Pada akhirnya Isidore harus kalah dengan desakan ajudan setianya. Entah atas dasar apa dan kenapa ia mengikuti saran Versus, tetapi kali ini ia benar-benar sudah keluar dari istana dan menuju ke bazar malam pusat kota.Tentu saja Isidore keluar dengan menyamar. Menggunakan tudung warna gelap yang menutupi rambut birunya—rambut yang merupakan ciri-ciri keluarga Kerajaan.Isidore melirik ke arah ajudannya yang sedang mengawalnya juga itu. Versus berjalan dengan wajah berseri karena sarannya dikabulkan oleh Isidore. "Apa kau benar-benar sesenang itu, Versus?""Tentu saja, Yang Mulia! Dengan Yessa yang tak lagi marah kepada Anda, maka harapan semua orang akan terkabul!" seru Versus penuh kegembiraan di wajahnya.Isidore, dia hanya bisa mendengus berat sembari memutar bola matanya dengan jengah.Tanpa menanggapi serius Versus yang sedang kegembiraan sendiri seperti melihat kedua orang tuanya akur setelah bertengkar hebat, Isidore pun memikirkan satu hal yang tampak cemerlang. Cara agar dia
Rasanya waktu benar-benar berhenti.Bukan karena Eudora yang terpaku dan terhanyut oleh pernyataan Isidore, si Raja kematiannya itu, untuk mengajak berkencan. Tetapi karena ia seperti mendengar keputusan hukuman mati untuknya!Tetapi pada akhirnya ia tak bisa menolak permintaan Raja, bukan? Dia masih ingin hidup lebih panjang!'Sebenarnya apa yang dilakukan oleh malaikat maut ini? Kenapa dia tiba-tiba menginginkan permintaan konyol? Berkencan? Sungguh konyol!' batin Eudora dengan hati yang was-was.Ia kini sedang berjalan beriringan dengan malaikat mautnya sendiri. Di tengah malam dan udara yang semakin dingin. Bukankah ini waktu yang pas bagi malaikat maut untuk turun ke bumi dan membunuh manusia?"Aku rasa saat ini wajahku benar-benar akan berlubang jika kau terus menatapku seperti itu, Ratu!" ucap Isidore dengan pandangan yang masih lurus ke depan.Tanpa melihat ke arah samping pun, Isidore bisa mengetahui kalau saat ini Ratunya itu sedang menatapnya dengan sangat tajam. Seperti in
"Bakar hidup-hidup penjahat itu!""Bunuh dia!""Penggal kepalanya!""Dasar penjahat kejam! Berani-beraninya kau mengacaukan negara dan juga membunuh calon Ratu masa depan!"Semua teriakan dan makian menggema di seluruh jalanan menuju alun-alun kota. Sumpah serapah yang diiringi oleh lemparan berbagai kotoran dan batu, menjadi pemandangan yang mengerikan yang didapatkan seorang wanita.Wanita berambut blonde yang lurus dan indah, kini tak ada lagi keindahan. Karena rambutnya yang terpotong berantakan, pendek, kumal, serta hampir setengah botak. Pun tubuhnya yang dulu mulus, seputih dan sehalus sutra, kini hanya ada goresan luka dan begitu kering kerontang.Tubuh penuh luka, wajah dengan berbagai memar, adalah penampilan dari sang Ratu Kerajaan Deimos yang dulu begitu cantik. Bahkan menjadi wanita paling cantik di sepenjuru benua.Ratu Eudora Circe, seorang putri dari Kerajaan seberang yang menikah politik dengan Raja Kerajaan Deimos, Raja Isidore Von De Eryx."Dasar pelacur jahat!""Pe
Seorang wanita dengan perlahan membuka matanya. Dia yang sedang berbaring di atas ranjang yang besar dan di tengah-tengah ruangan yang luas. Tirai lembut sedikit transparan, menari-nari akibat angin panas dan sejuk dari luar yang menghantamnya. Cahaya mentari yang terang, menyelinap masuk tanpa permisi. Membuat sang empunya mata yang baru saja terbuka itu, sedikit merengit. Menutupi netranya yang kesulitan akibat penerimaan cahaya yang terlalu banyak. Tak lama kemudian, wanita itu pun perlahan mengangkat tubuh bagian atasnya. Tangannya di atas sprei dikubur untuk menopangnya. Lalu dengan perlahan, wanita itu turun dari ranjang tempatnya tertidur tadi. Ia melihat sekeliling yang ada di sekitarnya. Ia berada di sebuah tenda! Merasa asing, ia pun berjalan dan melangkahkan kakinya untuk keluar dari tempat ini. Seketika tepat saat ia berhasil keluar dari tenda, kamar tidur tempatnya berbaring dan membuka mata, ia pun langsung melebarkan bola matanya seketika. Melihat apa yang menjadi pe
Eudora bangkit dan berjalan ke meja rias. Dia menatap pantulan di cermin. Di mana bayangan wajahnya kini terlihat sangat jelas. Wajah yang sangat asing baginya.Dia semakin menelisik setiap detail wajahnya di dekat cermin lalu mengulurkan tangan untuk melihatnya. Eudora yang kini berada tepat di depan cermin mengulurkan tangan dan menekankan telapak tangannya ke bayangan dirinya yang ada di dalam cermin.Eudora Circe.Eudora mengerutkan alisnya. Bibirnya bergerak-gerak dari sisi ke sisi, lalu dia menjulurkan lidahnya. Pun ia juga membuat berbagai ekspresi tajam dan dingin. Berkerut keras seperti seorang antagonis. Lalu dia memiringkan kepalanya, miring dengan satu tangan di dagunya.Bayangan wanita yang ada di cermin menyalin semua tindakan.Wanita di cermin itu memiliki rambut yang cukup panjang. Rambut hitam lurusnya menjuntai ke pinggangnya. Matanya juga hitam.Itu akrab dengan karakteristik luar dari orang-orang di mana Mariane, jiwa yang menempati tubuh Eudora, dilahirkan dan dib
Pelayan itu kembali bersuara dengan lirih bergumam, "Saya harus mendapatkan seekor sapi." Bellion sangat senang dengan makanan yang akan segera dimakan dan dengan patuh bergerak saat pelayannya menarik. Isidore mengambil langkah dan mengamati sekelilingnya dengan cepat. Dia tidak bisa melihat wajah satu orang pun. Dia adalah orang yang tidak akan pernah jatuh ke posisi ini di mana dia bisa mengingatkan orang-orang di sekitarnya tentang posisinya tanpa banyak usaha. 'Ada yang salah.' Isidore bertanya-tanya kepada dirinya sendiri. Seolah merasakan memang ada sesuatu yang salah. Atau lebih tepatnya ada sesuatu yang kurang? "Hemm sudahlah mungkin hanya perasaanku saja," gumam Isidore lagi dengan lirih. "Yang Mulia, apa ada yang mengganggu Anda?" Versus—salah satu ajudannya, bertanya seolah melihat ada hal yang salah dengan Rajanya. "Tidak, lupakan!" sahut Isidore datar. Verus berdiri berdampingan dengan sang Raja, yang sedang mengiringi dan melayaninya. Para pelayan yang lain juga
Mata Yessa membelalak mendengarkan penuturan dari sang Raja yang tampak kesal saat ini. "Yang mulia. Jika Anda bilang begitu ...," gumamnya lirih sedikit penunjukkan raut khawatir. "Aku tidak bicara omong kosong tentang hal itu, Yessa, jadi apa yang kamu khawatirkan?" Nampaknya Isidore tak setuju dengan Yessa yang seolah menunjukkan kekhawatirannya yang sia-sia. "Yang mulia ... Ratu yang sedikit keras," gumam Yessa lagi, menekankan kalau dia mencoba untuk memahami sang Ratu. "Ck! Kasar yang biasa membuat kematian orang tiap kali ia marah?" sahut Isidore dengan tatapan yang tajam. "Itu tetap akan berlanjut jika aku memaklumi hal itu!" Isidore bergumam kesal. Jumlah abdi dalem yang terbunuh oleh hukuman fisik Ratu cukup besar. Ada alasan untuk hukuman, tetapi dalam pandangan Isidore, tidak ada yang melakukan dosa berat yang pantas mendapatkan hukuman hingga membuat mereka kehilangan nyawa. Ratu sungguh sudah sangat kelewatan! Para pengamat menenangkan Raja dan mencoba untuk memaham
Mariane Vandes yang kini telah merasuki tubuh Ratu terkejam sepanjang sejarah Kerajaan Deimos, seolah sudah menyatu dengan kenyataan yang terjadi. Ini semua bukan mimpi dan bukan khayalan konyol di siang hari. Mariane benar-benar sudah menjadi seorang Ratu Kerajaan Deimos, Eudora Circe. Tentu itu bukan hal yang baik! Setelah mendengar kabar terbaru bahwa Sang Raja telah kembali, Eudora tak bisa menikmati waktu dengan tenang. Seperti saat ini, Eudora sudah cukup lama hanya bolak-balik ke sana kemari dengan menggigit kecil kuku ibu jarinya. Wajahnya yang terdistorsi dengan ketidak tenangan menjadi objek yang jelas. "Raja telah kembali ... Raja ...," gumam Eudora lirih. "Raja Isidore, pria kejam yang menjadi suami Eudora Circe. Pria yang tak lain adalah malaikat maut Eudora. Malaikat maut diriku saat ini!" Seketika ia langsung menghentikan langkah kakinya. Wajahnya bahkan mungkin sudah sangat masam penuh penekanan yang rumit. Dengan pucat dan lesu, ia pun memusatkan pandangannya ke