langsung pulih dengan ekspresi marah dan berkacak pinggang. "Pak Adam sengaja menakuti saya?! Kenapa masuk ke kamar ini diam-diam?" Adam yang terjungkal ke lantai karena tak siap dilawan Senja hanya bisa mengaduh. Ia berdiri lalu mengusap bagian tubuhnya yang sakit. "Kamu gimana sih, Ja. Suami sendiri malah dih4jar gini? Untung kamu nggak nendang...." Belum selesai Adam mengucap, Senja sudah terkikik geli sambil memegang perutnya. Namun, beberapa detik kemudian wajahnya berubah datar lagi. "Mau apa kemari? Bukannya Pak Adam udah balikan sama mantan?!" ucapnya seraya mendecis. Ia pun mendaratkan pant*tnya ke r4njang. "Maksud kamu apa, Ja?" "Kenapa Pak Adam tanya sama saya? Tanya saja pada diri sendiri." Lagi, Senja masih berbicara dengan nada ketus. Hal itu membuat Adam semakin tak mengerti. "Sebentar, Ja! Jangan bilang kalau kamu selama ini salah

  • Menjadi Kekasih Bayaran Pak Dosen Dingin   Bab 49 Apes

    "Ya Rabb, kenapa harus ketemu dia di rumah ini?" "Sudah pulang, Pa." Suara Sekar terdengar di telinga Senja yang masih mematung. "Senja, ini Mas Ardian suamiku. Yang ini Adam Syailendra adikku." "Hah, Adik?" Senja membatin sambil mengerutkan dahi. Ia juga mengerjapkan mata berulang, berharap itu hanya mimpi." "Kenapa jadi Pak Adam adik Mbak Sekar? Lalu Andika? Gawat, nih." "Yuk, masuk, Dam. Mbak kenalin kolega dari Yogya. Ada Senja sama Andika." "Ma, diajak duduk dulu lah. Adam dari tadi suntuk tuh. Kelaparan kayaknya. Papa ajak makan nggak mau," celetuk Ardi. Senja hanya bisa menelan ludahnya kala tatapan tajam Adam mengarah padanya. Sedetik kemudian ia justru tidak menggubris ucapan Sekar. Memilih duduk di Sofa, Adam bersikap tak acuh pada Senja maupun Andika. "Lho ternyata Pak Adam adiknya Mbak Sekar, ya? Dunia ini sempit sekali," ucap Andika santai. Namun tidak dengan Senja yang ketar-ketir sedari tadi. Ia berharap Andika tidak membuat rencana kerja samanya dengan Sekar gat

  • Menjadi Kekasih Bayaran Pak Dosen Dingin   Bab 48 Tak Disangka

    "Fifi?! Kanget tahu, nggak? Kenapa nggak bilang kalau pindah ke sini, sih?" Senja berlari lalu mem3luk tubuh Fifi. Ia tidak pernah berubah. Dilihat oleh Fifi, sahabatnya itu masih saja sama seperti saat kuliah. Suka teriak heboh sendiri. "Udah nyer0cosnya? Kayak kereta aja," sahut Fifi sambil bersungut. Senja melepas p3lukannya sambil terkikik geli. "Lagian kamu nih nggak ada kabarnya." "Yeay, siapa yang ga ada kabar. Nggak kebalik? Kamu kan yang super sibuk. Sejak jadi bos, lupa deh sama sahabat sendiri," cibir Fifi. Keduanya berjalan menuju ruang tunggu stasiun. Sebab kedatangan orang tua Fifi untuk menjenguk cucu sekaligus liburan masih sejam lagi. "Sini, ceritakan tentang kabarmu! Katanya mau nikah? Kapan? Jangan-jangan udah ya? Sejak terakhir ketemu Pak Adam di restoran, aku sudah nggak dapat kabarmu lagi, Ja. Gimana hubungan kalian?" "Nih, gini nih. Tadi aja ngatain aku myerocos kayak kereta. Giliran nanya, kamu juga nggak ada jedanya sama sekali, Fi." Fifi terbahak disusul

  • Menjadi Kekasih Bayaran Pak Dosen Dingin   Bab 47 Ketemu

    Seminggu berlalu, pagi-pagi sekali Senja sudah berangkat menuju kantor Sekar. Ia menginap di hotel tak jauh dari kantor. Padahal Sekar sudah menawarinya menginap. Senja merasa belum akrab, alhasil hanya mengiyakan kalau masa tinggal di hotel telah habis. "Andre!" Senja sudah sampai di kantor Sekar karena permintaan bos besar itu sendiri. "Hah, aku nggak salah lihat?" Andre mengucek matanya dengan salah satu tangan. Sementara tangan lain memegang berkas. "Ini Senja, Ndre." "Astaga! Kamu beneran Senja? Kok kamu bisa sampai sini, Ja?" "Ishh, sini aku yang harusnya tanya kenapa kamu bida di sini, Ndre?" "Aku memang pindah ke sini sudah tiga bulan, Ja." "Apa?! Fifi juga?" Senja menarik lengan Andre lalu celingukan mencari tempat duduk yang nyaman. "Sini lho kalau mau ngobrol. Memangnya kamu sudah hafal tempat-temapat di sini?" celetuk Andre. Senja hanya meringis. Dia terlalu pede dan tidak ingat kalau sedang di perusahaan orang. "Kamu pindah sama Fifi nggak kasih kabar sih, Ndre. A

  • Menjadi Kekasih Bayaran Pak Dosen Dingin   Bab 46 Pacar atau Suami?

    "Pak. Apa mobilnya sudah siap?" tanya seorang perempuan dengan pakaian modis berhijab. "Siap, Bu. Itu dia mobilnya," seru satpam. Senja mengikuti arah pandang lelaki paruh baya itu ke perempuan tadi. "Ndre tolong handel kerjaan yang di kantor dulu. Saya harus meeting dengan klien." "Siap, Bu Sekar." Senja m3mbelalak sempurna saat percakapan itu tertangkap indera pendengarannya. "Bu Sekar?" Senja menoleh lalu mencari sumber suara tadi. "Hah, Andre? Eh apa itu Bu Sekar." Senja kelabakan melihat Andre suami sahabatnya ada di sini. Antara ingin mengejar Andre atau Bu Sekar, ia bimbang. "Duh, gimana nih?" "Hmm, tunggu, Bu." "Maaf, Mbak. Jangan sembarangan mendekat! Itu bos besar perusahaan ini," cegah seorang satpam yang tadi melayani Senja. Brukk. "Ough." "Maaf, Mbak." Satpam sedikit merasa bersalah karena Senja terpeleset. Lelaki itu segera membantu berdiri karena tidak enak terlihat buruk di mata bosnya. "Hufh. Untung bukan bahuku yang membentur lantai," keluh Senja. Ia meno

  • Menjadi Kekasih Bayaran Pak Dosen Dingin   Bab 45 Rindu itu Berat

    Di dalam kereta jurusan Tugu-Gubeng, Senja hanya melamun. Pikirannya tertuju pada Adam. Suaminya bertemu lagi dengan masa lalunya. "Ah, aku kenapa lagi. Harusnya aku fokus memikirkan perusahaan. Bukan malah memikirkan mereka berdua." Senja berusaha menghibur diri. Ia tidak mau gara-gara masalah cinta perusahaan turun temurun milik keluarga hancur. "Sudahlah yang penting aku sudah meninggalkan pesan dan cincin itu di laci. Belum tentu Pak Adam menemukannya juga. Mungkin dia nggak begitu mempedulikan kalaupun aku cerita tentang perjanjian itu. Pasti dia semakin semangat kembali berhubungan dengan Mbak Reva." Lima jam perjalanan akhirnya Senja sampai di stasiun Gubeng. Siang hari yang terik tidak menyurutkan semangatnya menginjakkan kaki di kota pahlawan ini. "Semangat Senja. Kamu pasti bisa." Menghirup udara kota Surabaya, Senja akan memulai petualangan barunya. Dari stasiun, ia naik taksi menuju alamat perusahaan yang diberikan oleh Restu. Sampai di depan sebuah gedung bertingkat

  • Menjadi Kekasih Bayaran Pak Dosen Dingin   Bab 44 Wanita Spesial

    Bab 44 Wanita Spesial"Pak Adam kapan datang?" tanya Senja seraya berbisik saat sudah duduk di sebelah suaminya. Adam mengerutkan dahi mendengar panggilan Senja padanya berubah."Kapan datang?" ulang Senja sedikit kesal karena tidak segera dijawab."Senja buruan sarapan. Papa sama Mama mau berangkat dulu. Kalian selesaikan sarapannya ya.""Iya, Ma," sahut Adam diikuti Senja. Kini di meja makan tinggal ada dua orang yang terdiam. Mereka menikmati sepiring nasgor spesial buatan Papa Irsyad."Kamu....""Ough." Senja m3mekik saat tangan Adam menyentuh bahunya yang sakit."Kenapa, Ja?""Nggak papa, hanya sedikit cidera." Raut wajah Adam berubah khawatir. Ia meletakkan sendok di tangan lalu duduk menghadap Senja."Kamu kemana semalam? Kenapa tidak pulang?" tanya Adam dengan wajah serius. Tatapan tajamnya menyelami manik mata Senja membuat gadis itu beringsut. Memilih fokus dengan nasgornya, Senja tidak tahan ditatap seperti itu. "Saya ada pekerjaan yang harus diselesaikan." Senja mencoba b

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status