Share

Bab 3 Part Time

"Ganteng juga dosbing barumu, Ja."

Sepeninggal Adam, Fifi tidak berhenti memuji-muji pelaki itu. Alih-alih menenangkan justru Fifi terus menggoda Senja. Gadis itu hanya bersungut karena ucapan Adam masih terngiang di telinganya.

"Ishh, kamu jangan bikin aku tambah kesel, Fi."

"Haha, iya maaf."

Drrt, dering ponsel di tas Senja menyapa telinga.

"Duh, Seno. Kenapa saat seperti ini malah muncul."

"Siapa, Ja?"

"Stt, Seno." Senja meletakkan telunjuknya ke bibir.

"Halo, Sen."

"Senja! Kapan kamu mau bayar utangnya? Ini sudah lewat seminggu dari jatuh tempo. Ingat bunganya bakal berlipat. Jangan sampai bos besar marah." Ucapan dari seberang membuat Senja terhenyak.

"Iya, Sen. Tenang aja, aku bakal bayar utangku." Setelah panggilan ditutup, Senja menyandarkan kepalanya ke pinggiran gazebo.

"Ada apa, Ja? Seno lagi?" Senja mengangguk dengan wajah gusar. Fifi sudah bisa menangkap raut sahabatnya kurang bagus.

"Andre kemana, Fi? Aku mau tambah jam part time. Aku perlu ambil shift malam." Ucapan Senja membuat Fifi menatap tidak rela. Pasalnya tempat kerja kekasihnya adalah di kafe 24jam. Malam hari kafe itu mirip klub malam. Ia pikir Senja nggak akan cocok kerja di sana.

"Jangan Ja! Kamu jangan ambil shift malam di sana. Lebih baik part time di tempat lain," saran Fifi.

"Nggak, Fi. Aku dah jatuh tempo dan uang yang kubutuhkan tidak sedikit."

"Tapi, Ja."

"Tenanglah, Fi. Aku bisa jaga diri. Kamu lupa kalau aku bisa beladiri," terang Senja meyakinkan sahabatnya. Ia menghela napas panjang sambil membetulkan kunciran rambutnya.

"Untuk saat ini hanya kafe di sana aku bisa mendapatkan uang banyak dalam waktu singkat Fi."

"Tapi kafe itu malam hari mirip klub malam, Ja."

"Ayolah, Fi. Bantu aku ya! Hubungi Andre kalau aku tambah shift malam."

Lagi, Senja membujuk rayu Fifi untuk bisa part time di tempat kerja Andre. Tentu saja ia bisa dengan mudah mendapatkan kepercayaan karena ada Andre yang membantunya.

"Baiklah. Tapi janji ya, kamu harus jaga diri. Kalau perlu Andre aku minta jagain kamu."

"Iya, iya."

"Besok kalau aku sudah mulai kerja di perusahaan yang menerima lamaranku kemrain, kamu ikut kerja di sana aj, Ja."

"Beres, bestie. Kamu deketin dulu CEOnya. Kalau perlu diajak kencan, baru deh aku dengan mudah masuk ke sana," canda Senja.

"Ishh, kamu mau buat Andre kebakaran jenggot."

Tawa Senja meledak. Sejenak ia bisa melupakan masalahnya. Senja terlibat utang cukup besar gegara mencoba bisnis. Namun, relasinya dengan sengaja menipunya. Tak pelak ia kehilangan modal banyak yang dipinjamnya dari Seno. Belakangan Senja tahu kalau Seno teman seangkatan beda jurusan, mendapat uang itu dari seorang bos preman. Mau tak mau Senja harus segera membayar utang itu agar terhindar dari masalah besar.

*****

"Ja, kamu cukup melayani pesanan mereka saja. Kalau sudah langsung balik ke meja bar. Jaga diri baik-baik, " Begitulah pesan Andre. Lelaki pekerja keras itu memang kerja malam karena terpaksa. Ia harus membantu keuangan keluarganya dan juga menabung untuk modal menikahi Fifi. Berbagai lamaran ia coba masukkan ke perusahaan tetapi rejeki belum menghampirinya.

Berbeda dengan Andre, Senja bekerja part time karena tidak mendapat fasilitas extra dari mama papanya. Sebab, ia tidak mengambil jurusan yang disarankan kedua orangtuanya. Senja nekat kuliah di Bandung sesuai pilihannya. Alhasil, ia harus kerja keras untuk mendapat uang biaya hidup.

"Iya, Ndre. Aku pasti jaga diri. Makasih sudah bantu aku."

"Oya, jangan pernah melepas penutup mata, Ja." Andre mencoba mengingatkan Senja. Di kafe itu hanya dua perempuan yang menjadi pelayan. Sekarang menjadi tiga termasuk Senja. Andre selalu mengingatkan teman yang perempuan untuk memakai asesoris penutup mata serupa topeng pesta. Dengan memakainya, Andre berpikir teman-temannya akan terhindar dari godaan usil lelaki hidung belang. Termasuk Senja yang merupakan sahabat kekasihnya. Andre tidak mau hal buruk terjadi.

"Siap, Ndre."

"Oke, sekarang kamu di meja bar aja. Aku yang berjaga di depan." Senja pun mengangguk. Ia mengikuti intruksi dari Andre setelah tadi dikenalkan dengan teman-teman yang kerja di sana. Mereka sudah bertugas di tempat masing-masing sesuai intruksi Andre penanggung jawabnya.

Jam sudah menunjukkan pukul delapan malam, kafe mulai ramai pengunjung. Benar saja, Senja melihat suasana yang berkebalikan dengan siang hari. Kafe itu lebih cocok disebut klub malam. Suara dentuman musik yang keras sebagai penanda para pengunjing mulai berdatangan. Ia bergidik ngeri, tetapi sedetik kemudian ia kembali normal karena teringat utangnya harus segera lunas.

"Hufh, semoga tidak ada hal buruk aku part time malam," doanya dalam hati.

Satu jam berselang, Senja melayani dengan lihai. Keramahannya mengundang para pengunjung untuk tertarik berkenalan. Alhasil Senja mengenalkan diri dengan nama Sela. Begitulah saran Andre melindungi teman-teman perempuan yang kerja disitu.

"Mbak Sela tolong antar pesana ini ke meja yang ada di pojok ya!" pinta rekan kerja Senja yang terburu ingin ke toilet.

"Oke." Dengan langkah hati-hati, Senja membawa nampan berisi minuman pesanan pengunjung di meja yang terletak di pojok.

"Sayang, aku kangen banget sama kamu. Mumpung aku lagi off, kita nikmati malam ini ya." Senja mendekati sepasang kekasih yang memesan minumannya. Ia bisa melihat seorang perempuan cantik sedang merayu kekasihnya entah mau diajak menikmati yang bagaimana. Senja berusaha menulikan pendengaran. Ia harus berpura-pura asing dengan semua pengunjung untuk bisa bekerja secara profesional.

"Cukup, Rev. Aku hanya menemani kamu minum saja. Lain kali kita makan di restoran saja."

"Ayolah, Sayang! Kita jarang-jarang lho bisa begini." Perempuan cantik berbaju seksi itu masih berusaha merayu.

"Ini pesanannya, Nona. Silakan diminum!"

"Terima kasih," ucap perempuan itu dengan senyum masam setelah mendapat penolakan dari si lelaki.

Senja hendak pergi. Namun begitu lelaki itu menoleh, ia terperanjat setelah melihat wajahnya.

"Hah, kenapa lelaki itu ada di sini."

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status