Share

Menjadi Pengasuh Anak Presdir yang Kutinggalkan
Menjadi Pengasuh Anak Presdir yang Kutinggalkan
Author: Te Anastasia

BAB 1. MALAM PANAS YANG PANJANG

“Oh ... ternyata ini pertama kali untukmu,” bisik suara berat itu. “Kau masih perawan, Nona.”

Kecupan dan sentuhan panas di atas permukaan kulit lembut Dalena membuat kepalanya terasa kosong. Ia tak kuasa menahan gairah yang memuncak, dan menginginkan sentuhan yang lebih panas dari laki-laki itu.

“Tu-Tuan …” lirih Dalena di sela desahan yang saling bersahutan.

Gadis itu bahkan tak sanggup untuk sekedar membuka lebar matanya karena terlalu pusing dan terlena. Pandangannya mengabur, aroma alkohol yang pekat menguar dari tubuhnya dan lelaki asing itu.

Dalena meringis saat merasakan nyeri di inti tubuhnya. “Tuan, tolong berhenti sebentar ...”

Sejenak laki-laki itu terdiam, mengusap air mata di pipi Dalena dengan lembut. Ia membubuhkan kecupan ringan di sudut matanya, menenangkan Dalena.

Tangan gadis itu masih melingkar di lehernya. Dalena merasa gila karena tubuhnya langsung merespon dengan cepat tiap sentuhan laki-laki ini.

“Aku tidak bisa berhenti, Manis. Kau yang memulainya. Kau yang meminta aku melakukan ini,” bisik pemilik suara bariton itu, kembali menyerang Dalena dengan cumbuan.

Gairah kembali menyelimuti keduanya. Dalena seakan lupa bahwa ia tidak mengenal pria itu sama sekali. Dia bahkan tidak ingat bagaimana dirinya bisa berakhir di sini.

“Tuan ...!” Dalena memejamkan kedua matanya erat dan meremas kuat punggung laki-laki itu ketika ia melanjutkan gerakannya.

Setelahnya, tidak ada suara apapun selain napas berat keduanya yang memenuhi kamar hotel, sampai mereka sama-sama meraih kenikmatan masing-masing.

Napas Dalena tersengal-sengal dan sekujur tubuh lemas tak berdaya. Wajahnya yang basah disapu lembut oleh telapak tangan besar laki-laki tampan itu sebelum dia memeluknya.

“Tidurlah, aku akan memelukmu …”

**

“Akh, tubuhku ...”

Suara erangan pelan terucap lirih dari bibir Dalena. Tubuhnya seperti hancur dan tulangnya terasa remuk. Gadis itu hendak beranjak bangun sebelum terasa sesuatu yang hangat dan berat melilit perutnya.

Sesuatu berembus hangat membuat di leher Dalena membuat gadis itu merinding tak berani bergerak. Kehangatan selimut dan kulit tubuh yang saling menyentuh, membuat Dalena bergetar hebat.

“Astaga!” Dalena berucap tanpa suara.

Ingatan segera terkumpul. Semalam dia bercinta dengan laki-laki asing yang sama sekali tidak ia kenali!

Dalena membekap mulutnya dengan air mata berdesakan. “Tidak, tidak mungkin ...”

Dengan keberanian yang tipis Dalena menoleh menatap wajah tampan laki-laki berwajah tampan yang terlelap mendekap erat tubuh Dalena yang polos.

Bagai sambaran petir mengejutkannya setelah Dalena menatap wajah laki-laki asing itu. Ketakutan merasuki pikiran dan hati Dalena dengan cepat.

‘Laki-laki ini … Bukankah dia pebisnis yang terkenal itu?! Ba-bagaimana bisa dia dan aku …’

Sosok laki-laki bertubuh tinggi besar, berparas tampan menawan, memiliki rambut hitam dan berkulit putih bersih. Sosok pebisnis ternama dan kaya raya yang sering disorot oleh dunia, hingga semua orang tahu betapa berkuasa dan hebatnya laki-laki ini.

‘Damien Escalante!’ batinnya berteriak.

Dalena gemetar dengan hanya menatapnya dari jarak sedekat ini.

Dengan penuh kehati-hatian, Dalena menjauhkan lengan kekar laki-laki itu dari pinggangnya dan bergegas turun perlahan-lahan dari atas ranjang.

“Sial ...” Dalena memejamkan kedua matanya saat merasakan nyeri dan sakit pada inti tubuhnya. “Aku harus cepat, jangan sampai laki-laki ini bangun sebelum aku pergi!”

Menahan rasa sakitnya, Dalena pun memunguti semua pakaiannya yang berserakan di lantai, memakainya dengan cepat sebelum ia bergegas pergi keluar dari dalam kamar hotel dan meninggalkan laki-laki tampan yang masih tertidur.

Dalena berjalan tertatih di lorong hotel. Kesedihan menyergapnya saat sadar bahwa sepupunya telah meninggalkannya hingga mabuk dan berakhir tidur dengan laki-laki asing.

“Kenapa... kenapa mereka setega itu padaku?” lirih Dalena menahan tangis seraya berjalan dengan cepat.

Sepanjang perjalanan pulang menuju rumah, Dalena merapikan penampilannya. Gadis itu harap-harap cemas karena ia sangat takut dengan Bibinya yang galak.

Namun, Dalena berhak marah pada sepupunya, Kelara, sebab dialah penyebab terjadinya kejadian semalam.

“Ke mana saja kau semalam hah!? Kenapa kau menghilang?!” amuk Bibinya, sambil mendekati Dalena dengan wajah penuh amarah begitu ia membuka pintu.

“Kelara menjebakku Bi, dia meninggalkanku di hotel! Aku—”

“Bukan itu maksud Mamaku, Dalena!” pekik Kelara menyahuti.

Wanita paruh baya itu mendekati Dalena dan mengapit dagu kecilnya dengan kasar.

“Kenapa kau malah menghilang? Harusnya semalam kau melayani seseorang yang sudah memesanmu, Bodoh! Ke mana kau semalam?!”

Tubuh Dalena terdorong hingga punggungnya menabrak dinding.

“Kau tahu, akibat kebodohanmu itu kami yang kena imbasnya! Kami harus ganti rugi ulah bodohmu!” teriak Kelara sambil menuding wajah Dalena.

Dalena menatap kedua orang itu dengan wajah memerah. “Ka-kalian berniat menjualku?”

Kini, bukan hanya tubuhnya yang sakit, namun hati dan hidupnya pun tidak baik-baik saja. Ia tidak percaya kerabat terdekatnya akan berbuat sejauh ini.

“Kenapa kalian tega melakukan hal ini padaku? Kurang apa selama ini aku pada kalian semua?!” berang Dalena putus asa.

“Kau sudah mendapatkan segalanya dari semua orang, perhatian, pujian. Gara-gara kau, semua orang tidak menatapku!” balas Kelara meneriakinya.

“Kalian tidak punya hati! Kalian menghancurkan masa depanku …” lirih Dalena mundur beberapa langkah.

“Kami tidak peduli! Kau memang tidak berguna, Dalena! Tak ada gunanya juga kau di sini!” Bibinya mendorong Dalena hingga keluar dari dalam rumah.

Gadis itu terjatuh dan menangis tertunduk menatap kedua punggung tangannya yang gemetar.

Teganya mereka masih menyalahkan Dalena karena rencana yang gagal … di saat mereka tidak tahu bahwa kesucian Dalena telah terenggut oleh pria asing!

“Kelara, ambil tas dan semua pakaian milik gadis ini!” perintah Calestia pada putrinya, membuat Dalena langsung tersentak.

“Bi-Bibi... Apa yang akan Bibi lakukan? Ini rumah peninggalan Mama—”

“Aku tidak peduli! Aku sudah muak melihatmu di sini. Sekarang aku harus pusing memikirkan ganti rugi karena semalam kau menghilang! Dasar bodoh!” teriak Calestia menepis tangan Dalena.

Gadis itu bersimpuh di atas kedua lututnya sambil memegang tangan sang Bibi dan menangis memohon.

“Bibi jangan usir Dalena... Ke mana Dalena pergi kalau Bibi mengusirku? Rumah ini peninggalan mendiang Mama dan—”

BRUK!

Suara tas besar berisi pakaian dilemparkan tepat di hadapan Dalena.

Kelara bersungut-sungut menatap Dalena dengan penuh kekesalan di hatinya. “Pergi sialan!” berangnya sambil menendang tas milik Dalena.

“Pergi! Angkat kakimu dari sini sebelum aku menyeretmu ke depan!” Calestia menunjuk ke arah gerbang.

Dalena meraih tas miliknya dan suara tangisannya pun lenyap. Ia mengusap air matanya yang terus menetes sembari bangkit perlahan-lahan.

Bersamaan langkah kaki Dalena pergi meninggalkan teras, pintu rumah itu pun ditutup dengan keras.

Setiap langkah Dalena menangis dan bingung apa yang harus dia lakukan saat ini, dia sungguh tak punya siapa-siapa lagi.

Dalena menyentuh dadanya yang terasa sesak. “Aku harus pergi ke mana ...”

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status