“Alisa, kamu kembali?” Tubuhku mematung tak bereaksi, akankah aku kuat bertemu kembali dengannya?Dia melangkah mendekatiku menilik dari atas sampai bawah. Mungkin merasa heran dengan penampilanku sekarang.“Kamu Alisa, 'kan? Alisa istriku?” Aku masih tak bereaksi atas segala ucapannya. Tubuhku seakan mematung dan mati rasa. Sakit ini kembali kurasakan ketika bertemu dengannya. Dikepalaku kembali berdengung apa pun yang telah Mas Dirga ucapkan padaku dahulu.“Sa, Sayang. Maafkan aku. Mas menyesal sudah menyakitimu. Tapi, Mas bahagia akhirnya kamu kembali. Kita akan kembali hidup bersama.” Mas Dirga menggenggam tanganku semakin erat. Sampai aku tersadar dari lamunanku sebab mendengar perkataan dari Mas Dirga barusan.Kuhempaskan tangan suamiku yang sejak tadi menggenggam jari ini, lalu mundur beberapa langkah untuk menjauh darinya.“Sa ___,” Ada gurat kekecewaan dari Mas Dirga melihatku bereaksi seperti itu. Aku menutup mataku menormalkan detak jantung yang tak berirama serta menguran
“Oh ... jadi dia ini selingkuhanmu? Dia Ayah dari anakmu bukan? Aku tak menyangka kamu bisa berselingkuh juga, bahkan kamu belum resmi bercerai denganku. Pantas saja kau tak ingin kusentuh sedikit pun.” Pernyataan itu membuat luka hatiku kembali menganga. Bahkan semakin membesar dan mungkin takkan bisa di obati lagi.**Aku tak ingin mengatakan apa pun atau sekedar menjelaskan semuanya kepada Mas Dirga. Baru saja aku kembali ke Jakarta setelah sekian lama tak pulang. Mas Dirga tetap menjadi sosok yang menyebalkan. Bisa-bisanya dia menuduhku berselingkuh tanpa bertanya apa yang sebenarnya terjadi. Itu membuatku jadi bimbang antara akan memberitahu semuanya atau tidak.“Maaf, anda siapa? Anda suami Alisa bukan? Mungkin anda salah paham saya Abi temannya Alisa.” Mas Abi mengulurkan tangannya, tetapi tak disambut oleh suamiku.Mas Dirga menilik dari atas sampai bawah penampilan Mas Abi. Membuatku tak suka melihat dia yang terlihat arogan seperti itu. “Jangan mengelak. Bukti sudah kuliha
Aku terbangun di sebuah kamar bercat putih yang mendominasi. Kulihat sekeliling Ibu sudah tertidur di sofa, sedang Mas Dirga ada di kursi pinggir ranjang yang kutiduri. Dengan menyilangkan tangan di dada. Dia tidur dalam posisi duduk. Aku yang merasa haus serta tenggorokan kering bangun dan berusaha mengambil gelas yang terisi air putih. Di saat itu pula Mas Dirga sadar dari tidurnya “Sa, kamu sudah siuman?” tanya Mas Dirga, aku menoleh mendengar ucapannya. “Ya,” jawabku datar.“Biar, Mas yang ambil.” Dia berdiri dan membawa air minum di gelas untukku. Setelah itu kuterima dan mengucapkan terima kasih masih dengan nada datar.“Mas minta maaf, Sa. Gara-gara Anita kamu sampai begini.” Sorot matanya menampilkan penuh penyesalan.“Apa benar Mas sudah berpisah dengannya?” tanyaku penasaran masih tak percaya mereka bisa berpisah, apalagi Anita bisa berselingkuh. Yang kuingat mereka begitu saling mencintai.“Benar kata Anita, Mas sudah menceraikannya. Dia tak ada hubungannya lagi dengan Ma
Aku bangun lalu pergi ke kamar mandi untuk mengganti bajuku dengan gamis yang berserakan di lantai. Merasa jijik dengan penampilanku seperti tadi bahkan tak sengaja sudah dilihat Mas Abi. Setelah itu menghampiri mereka. Aku sungguh tak tega melihat Mas Abi sampai dipukuli, meski masih tak mengerti apa yang sebenarnya telah terjadi barusan.“Mas, jangan begini. Kenapa Mas Dirga memukuli Mas Abi?” tanyaku pada suamiku. Aku menoleh kepada Mas Abi, “ Sebenarnya apa yang sudah terjadi, Mas?” tanyaku kembali. Mas Abi menggeleng.“Aku juga enggak tahu, Sa. Tiba-tiba saja aku sudah terbangun denganmu di ranjang yang sama. Itu pun sebab suamimu yang menyeret dan memukulku,” ucap Mas Abi sambil meringis menahan nyeri di ujung bibirnya yang berdarah karena ulah suamiku.“Jangan pura-pura kalian. Sudah jelas kulihat dengan kepalaku sendiri kau dan dia tidur dalam satu ranjang bersama. Apalagi dengan penampilanmu yang seperti tadi. Kukira kau memang berubah menjadi wanita yang makin baik. Ternyata
“Sa, aku hanya ingin mengungkapkan perasaan yang selama ini dipendam. Aku sungguh mencintaimu. Maukah kamu menikah denganku?”Mataku membulat tak menyangka dengan pernyataan Mas Abi barusan. Apa yang harus kukatakan? Haruskah aku menerimanya?**“Ma-maaf, Mas. Untuk saat ini aku belum kepikiran memiliki suami kembali. Yang aku lakukan sekarang hanya ingin fokus menata hati dan mengurus anak-anak,” jawabku. Mas Abi tersenyum serta mengangguk.“Aku mengerti, Sa. Tapi, bisakah kamu memberiku kesempatan untuk mengambil hatimu? Membuktikan cinta ini yang besar dan tulus. Jujur, Sa. Baru pertama kalinya aku memiliki perasaan pada seorang wanita. Saat awal bertemu denganmu beberapa tahun silam. Bayanganmu selalu berputar di benakku. Akan tetapi aku sadar kalau statusmu masih bersuami. Makanya setelah perpisahanmu ini, maukah memberiku satu kali saja kesempatan?” Ada harapan besar yang kulihat di manik mata Mas Abi. Aku bimbang antara mengabulkannya atau tidak. Namun, melihat kebaikannya sel
Sejak kejadian di pantai sore itu. Aku selalu merasa gugup dan malu di depan Mas Abi. Namun, seminggu tak bertemu dengannya, selama Mas Abi di Jakarta membuatku merasakan kehilangan. Serasa ada sesuatu yang hampa ketika tak berjumpa dengan dia. Mungkinkah aku sudah terjerat dengan pesonanya? Apakah aku sudah mulai menerima kehadiran Mas Abi?Aku tak tahu apakah ini baik atau tidak karena baru beberapa bulan saja perpisahanku dengan Mas Dirga, perasaanku ini mulai tumbuh nama Mas Abi di dalamnya. Aku tak menyangka, secepat ini kah dia telah menghapus cintaku untuk Mas Dirga? Malam Minggu ini Mas Abi datang kembali. Kami bertemu di Rumah Makan seperti biasa. Dia membawakan berbagai macam oleh-oleh untuk kami. Terutama aku dan anak-anak.“Mas, kenapa banyak sekali yang dibawa? Sebaiknya Mas Abi jangan seperti ini. Aku enggak enak selalu membuat Mas Abi repot.”“Tidak, Sa. Aku enggak ada sedikitpun merasa direpotkan. Bahkan aku senang bisa membawakan sesuatu untuk semuanya. Kebetulan mem
POV Dirga.Perceraianku dengan Alisa tujuh bulan yang lalu benar-benar membuatku terpuruk. Bodoh! Aku memang bodoh telah mengikuti amarah waktu itu. Andaikan saat itu mendengar segala penjelasannya mungkin kali ini dia masih menjadi istriku. Kami masih bisa berkumpul bersama. Meski kutahu Alisa memang menginginkan perpisahan sebelumnya. Akan tetapi tuduhanku terhadapnya membuat dia pasti sangat membenciku sekarang ini.Bagaimana kalau aku datang di hadapannya? Apakah dia akan bersedia kembali lagi padaku dan hidup bersama kembali? Sudikah dia untuk memaafkan segala kesalahanku dahulu?Sekarang aku tahu, Alisa tak bersalah sedikit pun. Bahkan dia dijebak dan difitnah. Anita lah yang merencanakan semuanya. Dia ingin membuatku membenci wanita yang kucintai serta menceraikannya, dan itu berhasil. Kemarin malam, saat aku baru pulang dari kantor tengah malam. Aku ldikejutkan dengan kehadiran Anita di dalam kamar. Bagaimana mungkin dia bisa masuk ke rumah ini? Sedangkan wanita itu tak memil
Aku tak menyangka Mas Dirga datang menemuiku ke Aceh. Sebenarnya dalam benak ini terus bertanya-tanya, mau apa dia datang kemari?Apa maksudnya meminta maaf padaku? Bukankah selama ini Mas Dirga berpikir aku sudah mengkhianatinya? Lalu ... kenapa dia datang kembali dan memohon maaf?Saat Mas Dirga memeluk tadi, jujur ... aku sudah tak merasakan lagi apa pun kepadanya. Mungkinkah Mas Abi sudah berhasil menghapus nama mantan suamiku itu di hati ini? Secepat inikah?Setelah membuat teh hangat untuk Mas Abi, tak sengaja kudengar percakapan antara dua orang pria di ruang tamu itu. Kudengar Mas Abi mengatakan bahwa aku ini calon istrinya. Seulas senyum terbit di bibirku ketika mendengarnya. Sebegitu cinta kah dia sehingga takut sekali kehilanganku?Ada rasa menggelitik di dalam hati ketika tak sengaja mendengarnya. Kulihat ketegangan antara kedua pria itu semakin terasa. Aku tak ingin sampai mereka bertengkar di sini.Aku cepat-cepat masuk ke ruang tamu serta menyuguhkan minuman ini untuk M