Share

Pulang

Penulis: Fefe
last update Terakhir Diperbarui: 2022-05-25 11:29:41

Bayu pov.

Hari berganti bulan, kesibukan ku tidak hanya bekerja di kantor. Tapi juga mengurus Nana dan Hafiz. Tapi hatiku sangat senang dengan adanya mereka, mereka meredam rasa rindu dan bersalah ku pada Nia, bahkan aku sengaja membawa semua berkas kantor ke rumah agar bisa memantau langsung tumbuh kembang mereka, aku tidak ingin kehilangan momen ini, karena hanya terjadi sekali dalam seumur hidupku, aku tidak ingin menyia nyiakan nya.

Meski terkadang aku kewalahan menjaga mereka, karena selama Hafiz pulang, bayi mungil itu selalu rewel meski seorang babysitter selalu menjaga dan bersamanya, Hafiz terkadang rewel dan tidak mau bersama pengasuhnya, terkadang aku heran dengan bayi kecil itu, ia dengan cepat tenang dan terlelap jika bersamaku dan berada di pelukan ku. Meski ini sangat merepotkan tapi aku sangat bersyukur dan sangat bahagia, bahkan aku tidak memiliki waktu untuk diriku sendiri, karena hanya mereka yang aku miliki dan hanya mereka semangat hidup ku, jika tidak ada mereka aku tidak tahu seperti apa hancurnya diri ini setelah kepergian Nia dan setelah mengetahui kegilaan yang Mona lakukan selama menikah dengan ku.

Dan selama itu pula keadaan ku berubah, aku tidak terurus karena malas untuk merawat diri, setelah selesai dengan pekerjaan kantor aku mengambil alih Hafiz dari babysitter yang menjaganya karena dia maupun bi Ijah selalu kewalahan menghadapi kerewelan si kecil menggemaskan itu. Yah … akibatnya tubuhku semakin kurus, karena selalu begadang di malam hari. Hafiz selalu terjaga setiap jam 1 malam sampai subuh bahkan sampai pagi, keadaan ku memang sangat kusut, cambang dan kumis tumbuh begitu lebat, aku memotongnya dengan asal karena selalu berkejaran dengan waktu bersama anak dan berkas kantor. Tapi aku bahagia mengerjakan semua ini, aku semakin mengerti dan bersyukur karena Allah masih memberikan satu kesempatan untuk ku menebus kesalahan pada kedua malaikat kecil ku.

Seperti siang ini, aku menina bobokan Hafiz dengan kasih sayang, agar bayi tiga bulan itu terlelap, karena selama aku di ruang kerja sejak pagi Hafiz selalu rewel dan menangis bersama babysitter nya hingga bi Ijah turun tangan, tapi tetap saja kenakalan yang dilakukan si kecil itu tidak berujung, sampai akhirnya aku menyerah lalu menenangkannya dan kini ia terlelap di dalam pelukan ku sambil menghisap susu favoritnya dari botol dot khusus bayi.

"Wahh… nak Hafiz memang pintar Tuan, dia hanya tenang saat bersama tuan tapi selalu rewel jika bersama kami, " ujar bi Ijah, karena Hafiz dengan manisnya tertidur di pelukan ku, padahal tadi ia menangis sejadi jadinya jika bersama mereka.

"Entahlah bi, aku tidak mengerti kenapa dia begitu rewel seperti itu. " Aku memandangi wajah polos Hafiz, karena ia begitu tenang di dalam pelukan ku.

"Mungkin dia m rindukan mendiang non Nia, Tuan. Maaf saya tidak bermaksud mengingatkan. Tapi bisa saja kan. "

Aku terdiam saat mendengar ucapan bi Ijah, semua itu masuk akal.

"Pa ... Nana juga bosan di rumah terus."

Aku beralih menatap Nana yang sejak tadi diam duduk di pinggiran ranjang sambil memperhatikan aku menidurkan Hafiz.

"Bosan, kenapa Nana tidak bermain saja di taman belakang sayang. Di sana banyak kupu-kupu dan ada prosotan, nama bisa bermain di sana. " Saran ku. Bi Ijah mengangguk membenarkan, karena Nana sejak tadi hanya diam tidak ingin bermain.

Nana menggeleng kecil lalu mengalihkan perhatiannya ke dinding dimana pigura sang ibu terpanjang, hatiku seketika mencelos nyeri melihatnya.

"Kenapa sayang? Apa Nana sudah bosan dengan mainan yang ada? "tanyaku kembali, dan lagi Nana menggeleng.

Aku duduk disampingnya sambil memangku Hafiz yang sudah tertidur nyenyak.

" Ada apa nak? Katakan pada papa. "Bujuku lembut, tidak biasanya Nana murung seperti ini, dia selalu setia menghibur dan selalu membuat ku tertawa.

" Nana ingin pulang, Nana rindu Mama. "

Aku termenggu, ini untuk pertama Nana mengungkapkan rasanya padaku semenjak Nia meninggalkan kami, justru dialah yang selalu menguatkanku diriku saat aku terpuruk.

Aku mencoba tersenyum, meski di dalam hati ini ingin menangis dan berteriak.

'KENAPA HARUS ANAK-ANAK KU YANG MENGALAMI HAL INI'

ingin rasanya aku melontarkan semua itu dengan sekencang kencangnya, Tapi aku sadar, semuanya percuma, waktu tidak akan berputar kembali dan aku sadar tidak akan ada satu kesempatan untukku bersamanya.

"Bi Ijah benar, mungkin anak-anak rindu. Kita pulang sekarang, tolong siapkan keperluan anak-anak, ya. "

Bi Ijah dan babysitter yang ada di sana dengan cepat mengangguk lalu menyiapkan semua perlengkapan seperti yang aku minta, aku tidak ingin menunda-nunda waktu, karena semua ini untuk kebaikan anak-anak ku. Aku akan melakukan apapun untuk mereka. Dan kebetulan besok adalah akhir pekan, aku ingin menghabiskan waktu berlibur sepuasnya dengan mereka di rumah kami.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Menjadi Pembantu Maduku   Tentang Nila

    Nila pov) Cukup lama aku aku mencoba memejamkan mata, tapi mata ini enggan untuk terlelap, jangankan untuk terlelap, rasa kantuk pun enggan hinggap padahal jam sudah menunjukkan pukul 1 dini hari, tapi mata ini tetap tidak mau terpejam dan tidur setelah kejadian tadi. Aahh… dia memang selalu membuat ku ingin gila. Batin ku bersua jika mengingat semua kejadian demi kejadian bersangkutan dengannya. Kriit!Pintu terbuka, orang yang aku pikirkan sejak tadi kini masuk dan menghampiri ku. "Kenapa kau tidak tidur? " tegurnya basa basi. Ku tatap mata hitamnya dengan lekat, apa dia tidak sedang mengigau? Kenapa malam-malam seperti ini kemari. "Kau sendiri? Kenapa kesini? " balas ku cuek, aku sengaja bersikap seperti ini karena aku tidak ingin dia menganggapku mudah terpengaruh, mengingat dia tahu siapa aku ini, dan aku juga memang ingin berubah menjadi yang lebih baik demi ibuku. "Apa salahnya? " balasannya merasa tidak bersalah. "Bay, apa kau sadar dengan apa yang kau lakukan? " tany

  • Menjadi Pembantu Maduku   Rasa yang sama

    (Pov Bayu) Aku semakin merasa serbasalah, karena setelah kejadian tadi siang, Nila tidak bertegur sapa dengan ku, jangankan bertegur sapa, saat makan malam bersama Nila tidak adanya percakapan di antara mereka begitu juga Nana, gadisku seolah-olah sengaja mendiamkan aku setelah kejadian tadi. Setelah makan malam mereka berdua berlalu begitu saja kembali ke kamar, aku semakin bingung harus melakukan apa, karena aku tahu semua ini adalah kesalahan ku, semua berawal dari diriku. Andaikan aku tidak membawa masuk Mona ke dalam keluarga ini, semuanya tidak akan pernah terjadi. "Hahhh…." Kuhela nafas dalam sembari menatap langit langit ruang makan setelah aku sendirian di sini. "Lebih baik, bapak susul nak Nila. "Aku menoleh di mana bi Ijah berdiri di sampingku, karena ia tengah membereskan makan malam yang sudah usai. "Saya takut bi, " lirih ku jujur, karena aku memang sedikit takut saat melihat reaksi Nila saat membalas perlakuan Mona. "Saya yakin Tuan, nak Nila tidak seperti itu, d

  • Menjadi Pembantu Maduku   Nila murka, Mona merana

    Hari semakin sore, Nana mulai merasa jenuh di kamar, karena ia hanya menghabiskan waktu untuk menggambar dan belajar bersama Nila. "Ma… Nana bosan. "Nila yang tengah mengganti pokok Hafiz menatap wajah memelas Nana lalu tersenyum gemas. "Oooh… bosan? "Nana mengangguk membenarkan lalu menutup buku gambarnya. "Baiklah, sekarang Nana turun ke bawah saja, ya. Nanti Mama susul, adik Hafiz lapar, setelah urusan Mama selesai, Mama akan susul Nana di bawah. "Nana mengangguk lalu dengan senang memungut satu boneka kesayangannya dan membawanya lebih dulu ke lantai bawah. Dengan langkah riang Nana menuruni tangga, sembari bernyanyi-nyanyi, karena memang jam seperti ini semua pembantu yang bekerja di rumah itu sedang sibuk melakukan tugas mereka, Nana melangkah dengan hati-hati hingga ia sampai di lantai bawah dan disana tatapannya tidak sengaja tertuju pada seorang wanita yang selama ini pergi dari rumah, wanita itu kini tengah menyeret koper besar di tangannya dengan omelan dan ocehan se

  • Menjadi Pembantu Maduku   Candaan membawa kebahagiaan

    Suara riuh di ruang makan pasti terjadi di pagi hari, saat Nana menolak babysitter menyuapi nya sarapan, karena Nana hanya ingin makan satupun sarapan bersama Nila, wanita yang mirip dengan ibunya. Tapi karena kesibukan Nila mengurus Hafiz, dengan terpaksa ia mengabaikan Nana terlebih dahulu, karena Hafiz pagi ini juga tidak mau bersama babysitter. "Bersama, nenek saja, ya. Bukan kah Nana harus segera ke sekolah. " Bujuk bi Ijah mengambil alih piring sarapan Nana dari babysitter. "Tidak mau, Nana maunya sama, mama… . "Rengek Nana memalas,karena Nila masih di kamar belum bergabung dengan mereka di meja makan sarapan. " Tapi, sayang. Mama sedang menjaga adik Hafiz, Nana sama nenek dulu, ya. "Nana menggeleng cepat menolak, bi Ijah menghela nafas dalam karena selama ini memang Nana dan Hafiz sangat sulit dikendalikan jika tidak bersama Nila. "Pokoknya, Nana mau mama, Nana mau makan bersama Mama saja, titik. " Sentak Nana sembari menghentakkan kakinya ke lantai. Bayu yang baru bergab

  • Menjadi Pembantu Maduku   Mimpi

    Sementara di kamar lain Bayu menangis sejadi-jadinya saat ingatannya terus tertuju pada Nia, karena rasa bersalah dan sesal semakin bertambah setelah kejadian tadi, ia kembali melakukan pengkhianatan untuk kesekian kalinya pada Nia istrinya, padahal Bayu telah berjanji pada dirinya sendiri, ia akan berubah dan memulainya dari awal agar menjadi diri dan pribadi yang lebih baik lagi untuk anak-anak mereka, meski sosok yang harus dirinya perjuangkan tidak lagi bersamanya, tapi Bayu sudah bertekad untuk terus menembus semua dengan caranya selalu setia pada Nia. Akan tetapi malam ini ia kembali mengulang kesalahan yang sama, kesalahan yang seharusnya tidak ia lakukan, yang lebih parahnya lagi dirinya tidak bisa membedakan Nia dan orang lain. "Hiks… Maaf sayang, hiks... Maafkan aku. Hiks... " Isak Bayu dalam penyesalan terdalamnya sembari meringkuk di atas tempat tidur. "Aku, hiks… tidak mengerti, hiks… apa yang sebenarnya terjadi. Hiks... Dan rencana apa ini, hiks... Kenapa dia begitu mi

  • Menjadi Pembantu Maduku   Perasaan Nila

    Minggu-minggu berganti begitu cepat, Nila sangat menikmati hari-harinya setelah bekerja menjadi babysitter Nana dan Hafiz, bahkan ia selalu sukses menggoda Bayu saat mereka sedang berdua, meski sejujurnya Nila melakukan semua itu tidak lebih agar bisa membuat perasaan bersalah Bayu sedikit berkurang, karena dari iris mata duda tampan itu setiap memandangnya menyiratkan penyesalan yang mendalam dan kesedihan. Itu sebabnya Nila selalu melancarkan aksinya menggoda majikannya itu, meski ia tidak bisa membohongi perasaannya sendiri, jika dirinya cukup tertarik dengan duda beranak dua itu.Akan tetapi Nila memiliki batasan, dirinya sadar jika semua itu tabu untuknya terus melangkah, itu sebabnya Nila memilih menikmati keadaan yang tercipta setiap kali ia menggoda Bayu. Seperti malam ini, Bayu menemani Nana sebentar di kamar mereka, karena Nila tengah menyusui Hafiz, Bayu tidak ingin membuat membuat Nila kelelahan menjaga kedua anaknya, itu sebabnya ia turun tangan langsung mengurus Nana sa

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status