"Bukankah dia Mariane?""Ah, jika yang kau maksud adalah Mariane, anak haram yang menjadi perusak rumah tangga orang dan suka menggoda banyak pria ... maka kau benar. Ya, itu adalah wanita tak tahu malu yang kau maksud itu!""Ck! Aku rasa dia tidak secantik itu. Tetapi kenapa bahkan sampai banyak pria yang mengejar-ngejarnya?""Wanita yang lahir dengan cara yang tidak benar, tentu saja akan berakhir dengan tidak benar juga!""Menjijikan."Itu semua bukanlah kata-kata baru yang didengarkan oleh Mariane. Hampir seluruh hidupnya ia selalu mendengar hal itu, sedari kecil.Tidak seperti pertama kali mendengarnya, di umurnya yang sudah menginjak lebih 20 tahun ini Mariane tidak merasakan perasaan apapun saat mendengar segala macam umpatan dan bisikan tak menyenangkan tentang dirinya.Bahkan rasanya ia sudah sangat bosan untuk mendengar semua itu.'Sungguh, tak adakah kata-kata lain yang lebih kreatif dari semua itu? Sungguh membosankan!' Mariane yang tampak tak berpengaruh apapun atas semua
Tidak seperti Kerajaan lain, Kerajaan Deimos memiliki beberapa gelar kehormatan. Salah satunya adalah Yessa yang berarti wanita mulia. Dan gelar itu diberikan kepada Asteria Ternis, sang protagonis cerita ini."Yang Mulia ...," gumam Asteria sembari menatap sendu Isidore.Seolah merasa tak enak hati, Asteria melirik tipis-tipis sang Ratu yang memilih asik untuk makan hidangan miliknya sendiri."Makanlah yang banyak, Yessa!" titah Isidore sekali lagi. Dengan pelafalan dan penekanan yang jelas.Eudora pun tersenyum kecut dengan sangat tipis.'Benar-benar membosankan!' batin Eudora dalam hati. 'Aku tak tahu kalau aku akan mengalami kehidupan yang mematikan seperti ini tetapi juga sangat membosankan. Bagaimana bisa aku harus hidup lagi di takdir sialan seperti ini!'Sungguh demi apapun, Eudora rasanya ingin memaki Dewa sekarang juga.Takdir kehidupan keduanya adalah takdir dari yang paling buruk. Bukan hanya karena dia akan menjadi penjahat kejam yang mati dengan sangat mengenaskan, tetap
Seketika Eudora langsung terkesiap kaget. Ia langsung memutar badannya untuk melihat ke arah sumber suara.Suara bariton yang berat, tentu saja ia bisa menebak suara siapa itu.Itu adalah suara sang Raja. Isidore!"Ya-Yang Mulia?" beo Eudora yang semakin tertegun melihat Raja ada di hadapannya saat ini.'Tu-tunggu dulu! Tetapi ... kenapa dia ada di sini? Di kamarku? Kamar Eudora! Ratu jahat dan wanita yang dibenci pemeran utama pria!' batin Eudora yang semakin tersesat dari akal sehat.Tidak seperti Eudora yang menampilkan wajah yang terdistorsi, Isidore justru semakin menatap Eudora dengan sangat dingin. Mengunci dengan begitu erat, seolah ingin menancapkan cakarnya."Ternyata benar—" Suara berat yang mampu membuat siapapun menggigil. "—kalau kau memang memiliki rencana yang kau sembunyikan, bukan?"Isidore berjalan mengikis jarak antar keduanya. Langkah demi langkah seperti meninggalkan jejak ketegangan yang mencekik. Aura biru yang dingin sedingin kutub utara."A-apa yang Anda maks
Isidore termangu di dalam pelukan keheningan malam. Malam yang begitu gelap dengan kabut tipis warna putih, taburan bintang menjadi pancaran alami yang nyata. Ruangan yang cukup luas bergaya yunani dengan pencahayaan dari kristal ajaib yang terbuat dari sihir. Tampak tenang namun juga cukup sepi. Isidore duduk di sofa tunggal miliknya sembari menikmati cerutu kesukaannya. Berpakaian tipis, sebuah jubah tidur yang terbuat dari kain sutra, Isidore tampak semakin memukau dengan bagian tubuh atasnya yang tercetak dengan jelas. Kepulan asap cerutu memenuhi ruangan. "Eudora Circe ...," gumam Isidore lirih. Pandangannya sudah sangat tajam lurus ke depan, seolah sedang menangkap satu objek tak kasat mata yang sedang ia bayangkan saat ini. "Sebenarnya apa yang sudah dialami oleh wanita itu?" gumamnya lagi. "Dilihat dari manapun laporan yang datang padaku, tampaknya sangat tak mungkin baginya tiba-tiba berubah begitu saja." Setelah kembali dari kamar pribadi sang Ratu, Isidore langsung m
“Yang Mulia …,” seru Tily yang kini masih mencoba untuk mengimbangi langkah dari Eudora.“Yang Mulia, apakah Anda benar-benar akan pergi ke perpustakaan?” tanya Tily.Eudora tersenyum tipis, di mana ia sudah penuh energi positif pagi ini. Energi yang siap untuk mengubah agendanya yang sungguh tak bermakna sama sekali.“Aku yakin kalau aku sudah mengucapkan hal itu dengan jelas, Tily. Tetapi kenapa kau sepertinya tak bisa mendengar dengan jelas?” ucap Eudora tanpa menghentikan langkah kakinya sedikitpun. Menyusuri setiap lorong untuk menuju ke perpustakaan Kerajaan.Tentu saja Tily mendengar dengan jelas!Bukan karena ia tak mendengar dengan jelas apa yang diinginkan Ratunya itu—sehingga membuatnya seperti bingung dengan perubahan agenda yang tiba-tiba hari ini—melainkan ia bingung dengan perubahan Ratu itu sendiri!‘Sebenarnya apa yang terjadi pada Ratu?!’ rasanya Tily ingin berteriak, namun hanya bisa ia sampaikan dalam alam bawah sadarnya saja.“Lalu bagaimana dengan agenda yang sud
"Aku tak menyangka kalau buku-buku di dunia ini begitu sangat bagus dan menarik!" gumam Eudora dengan merekahkan senyumannya. Bahkan kini matanya sudah sangat berbinar tatkala ia sudah menyelesaikan buku yang kesekian kalinya yang ia baca hari ini. Eudora memang terlalu sibuk sampai tak tahu bahwa waktu sudah berlalu dengan sangat cepat. Buku-buku yang ia baca benar-benar begitu menarik luar biasa. Tidak, tetapi rasanya buku-buku di dunia novel ini jauh lebih menarik dibanding dengan buku-buku yang ada di dunianya dulu. Buku mengenai hal-hal yang tak masuk akal. Mulai dari sihir, dan berbagai hal-hal aneh lainnya. Dunia yang ada dan ia tempati ini memang bukan dunia biasa yang normal-normal saja seperti dunianya dulu. Jika bisa dikatakan, dunia ini jauh dari kata 'membosankan' yang selalu ia katakan! Dunia yang memiliki sistem sihir. Sistem kerajaan yang begitu kental. Saint maupun saintess yang memiliki kekuatan suci. Sword master yang berpusat pada kekuatan aura dalam tubuh. Pen
Benar-benar konyol! Sinting!Eudora jelas sudah membelalakkan matanya dengan sangat tajam. Menatap buku yang sedari tadi ia inginkan. Sebuah buku perihal sejarah Kerajaan Deimos. Tetapi ....'Kenapa buku ini berubah menjadi buku mesum?!' pekik Eudora dalam hati. 'Matiku! Tidak, tetapi aku benar-benar mati kali ini!'"Sungguh mengejutkan, Ratu. Ternyata seleramu juga begitu vulgar dan sangat provokatif—""Tidak!" sahut Eudora langsung. Memotong ucapan sang Raja sembari menatap suaminya itu dengan tajam.Sungguh, ia yakin kalau saat ini wajahnya sudah seperti tomat rebus."Eghm ... bu-bukan seperti itu! Ini tidak seperti yang Anda pikir, Yang Mulia!"—bisa gawat kalau aku dicurigai ingin merayunya dengan cara ini!"Tidak seperti yang aku pikir? Memangnya apa yang saat ini aku pikirkan, Ratu?" Sedikit mengerutkan dahinya, Isidore seolah sedang berpikir keras."Saya tahu apa yang Anda pikirkan, Yang Mulia. Tentu saja apapun itu yang Anda pikirkan adalah sebuah kesalahan!"—bukankah tadi baj
Dengan cepat Eudora langsung berlari begitu saja. Meninggalkan sang Raja dengan cara paling tidak sopan, seharusnya.Eudora berlari menuju kamarnya. Bahkan ia juga tak mengindahkan sapaan pelayan yang mendapati akan kedatangannya. Tanpa ba-bi-bu, Eudora langsung menutup pintu kamarnya. Terdiam dan membatu sembari menempelkan dahinya di dinding pintu.Napasnya cukup tersengal-sengal saat ini.Jangan lupakan dengan wajahnya yang sudah sangat memerah, karena saat ini rona merah matang itu masih begitu jelas. Rasanya wajahnya sudah mendidih bukan main."A-apa-apaan itu tadi?" gumam Eudora sembari menangkup dadanya dengan sebelah tangan yang masih memegang buku mesum itu."Di-dia ... menciumku? Tidak, tetapi baru saja dia benar-benar menciumku!" gumamnya sekali lagi.Masih tidak percaya atas apa yang baru saja terjadi, Eudora memegang bibirnya dengan perlahan. "Baru saja aku ... aku berciuman! Benar-benar berciuman!"Bukan sebuah kecupan, tetapi berciuman. Bukan dicium, tetapi benar-benar