Share

Menjadi Pelayan di Pernikahan Kedua Suamiku
Menjadi Pelayan di Pernikahan Kedua Suamiku
Penulis: Nuri522

Bab 1. Pernikahan Tanpa Cinta

Penulis: Nuri522
last update Terakhir Diperbarui: 2023-06-21 11:42:32

“Kamu tega sekali, Mas.”

Aku tergugu di sudut gedung mewah, di mana dekorasi pernikahan berwarna serba putih menghiasi setiap penjuru ruangan. Dia suamiku telah mengucap janji suci pernikahan terhadap wanita lain, hingga membuat hati ini remuk redam seakan hancur tak tersisa.

Suamiku menikahi perempuan yang sangat dicintainya. Kekasih masa lalu sebelum aku menjadi istri seorang Dirga. Wanita yang teramat dia dambakan untuk menjadi seorang pendamping hidup bukan seperti diriku.

Ya, aku dan dia memang menikah karena dijodohkan ayah mertua dua tahun yang lalu, tanpa cinta di antara kami.

Bukan, hanya dia yang tak pernah mencintaiku. Bahkan awal pernikahan tak pernah sekalipun dia menyentuh istrinya ini. Jangankan untuk itu, menatapku saja sepertinya Mas Dirga enggan. Meski kami tidur dalam satu kamar yang sama. Malam-malamku itu selalu dingin, tak pernah ada kehangatan yang ditunjukkan suamiku.

Aku sadar siapa diri ini untuknya. Hanya anak seorang pembantu dalam keluarga Adiwiyata. Karena hutang budi ayah mertua, membuat Mas Dirga mau tak mau menerima permintaan orang tuanya.

Bapakku pernah berkorban nyawa untuk keselamatan ayah mertua. Waktu itu sepulang dari sebuah acara di tengah malam, mobil beliau dengan bapak yang menjadi sopirnya, dihadang sekelompok begal bersenjata tajam saat melintasi sebuah kebun karet yang sepi.

Beberapa orang mengacungkan senjata tajam dan mencegat mobil yang dikendarai Bapak. Sebelum berhenti, Bapak menyuruh majikannya mengambil alih kemudi dan meminta meninggalkannya untuk mencari bantuan.

Ayah mertua keberatan dengan usul itu, tapi bapak bersikeras dan mengatakan kalau dia akan baik-baik saja. Dengan terpaksa Ayah menerima usulnya dan berjanji akan segera kembali dengan bantuan.

Setelah bertukar posisi, bapak keluar mobil dan segera menutup pintu. Saat itu juga ayah mertua melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Meski seorang begal yang lain berusaha menghadang kendaraan yang beliau kemudikan dengan cara memecahkan kacanya, serta hendak mengambil alih kemudi. Akan Tetapi, ayah mertua berhasil lolos dari mereka.

Beliau berhasil mendapatkan bantuan setelah menepi di sebuah kantor polisi dan melaporkan apa yang sudah terjadi. Mereka cepat-cepat datang ke lokasi di mana bapak melawan para begal itu sendirian dengan tangan kosong. Akan tetapi nahas, saat datang ke lokasi, bapak sudah terkapar dengan luka tusukan di sekujur tubuhnya.

Luka yang diderita Bapak begitu parah, sehingga nyawa beliau sudah tak tertolong lagi.

Itu yang aku ketahui dari cerita ayah mertua, ketika beliau datang bersama jenazah bapak dan polisi yang mengantarnya.

Ibu dan aku sangat terpukul serta syok ketika mengetahui kenyataan itu. Bapak, imam terbaik dalam keluarga kecil kami, cinta pertama dalam hidupku sudah tak ada lagi di dunia. Meninggalkan kami dengan segala kenangan baik yang telah ditinggalkannya.

Mulai saat itu setelah pemakaman bapak dilaksanakan, menjadi awal kehidupanku berubah. Ayah mertua memanggil Mas Dirga untuk kembali ke tanah air saat putranya sedang mengurusi pekerjaan di Belanda.

Pria itu memiliki perusahaan yang dia rintis sendiri dari awal di negara tersebut. Bahkan sudah lima tahun tak pernah kembali ke Indonesia.

Hari itu, dengan perintah ayah mertua. Mas Dirga terpaksa pulang. Setelah beberapa hari di Indonesia, aku dan dia dikejutkan dengan permintaan Ayah. Beliau ingin Mas Dirga menikahi serta menginginkanku menjadi menantunya, pun nyonya Dirga Adiwiyata.

Tak pernah terbersit sedikit pun dalam benakku untuk berada dalam posisi itu. Mas Dirga menatapku tajam kala mendengar permintaan ayahnya. Mungkin dia pikir aku yang menginginkan perjodohan ini. Mulai saat itu dia seperti membenciku sehingga setelah kami menikah Mas Dirga tak pernah menganggapku ada.

Bahkan, satu tahun setelah pernikahan kami. Mas Dirga mengenalkanku kepada seorang wanita yang dia akui sebagai kekasihnya. Dia mengatakan kalau hubungannya dan Anita sudah hampir menginjak lima tahun berpacaran.

“Aku dan Anita saling mencintai. Kami tak ingin menyembunyikan lagi hubungan ini, termasuk padamu. Kamu akan tetap dalam posisi dan status sebagai istriku di rumah Adiwiyata. Tapi hanya Anita lah kekasih satu-satunya yang kucintai. Sedangkan kepadamu, aku tak punya perasaan apa pun walau secuil saja,” ujar Mas Dirga dengan suara dinginnya.

“Jadi kita jalani kehidupan masing-masing. Kamu bebas melakukan apa pun yang kau inginkan. Sedangkan aku ... akan melakukan semauku. Jangan ada yang ikut campur dengan urusan masing-masing.”

Hatiku sakit ketika mendengar semuanya, tetapi tak sanggup menentang atau pun sekedar untuk menyuarakan pendapat. Kembali diri ini mengingat posisi di dalam keluarga, terutama di mata Mas Dirga. Aku cukup tahu diri dengan statusku yang cuma anak seorang pembantu. Hanya kepada-Nya lah aku pasrah, serta mengadukan segala gundah dan kesedihan yang selama ini aku alami.

Apalagi, Mas Dirga selalu pulang malam, dia selalu beralasan sudah bekerja lembur kepada Ayah. Akan tetapi, aku tahu, sepulangnya dari kantor Mas Dirga menghabiskan waktu bersama kekasihnya. Entah sudah sejauh mana hubungan mereka?

Aku tak tahu, rasa sakit dan kecewa yang kurasakan setiap hari, membuatku perlahan mulai terbiasa dengan kelakuan pria yang bergelar suami itu. Sehingga aku selalu berusaha tak memedulikannya.

Pengalaman paling menyakitkan terjadi ketika Ayah memintaku untuk mengantar dokumen penting ke kantor sembari membawa makan siang untuk Mas Dirga. Namun, aku malah dikejutkan dengan pemandangan yang tak terduga di sana.

Dia ... suamiku. Tengah berada di atas tubuh seorang wanita. Pakaian mereka sama-sama berantakan. Mirisnya pasangan itu tak sadar pintu ruangan sudah terbuka olehku.

Aku hanya bisa membekap mulutku dengan syok ketika suara d*s*han dan saling kecup lah yang terdengar di dalam ruangan. Untunglah ruang kerja Mas Dirga memang memiliki tempat yang menyendiri. Jauh dari ruang kerja para karyawan di perusahaan ini. Pun, meja sekretaris dan asisten pribadinya memang tengah kosong di jam makan siang. Mungkin itu yang membuat Mas Dirga dengan leluasa melakukan hal menjijikkan ini.

Aku yang terpukul melihat mereka seketika terduduk dengan keadaan lemas terkulai, bahkan rantang nasi yang sempat kubawa terlepas dari peganganku tepat di samping tubuh ini.

Apa yang kulakukan? Bisa-bisanya aku melihat sendiri suamiku bermesraan dengan wanita lain. Haruskah kuhentikan tindakan bejat mereka?

Bersambung

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Puput Assyfa
suka sm alur ceritanya,baru baca udah langsung jtuh cinta
goodnovel comment avatar
Siti Nurhasanah
novelnya seru banget deh ...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Menjadi Pelayan di Pernikahan Kedua Suamiku   Bab 40. Tamat

    Bab 40.“Mas ... aku haus,” ujarku lirih saat kesadaranku telah kembali. Kali ini, aku sudah berada di ranjang rumah sakit. Mendengar suaraku Mas Azzam langsung tersentak.“Ya Allah, Sayang. Akhirnya kamu sadar juga.”Suamiku ini sontak memeluk tubuh ini hingga tak sadar mengenai lenganku yang sempat terluka, dan aku masih ingat karena perbuatan siapa.“Aww ... sakit, Mas,” ujarku sambil meringis.“Maaf. Mas terlalu bahagia saat kamu siuman. Kamu bener-bener bikin Mas ini jantungan tahu. Bisa-bisanya kamu membahayakan keselamatan dirimu seperti tadi!” sembur suamiku ini dengan tatapan tajam.Dia meraih botol air putih di atas nakas, lalu membuka tutup dan memasukkan sedotan ke dalamnya. Setelah itu, ia arahkan benda tersebut ke arahku, lalu aku minum beberapa tegukan demi melegakan tenggorokan yang mengering.“Tapi, kalau aku tak nekat seperti tadi, Nindy bakalan celaka. Aku enggak mau Mas juga bakalan sedih karena Nindy terluka,” ujarku. Mas Azzam memandangku dengan intens. Entah a

  • Menjadi Pelayan di Pernikahan Kedua Suamiku   Bab 39

    Bab 39.“Apa kata Boby?” tanya Nindy. Aku menggeleng lalu berkata, “ Tidak apa-apa, Nin. Dia cuma bilang belum menemukan Danang,” ujarku tanpa menceritakan yang sebenarnya. Aku tak ingin, Nindy yang belum terlalu pulih harus terbebani karena masalah ini. Aku hanya berharap, polisi segera selesai melakukan penyelidikan dan penyidikan agar secepatnya pelaku ditetapkan sebagai tersangka dan ditahan. Tak lama, Riri dan Mas Azzam akhirnya datang juga. Kutahu, suamiku pasti baru pulang dari perusahaan dan sekalian menjemput Riri, itu yang dia katakan tadi di pesan yang dirinya kirim.Aku menyambut kedatangan Riri dan Mas Azzam. Riri mencium tangan dan kedua pipiku, lalu beralih ke ranjang kakaknya untuk melepas rindu. Meski pun hubungan mereka sempat merenggang sebelumnya, tetapi bagaimana pun mereka memiliki hubungan saudara. Pasti, akan sama-sama merasakan sedih jika salah satunya terkena masalah atau musibah. Itu pun yang terjadi antara Riri dan Nindy sekarang.Sedangkan Mas Azzam, di

  • Menjadi Pelayan di Pernikahan Kedua Suamiku   Bab 38

    Bab 38. “Maafkan aku ....” ujar Nindy dengan lirih.Aku masih mematung di tempat, begitu tak percaya dengan apa yang baru saja kudengar. Nindy meminta maaf? Apa pendengaranku tak salah?Jari Nindy yang meremas pergelangan tangan ini membuatku sontak tersadar dari lamunan.“Apa kamu mau memaafkan aku? Aku tahu, aku sudah salah menilaimu selama ini. Bahkan, aku sudah berbuat dzolim kepadamu hanya untuk merebut serta mendapatkan Mas Danang kembali. Tapi, apa yang kudapat sekarang? A-aku ... kehilangan segalanya ...,” ujarnya dengan begitu pilu. Terdapat luka di setiap kata-kata Nindy yang terucap.Kualihkan pandangan agar kami saling menatap satu sama lain. Supaya bisa menyelami perasaan putri suamiku tersebut lewat mata. Konon, jika ingin melihat ketulusan dari seseorang, yang pertama tak bisa berbohong ialah mata. Dari anggota tubuh yang bening tersebut, dapat menjelaskan beribu perasaan yang terpendam, termasuk kebohongan.Namun, aku sama sekali tak melihat keburukan apa pun dari N

  • Menjadi Pelayan di Pernikahan Kedua Suamiku   Bab 37

    Bab 37.“Ada apa, Bob?” cecarku. “Kak Nindy masuk rumah sakit. Ditubuhnya penuh luka lebam dan cekikan. Kata seseorang yang menolongnya, Kakak sudah tak sadarkan diri di teras rumah yang sepi karena syok,” papar Boby hingga membuatku membulatkan mata.“Terus? Gimana keadaan dia sekarang?” tanyaku kembali.“Kak Nindy harus dirawat karena ada sendi di bagian lengan dan tulang bahunya yang bergeser. Dan yang paling parah dari semua itu, dia mengalami keguguran,” terangnya semakin membuatku terkejut luar biasa.Kuputuskan untuk ikut bersama Boby untuk melihat kondisi Nindy. Sebelumnya, kuminta Riri untuk diam di rumah saja. Saat di perjalanan, aku mengabari Mas Azzam tentang kondisi putri sulungnya tersebut. Suamiku begitu terkejut, dia terdengar marah ketika mendapat penjelasan dariku. Katanya, setelah pulang dari kantor polisi nanti, Mas Azzam akan menyusul ke rumah sakit di mana Nindy dirawat.Aku dan Boby bergegas mencari kamar berapa Nindy berada. Kemudian, menghubungi wanita yang

  • Menjadi Pelayan di Pernikahan Kedua Suamiku   Bab 36

    Bab 36.“Maaf saya tidak bisa memenuhi tuntutan anda. Saya menolak menikahi putri kalian sampai kapan pun,” tekan Mas Azzam. Wajah suamiku ini telah merah padam penuh dengan amarah dengan rahang yang mulai membesi. “Lho, tidak bisa. Anda jangan membuat saya murka, ya. Saya tidak mau tahu, anda harus bertanggung jawab terhadap putri saya! Enak saja! Sudah berani tidur dengannya tapi tak mau menikahi dia!” ujar orang yang mengaku sebagai Papa dari Marta.“Tuan Hendrik. Perlu saya tekankan sekali lagi. Kalau saya sama sekali tak pernah melakukan apa pun terhadap putri anda. Dan video yang tersebar, itu semua hanya fitnah. Ingat! Hanya fitnah. Putri anda memang mengarang semuanya dan berakting dengan sempurna. Maaf. Apa kalian berdua tak tahu kalau Marta berhubungan badan dengan pria lain? Bahkan, bukan hanya satu saja. Itu hanya salah satunya karena ingin menjebakku,” papar Mas Azzam.Mendengar hinaan yang terlontar dari suamiku, Ibu dari Marta langsung berdiri dan menggebrak meja di ha

  • Menjadi Pelayan di Pernikahan Kedua Suamiku   Bab 35

    Bab 35.“Bi. Di mana si Kartika?”Terdengar suara teriakan Nindy dari ruang keluarga. Saat ini, aku tengah menyiram tanaman serta bunga koleksi suamiku di taman belakang rumah.Namun begitu, aku masih dapat mendengar suara putri sulung Mas Azzam dari sini. Bagaimana tidak, teriakkan Nindy begitu menggema saat dia mencariku dan sepertinya sedang tersulut amarah. Ada apa dengan Nindy?Beberapa menit kemudian, muncullah Bi Sukma dan Nindy di belakangnya. Dia merangsek maju dan melayangkan tamparan ke pipiku tanpa Tedeng aling-aling hingga terasa perih dan sedikit kebas.“Hei ... kau ini apa-apaan? Main tampar orang sembarangan!” teriakku dengan mata yang melotot.Aku syok juga tak terima dengan perlakuan kasar Nindy, tetapi sekaligus penasaran kenapa wanita ini datang-datang langsung melayangkan hadiah ke pipiku.“Berani kamu menggoda suamiku hah? Apa kau masih belum cukup punya suami seperti papiku? Apa kau benar-benar belum move on dari Mas Danang sampai -sampai berani menggodanya!” pe

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status