Share

BAB 3. NYAWA BARU DALAM PERUT DALENA

Beberapa minggu sudah berlalu dan Delena tetap tinggal di kediaman Heins. Dalena juga sudah mendapatkan pekerjaan di sebuah rumah makan.

Namun, beberapa hari ini ia absen bekerja lantaran Dalena merasakan tubuhnya lemas dan selalu mual tiap kali usai makan dan menghirup aroma daging.

Pagi ini pun Dalena mual-mual di dalam kamar mandi, hingga mengundang curiga Heins yang beberapa hari ini terus memperhatikannya.

“Dalena,” panggil Heins masuk ke dalam kamar Dalena dengan berhati-hati.

Laki-laki itu menatap Dalena yang kini keluar dari dalam kamar mandi dengan wajah pucat.

“Berbaringlah, aku akan memeriksamu,” ujar Heins membantu Dalena.

Gadis itu berbaring. Heins mengambil peralatannya sebelum memeriksa betul-betul kondisi Dalena.

“Aku tidak papa kan, Heins?” tanya Dalena lemah.

Heins tertegun. Bagaimana mungkin ia akan diam saja dengan pemeriksaan yang cukup mengejutkankannya ini?

“Maaf kalau aku lancang. Tapi kalau boleh aku bertanya, apa kau mengalami terlambat masa datang bulan?” tanya Heins menatap Dalena ragu.

“Aku...” Dalena menggantung ucapannya dan mulai menyadari hal ini. “Aku memang terlambat bulan ini.”

Ekspresi Dalena jauh lebih pucat, telapak tangannya meraba perutnya yang rata di balik dress abu-abu yang dia pakai dan membuatnya terdiam dipenuhi rasa takut.

“Kau sedang hamil, Dalena,” ungkap Heins pada akhirnya.

Tubuh Dalena seakan dihantam batu besar. Ia menatap Heins antara ingin menjerit tak percaya dan marah pada fakta yang terjadi.

Air mata lolos di pipi putihnya, seketika terbayang malam panas waktu itu dengan laki-laki yang kini menjadi sosok yang coba Dalena lupakan diam-diam.

Gadis itu menutup wajah dengan kedua telapak tangannya dan menangis sesenggukan.

“Tidak mungkin, Heins, ini tidak mungkin! Kau pasti salah!”

Tapi dugaan Heins tidak salah, Dalena memang benar-benar hamil.

Dia sering menerima pasien dengan keluhan yang sama seperti Dalena, tapi satu hal yang membuat Heins bertanya-tanya. Bagaimana bisa?

“Tenang Dalena, tenang!” bujuk laki-laki itu sabar.

“Bagaimana aku bisa tenang, Heins? Aku tidak mungkin bisa menghidupi anak ini di saat aku bahkan nyaris tidak bisa menghidupi diri sendiri!” sentak Dalena frustrasi.

Hidupnya terpontang-panting tanpa orang tua maupun sanak saudara, menumpang di rumah temannya, dan kini ia sedang hamil anak pria asing yang tidak mungkin Dalena minta pertanggung jawaban.

Pria itu adalah pebisnis ternama dan paling disegani di kota Barcelona. Sosok laki-laki yang hidupnya selalu disorot karena kekayaan dan kesuksesan besar.

Damien Escalante ….

Mana mungkin Dalena berani meminta tanggung jawab pada laki-laki itu! Dia hanya akan dianggap orang rendahan tak penting olehnya!

Menatap wajah takut Dalena, Heins pun mengusap pundak gadis itu dengan penuh rasa iba.

“Siapa pria itu, Dalena?” tanya Heins.

Raut wajah Dalena memerah ketakutan. “Di-dia, dia tidak mungkin bisa bertanggung jawab. Jangan, tidak boleh, aku tidak mau...”

Gadis itu menggelengkan kepalanya kuat-kuat, tangisannya semakin pecah seketika Dalena mengingat wajah tampan laki-laki malam itu.

“Bagaimana bisa kau sampai melakukan hal itu, Dalena...” Heins mengusap air mata Dalena, kepedihan sahabatnya pun ia rasakan juga.

“Aku dijebak Heins. Bibi dan sepupuku berniat menjualku dan membuatku mabuk, Kelara memasukkan obat di dalam minumanku dan aku malah ... Malam itu aku dan laki-laki asing, dia—”

Dalena tak kuasa bercerita, dia kembali menangis terluka. Heins memeluk Dalena dan memintanya untuk tetap tenang.

“Kau tidak sendirian, ada aku di sini. Aku akan membantumu, Dalena.”

“Heins, aku tidak ingin anakku tahu siapa Papanya. Jangan sampai aku bertemu dengan pria itu lagi.”

Mendengar hal itu, Heins pun semakin curiga sebenarnya siapa laki-laki brengsek yang telah menghamili Dalena.

Sekuat mungkin Dalena berusaha tegar dan berdamai dengan keadaan menyedihkan yang menimpanya kini. Ia sudah berjanji akan membesarkan buah hatinya dalam keadaan apapun.

Dalena tertunduk menatap perutnya yang datar.

‘Jangan khawatir, aku akan menjaga dan merawatmu. Aku akan membawamu pergi jauh setelah ini.’

**

PRANG!

“Tidak berguna! Bodoh kalian semua! Bodoh!”

Teriakan keras bersamaan dengan suara terlemparnya beberapa barang di atas meja kerja karena sapuan tangan seorang Damien.

Laki-laki dengan tuxedo hitam tersebut tengah marah besar pada semua orang suruhannya yang mengatakan kalau gadis yang dia cari selama ini telah pergi dari kota itu.

“Kalian tidak bisa mengelabui aku! Gadis itu pasti masih ada di Barcelona!” berang Damien berapi-api.

Dia frustrasi mencari keberadaan gadis yang membuatnya tidak bisa tidur setiap malam. Gadis yang selalu ingin Damien genggam, tepatnya setelah malam panas yang terjadi di antara mereka.

“Maaf Tuan … sekali pun ada, mungkin akan sulit ditemukan. Kami tidak tahu latar belakang gadis itu,” jelas Thom, tangan kanan Damien.

Satu bulan lebih dia mencari-cari gadis itu hampir ke seluruh pelosok kota Barcelona. Damien yakin kalau gadis itu tidak jauh, dia pasti bersembunyi.

Semakin memikirkannya, semakin besar pula rasa ketertarikan Demien Escalante pada gadis itu.

Damien tidak akan melepaskan apa yang sudah pernah menjadi miliknya, termasuk gadis yang kini menjadi buruannya.

“Aku akan mencarinya sendiri!” tegas Damien.

Thom menatap Tuan Mudanya yang kini berdiri dengan kedua tangan terkepal.

“Tapi Tuan, ke mana Tuan akan mencarinya?”

“Ke semua tempat! Aku pasti akan menemukan gadis itu!”

Sudah lelah Thom dengan Tuannya ini. Laki-laki dua puluh delapan tahun itu sosok yang keras kepala, pemarah, dan segala yang ia inginkan harus dia dapatkan.

“Apa yang akan Tuan Damien lakukan bila Tuan menemukan gadis itu?”

Damien menatap Thom dengan tatapan tajam. “Aku akan menikahinya!” katanya dengan rahang mengeras.

“Gadis itu membuat kesabaranku habis. Aku sendiri yang akan menangkapnya!”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status