Home / Romansa / Menjadi Pengasuh Anak Presdir yang Kutinggalkan / BAB 2. PAK PRESDIR, INGIN MENEMUKAN DALENA

Share

BAB 2. PAK PRESDIR, INGIN MENEMUKAN DALENA

Author: Te Anastasia
last update Last Updated: 2024-04-24 23:06:42

Hari sudah larut malam, tapi Dalena masih luntang-lantung di jalanan. Kepalanya pusing karena ia bingung mencari tempat tinggal.

“Ke mana... Aku harus ke mana setelah ini? Aku tidak punya siapa-siapa lagi sekarang,” lirih Dalena berjuang menahan air matanya yang akan menetes.

Tiba-tiba, setetes demi setetes air langit pun turun perlahan. Bila malam ini hujan deras, habislah Dalena menjadi seorang gelandangan.

Dalena hendak berteduh, namun sebuah mobil berwarna putih berhenti tepat di depannya.

Muncul dari dalam mobil itu seorang laki-laki tampan, berambut hitam, berbalut kemeja biru langit menatap Dalena dengan wajah cemas.

“Dalena?!” pekik laki-laki itu sembari mendekatinya.

“Heins …”

“Astaga, kenapa kau membawa tas besar seperti ini? Apa yang terjadi?!”

Tatapan mata Heins terlihat terkejut melihat keadaan Dalena yang mengenaskan.

Laki-laki itu adalah teman lama sekaligus kakak tingkatnya di sekolah dulu. Seingat Dalena, Heins kini sudah menjadi dokter muda yang memiliki karier gemilang.

Dalena berkaca-kaca menatap Heins. “Bibi Calestia, di-dia...”

“Dia mengusirmu?”

Dalena mengangguk. Air mata jatuh membasahi pipinya. “Mereka ingin menjualku pada laki-laki hidung belang, tapi... tapi aku—”

Dalena tidak menyelesaikan ceritanya, dadanya terlalu sesak hingga ia hanya bisa terus menangis.

“Ya Tuhan … Sudah, tenanglah,” kata laki-laki itu menepuk lembut punggung Dalena.

Heins terbilang cukup dekat dengan Dalena meskipun hanya berteman semasa sekolah dulu.

Dia juga tahu bagaimana perlakuan buruk keluarga paman gadis itu. Bahkan sejak bersekolah, Dalena selalu disiksa dan mendapatkan perlakukan buruk.

“Tinggallah denganku, Dalena. Aku sama sekali tidak keberatan untuk hal ini. Bagaimana?” tawar Heins ketika Dalena sudah tampak lebih tenang.

“Tapi Heins... Apa aku tidak merepotkanmu?” tanya Dalena berkaca-kaca.

Heins menggelengkan kepalanya dan tersenyum tulus. Laki-laki itu langsung meraih tas besar milik Dalena dan mengajaknya masuk ke dalam mobil.

“Ayo.”

Sepanjang perjalanan menuju rumah Heins, Dalena terus dihibur untuk tidak sedih oleh pria itu. Heins benar-benar sosok yang sangat baik.

Beberapa menit kemudian, mereka sampai di sebuah rumah berlantai dua yang berada di perumahan di tengah kota Barcelona. Rumah besar itu milik Heins, si dokter muda yang sukses.

“Ayo, jangan ragu-ragu. Anggap saja rumah sendiri. Di sini tidak ada siapapun, jadi jangan takut,” ajak Heins membawa tas milik Dalena di tangannya.

“Terima kasih banyak Heins,” ucap Dalena lirih.

Laki-laki itu mengangguk tulus. Dia mengajak Dalena masuk ke dalam rumah megahnya.

Heins juga menunjukkan beberapa kamar, hingga Dalena bebas memilih ingin tidur di kamar mana saja.

Sungguh … Dalena tidak tahu harus membalas kebaikan Heins dengan cara apa.

“Heins … terima kasih banyak. Aku akan tinggal di sini sampai aku menemukan tempat tinggal yang baru,” ujar Dalena.

“Tidak perlu buru-buru untuk hal itu. Tinggallah di sini sampai kapanpun kau mau. Aku tidak akan pernah mengusirmu atau keberatan dengan kehadiranmu, oke?” Heins membungkukkan badannya menatap wajah cantik gadis itu lekat-lekat.

Kilatan mata penuh luka itu … Heins tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi pada Dalena, namun rona ceria yang biasanya Dalena pancarkan kini benar-benar sirna.

Heins mengulurkan tangannya mengusap rambut panjang Dalena yang tergerai. Dia merasa sayang dengan teman perempuan yang dulu selalu membantunya ini.

Dulu, Dalena menjadi orang pertama yang selalu mendengarkan keluh kesah Heins. Kini saatnya dia yang harus membantu Dalena.

“Sekarang masuk ke dalam kamar. Bersihkan tubuhmu dan makan malam bersamaku, setelah itu baru istirahatlah.”

Senyuman tipis beserta anggukan Dalena berikan.

Setelah itu dia masuk ke kamar yang jauh lebih mewah dibandingkan kamarnya di tempat sang Paman dan Bibi. Gadis itu meletakkan tas besarnya di atas ranjang.

Dalena langsung ke kamar mandi. Satu persatu pakaiannya pun ia lepaskan, jatuhnya dress itu bersamaan dengan menetesnya air matanya.

Amarah dan kekecewaan yang besar menyala di hatinya begitu bercak-bercak merah di tubuhnya sangat jelas terlihat.

Dalena terduduk di lantai kamar mandi menundukkan kepalanya dan membiarkan air shower mengguyurnya.

“Aku tidak boleh menyerah sampai di sini … aku harus terus bertahan,” lirih Dalena dengan dada yang terasa sesak.

“Ayah, Ibu … doakan aku dari atas sana, ya?”

**

Di dalam sebuah ruangan berbusana abu-abu, seorang laki-laki berbalut tuxedo hitam duduk di kursi agungnya menatap dua orang laki-laki berpakaian serba hitam yang berdiri penuh hormat di depannya.

Damien Escalante, seorang CEO ternama sekaligus miliarder yang sangat disegani.

Laki-laki berwajah tampan itu bersedekap, kedua alisnya menukik tajam, matanya menatap dingin dan tajam pada kedua orang kepercayaannya.

“Bagaimana? Kau sudah menemukan informasi tentang gadis yang semalam berada di dalam kamar itu?” tanya Damien dengan iris hitam tajamnya yang berkilat.

“Belum, Tuan. Dalam rekaman CCTV di lorong pun dia tidak diketahui pergi ke mana,” ungkap salah satu anak buahnya.

“Mencari satu gadis pun kalian tidak becus, hah?!” berang Damien berdiri menggebrak meja dengan penuh emosi.

Dua anak buahnya pun langsung tertunduk.

Rahang Damien mengetat mengingat dirinya meniduri seorang gadis dengan sembarangan, terlebih lagi gadis itu ternyata masih suci.

Damien merasa tertarik dan ingin mencari gadis itu sampai ia berhasil menemukannya.

“Cari gadis itu sampai ketemu! Aku tidak peduli meskipun kalian harus mencarinya sampai ke ujung dunia!” perintah Damien dengan nada penuh penekanan.

“Baik, Tuan. Kami akan mencarinya lebih teliti lagi.”

“Cepat pergi! Dan bawa dia ke hadapanku!” berang Sang Tuan mengusir.

Kedua anak buahnya pun melangkah pergi menutup pintu ruangan tersebut.

Damien menyergah napasnya kasar. Ia beranjak dari duduknya dan melangkah berjalan mendekati dinding kaca yang menunjukkan pemandangan kota Barcelona yang tengah terguyur hujan.

“Gadis itu, dia masih suci dan... Sial! Bagaimana bisa aku melakukannya?!” gerutu Damien mengutuk dirinya yang semalam mabuk berat.

Dalam benaknya, terbayang samar wajah cantik gadis muda itu. Damien ingin menggali ingatannya lebih dalam, tapi bayangan itu malah semakin mengabur.

Hal ini membuatnya frustrasi dan kesal.

Damien mengepalkan tangannya di dinding kaca dengan raut dipenuhi rasa geram dan penasaran.

“Siapa pun dirimu Nona, kau tidak akan mudah terlepas dariku begitu saja! Aku akan menemukanmu, cepat atau lambat!”

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Sry Waty
cerita yg bagus
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Menjadi Pengasuh Anak Presdir yang Kutinggalkan   UJUNG KISAH YANG BERBAHAGIA

    Sejak pagi hingga sore hari, di kediaman Keluarga Escalante sangat sibuk. Mereka menyiapkan pesta keluarga untuk malam ini. Hingga siang berganti malam, rumah megah berlantai dua itu nampak dihiasi dengan meriah lampu-lampu di luar rumah, maupun di dalam rumah. Dalena tersenyum melihat anak-anaknya berkumpul bersama. "Baru kali ini acara akhir tahun menjadi sangat meriah, iya kan, Sayang?" Dalena menoleh pada sang suami yang berdiri di sampingnya."Iya. Mungkin itu semua karena kita bisa melihat anak-anak kita, menantu kita, cucu kita berkumpul bersama. Sangat membahagiakan, Sayang." Damien merangkul pundak Dalena memperhatikan pemandangan ruangan di dalam rumah yang sudah dihias dengan indah oleh Cassel dan Nicholas sejak siang tadi. Sampai tiba-tiba saja, Elsa dan Gissele muncul dari arah lantai dua. Di sana nampak Gissele cemberut dan bersedekap dengan wajah kesalnya. "Ada apa, Sayang? Sini..." Damien melambaikan tangannya pada Gissele. Dalena juga ikut melambaikan tangannya

  • Menjadi Pengasuh Anak Presdir yang Kutinggalkan   BAB 316. (CASSEL STORY) - Musim Dingin Dalam Kehangatan

    Salju turun cukup tebal kemarin, dan siang ini Cassel mengajak anak istrinya untuk pergi membelikan beberapa makanan, dan juga hadiah. Mereka akan menghabiskan beberapa hari di musim dingin bersama dengan keluarga Cassel. Mereka bertiga datang ke sebuah pusat perbelanjaan. Di sana, Gissele sibuk memilih mainan, camilan, dan hiasan-hiasan yang menarik perhatiannya. "Sayang, jangan mengambil gantungan banyak-banyak, nanti mau ditaruh di mana lagi?" Elsa merebut beberapa boneka gantung yang Gissele ambil. "Gissele mau itu, Ma!" seru bocah itu menunjuk ke sebuah lonceng-lonceng kecil. "Astaga ... untuk apa, Sayang?" Elsa mengusap wajahnya. "Sana, Gissele sama Papa saja. Minta gendong Papa." Anak itu cemberut. Kalau sudah bersama Papanya, dia tidak akan diturunkan dari stroller. Namun, meskipun dengan wajah protes, Gissele pun patuh dengan Elsa dan anak itu mendekati Cassel, meminta gendong dan meminta didudukkan di atas stroller miliknya. "Sudah ... Gissele duduk di sana saja, se

  • Menjadi Pengasuh Anak Presdir yang Kutinggalkan   BAB 315. (CASSEL STORY) - Kita Adalah Dua Insan yang Saling Melengkapi

    "Mommy dan Daddy ingin kalian menginap di sini. Kapan kalian bisa? Daddy ingin membuat party bersama kalian juga..." Suara di balik panggilan itu adalah suara Dalena yang kini bertanya pada Elsa dan Cassel. Setelah hampir tiga mingguan Cassel dan Elsa tidak datang ke kediaman orang tuanya karena sibuk. "Mungkin besok malam kita akan ke sana Mom, besok kan sudah mulai libur akhir tahun," jawab Cassel tersenyum."Iya. Janji ya, Nak ... Mommy sudah sangat kangen dengan Cucu cantik Mommy," ujar wanita itu. Cassel beranjak dari duduknya, laki-laki itu melangkah masuk ke dalam kamar. Dia menunjukkan kamera ponselnya ke arah Gissele yang kini tengah mengacau pekerjaan Elsa. Karena Elsa mempunyai banyak pesanan hingga menyentuh hampir seribu bouquet selama musim dingin ini, dia pun membawa beberapa bunga dan membentuknya di rumah. "Sayang, dicari Oma, katanya Oma kangen," ujar Cassel menyerahkan ponselnya pada Gissele.Anak cantik dengan rambut pirang cerah itu langsung melebarkan kedua

  • Menjadi Pengasuh Anak Presdir yang Kutinggalkan   BAB 314. (CASSEL STORY) - Waktu Untuk Berdua

    Pagi setelah menginap di tempat orang tua Cassel, esok harinya Elsa nampak sibuk di rumah. Gadis itu kini tampak bergelut dengan beberapa pekerjaan rumah, termasuk membuat banyak kue yang akan ia antarkan ke panti asuhan seperti biasa. "Mama buat kue banyak sekali? Mau dibawa ke panti, ya?" tanya Gissele yang kini membantu Mamanya memasukkan beberapa kue dalam sebuah box. "Iya Sayang. Tapi Gissele tidak usah ikut, ya ... Gissele di rumah saja dengan Tante Raccel dan Oma," ujar Elsa menatap putrinya. Dan dengan patuh Raccel menyetujui hal itu. Bukan tanpa alasan Raccel melarang putri kecilnya untuk ikut, melainkan sejak awal, pengurus panti meminta Elsa untuk tidak sering-sering lagi membawa Gissele ke panti, mereka takut Gissele ingat masa dulu dan tidak mau pulang lagi ke rumah. Anak perempuan itu mengangguk patuh, namun dia cemberut, seolah-olah dia memang tidak setuju dengan apa yang Mamanya pinta padanya. "Mama, hari ini Gissele mau pergi beli sepatu baru kata Papa," ujar an

  • Menjadi Pengasuh Anak Presdir yang Kutinggalkan   BAB 313. (CASSEL STORY) - Apapun Keputusanmu, Sayang

    Setelah kondisi Elsa kembali sehat, Cassel pun memutuskan untuk mengajak istrinya pergi jalan-jalan bersamanya dan putri mereka.Setelah puas menemani Gissele bermain di taman dan game zone, mereka bertiga kini pergi ke rumah orang tua Cassel. Kedatangan mereka disambut dengan sangat hangat, terlebih lagi di sana ada Raccel dan anak kembarnya. "Wahh, Cucu Oma akhirnya ke sini juga!" seru Dalena mengendong Gissele dan mengecup pipi gembul anak itu. "Gissele...!" Suara Raccel membuat Gissele menoleh, anak perempuan dengan dress merah muda itu langsung berlari ke arah Raccel di ruang tengah. Sementara Elsa, gadis itu meletakkan paper bag berisi makanan di atas meja, dan Cassel juga berjalan ke dapur mengambil minuman dingin. "Raccel di sini sejak kapan, Mom? Nicho ke mana?" tanya Cassel menatap sang Mama. "Nicholas sedang ada urusan kantor dengan Daddy, mereka ke luar kota, Sayang. Raccel memang sekarang Mommy minta untuk pindah ke sini, merawat Lovia dan Livia sendirian itu sangat

  • Menjadi Pengasuh Anak Presdir yang Kutinggalkan   BAB 312. (CASSEL STORY) - Anakku Tersayang...

    "Dokter Cassel, apakah ada jadwal yang lain lagi hari ini?" Cassel menoleh ke belakang saat rekannya bertanya, begitu Cassel keluar dari ruangan operasi. Cassel menggelengkan kepalanya. "Tidak dok. Aku akan pulang cepat hari ini karena istriku sedang sakit," jawab Cassel sembari tersenyum. "Oh begitu, baiklah..." Tanpa menjawab apapun lagi, Cassel segera bergegas keluar dari dalam ruangan itu dan ia berjalan ke arah ruangannya sendiri.Laki-laki dengan jas putih itu membuka ruangan pribadinya. Di sana, Cassel langsung meraih ponsel miliknya dan ia melihat apakah dirinya mendapatkan pesan dari Elsa atau tidak?Cassel menghela napasnya panjang dan tersenyum. Baru saja dia ingin melihat pesan, Elsa sudah memberikan kabar lebih dulu padanya."Hemm, tumben sekali dia memintaku membawakan makanan? Biasanya juga selalu menolak," gumam Cassel. Segera Cassel menghubungi Elsa. "Halo Sayang, kau ingin menitip makanan apa, hem?" tanya laki-laki itu. "Bukan aku. Tapi Gissele, dia ingin mela

  • Menjadi Pengasuh Anak Presdir yang Kutinggalkan   BAB 311. (CASSEL STORY) - Suamiku yang Super Perhatian

    Tak biasanya Gissele bangun saat hari masih petang. Anak kecil perempuan dengan rambut cokelat terang itu, sudah bermain di karpet tebal di bawah ranjang. Ocehannya yang sedang asik mengajak bonekanya berbincang itu membuat Cassel terbangun dari tidurnya tiba-tiba. Cassel yang memeluk Elsa pun sontak melepaskannya dan ia menoleh ke samping. "Loh, Gissele!" pekiknya lirih. "Papa ... Gissele di sini, Pa!" seru anak perempuan itu mengacungkan tangannya. Cassel menyergah napasnya pelan mengetahui putri kecilnya berada di bawah sana. Segera Cassel menyibak selimutnya dan berjalan mendekati Gissele yang duduk memegang mainannya. "Sayang, kenapa di sini? Ini masih petang, Gissele tidak mengantuk, hem?" tanya Cassel mengusap pucuk kepala putri kecilnya. Anak itu hanya diam dan menggelengkan kepalanya. Sebelum akhirnya Gissele merangkak mengambil botol susu miliknya dan menyerahkan pada Cassel."Apa Sayang?" tanya Cassel menatap sang putri."Buatkan susu, Pa. Gissele mau minum susu," u

  • Menjadi Pengasuh Anak Presdir yang Kutinggalkan   Bab 310. (CASSEL STORY) - Keluarga Kecilku yang Sempurna

    Elsa dan Cassel menuhi permintaan Luna untuk datang ke sebuah rumah makan mewah di sebuah hotel berbintang malam ini. Tentunya Elsa membawa Gissele yang kini tidak mau berjalan kaki, setelah punya stroller baru, dia ingin memamerkan stroller miliknya pada semua orang. Termasuk pada Nenek dan Kakeknya.Mereka bertiga pun kini baru saja masuk ke dalam restoran tersebut. "Emmm ... di mana, Ma?" tanya Gissele menoleh ke kanan dan ke kiri dalam kereta kecilnya. "Gissele Sayang!" pekik Luna melambaikan tangannya ke arah Elsa dan Cassel. Mereka pun menoleh. "Oh, ternyata di sana!" seru Elsa terkekeh.Segera Cassel mendorong stroller milik Gissele dan mereka berjalan mendekati meja di mana kedua orang tua Elsa berada. Luna dan suaminya pun berada di sana."Ya ampun, Cucu Nenek lucu sekali," seru Vania mengangkat tubuh mungil Gissele dari atas stroller."Naik kereta baru, Sayang? Punya kereta warnanya merah muda, bagus sekali..." Teddy ikut gembira dengan kedatangan Gissele. Elsa bersala

  • Menjadi Pengasuh Anak Presdir yang Kutinggalkan   BAB 309. (CASSEL STORY) - Keluarga Bahagia yang Cassel Impikan

    Elsa mengantarkan makan siang yang ia siapkan untuk Cassel siang ini. Bersama dengan Gissele, mereka berdua berjalan masuk ke dalam rumah sakit. Semua rekan-rekan Cassel menyapa Elsa dengan ramahnya, karena mereka semua tahu siapa Elsa sebenarnya, yang tak lain adalah istri dari calon direktur rumah sakit. "Selamat siang Nyonya Elsa," sapa salah satu rekan kerja suaminya, dia adalah Dokter Agnes. "Selamat siang, Dokter Agnes ... emm, apa suami saya masih ada jadwal operasi?" tanya Elsa bertanya pada wanita si depannya itu. "Oh, sepertinya sudah selesai. Saya melihat beliau tadi berada di ruangannya," jawab Agnes. "Baiklah, kalau begitu saya permisi dulu..." "Iya Nyonya, silakan..."Elsa pun bergegas kembali mendorong stroller di mana Gissele duduk di dalam tempat itu sambil meminum susunya di dalam botol. Mereka berdua berjalan menuju ke arah ruangan kerja Cassel. Di sana, Elsa mengetuk pintu ruangan tersebut. Pintu itu tidak sepenuhnya ditutup. Hingga Cassel yang sedang beris

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status