Share

Empat

Author: Jehe
last update Huling Na-update: 2024-06-16 18:03:12

Ternyata Elgar akan pulang lebih larut hari ini, dan Saphire berencana akan pulang mengingat ia hanya izin hingga sore hari saja.

Elgar menyempatkan diri untuk mengantar Saphire hingga ke tempat mobil beserta supir nya berada. "Pak, anter Saphire pulang." ucap Elgar.

"Baik Pangeran." bergegas sang supir menghidupkan mobil untuk di panaskan terlebih dahulu.

Waktu tersebut di manfaatkan untuk waktu Elgar dan Saphire berbicara. "Besok ke Sekolah sendiri tidak apa?" tanya Elgar.

"Kenapa?" itu hanya sekedar pertanyaan pada Elgar bukan seperti pertanyaan menuntut.

"Kalau aku tidak bisa berurusan dengan mu, itu tandanya ada urusan untuk Anggar." ucap Elgar.

"Jadi di hidup kamu hanya Aku dan Anggar saja??" tanya Saphire dengan senyum yang menggoda Elgar.

"Lebih tepatnya untuk saat ini, kesibukan ku di isi dengan kamu dan Anggar." Elgat menjelaskan.

"Ouh begitu, baiklah. Sampai ketemu besok kalau begitu Pangeran Mahkota."

"Juga, sayang ku."

Jangan tanya bagaimana keadaan jantung Saphire sekarang, sudah pasti nya berdetak kencang luar biasa tidak main main. Untung saja Saphire udah lama dengan Elgar dan dapat menahannya, bagaimana dengan perempuan lain yang hanya sesekali bersama Elgar? Saphire yakin pasti perempuan itu akan pingsan di tempat dan mengeluarkan darah dari hidung nya.

Mobil sudah siap, san seperti biasa Elgar meraih tanga Saphire untuk di kecup nya.

"Hati hati." ucap Elgar.

"Semangat latihan kembali." timpal Saphire.

Mobil mewah itu sudah berjalan menjauh dari tempat asalnya, mengantarkan Saphire hingga rumah atas perintah dari Elgar.

"Sedang apa kamu di sini?"

Elgar berbalik menatap ke arah sumber suara. Tengah berdiri seorang gadis di sana yang masih mengenakan pakaian Anggar, yang kurang hanya penutup wajah nya dan pedang nya.

"Mengantar Saphire, Milya." jawab Elgar.

"Ouh begitu." ujar Milya.

Milya Arsyanda dia adalah salah atu perempuan yang masuk ke club Anggar bersama dengan Elgar, dan juga Milya ini merupakan anak dari wakil raja dari ayah Elgar.

Setelahnya Elgar kembali masuk dan akan memulai latihan lagi. Seluruh badan nya sudah bermandikan keringat dan rasa rasa nya ia ingin sekali membereskan latihan lalu langsung menyegarkan diri.

Sementara Milya belum menyusul Elgar untuk masuk ke dalam, ia mendadak lupa tujuan apa yang membawanya datang keluar seperti ini. Karena belum juga teringat Milya memilih masuk saja biar nanti ingatan nya itu datang sendiri.

Di sisi Saphire, gadis itu meminta pada Pak supir untuk menurunkan nya di jalan yang sedikit lebih jauh dari letak rumah nya.

"Nona memangnya ingin kemana? biar saya antar, karena Nona sudah di titipkan pada saya oleh Pangeran Elgar." ucap sang supir ketika Saphire akan turun dari mobil.

"Engga perlu pak, aku memang ingin berkunjung ke suatu tempat, urusan Elgar itu jadi urusan aku aja pak, bapak jangan khawatir ya." ucap Saphire pasti.

"Baik kalau begitu Nona, saya tidak bisa memaksa lagi."

"Terima kasih ya pak sudah di antar."

"Sama sama Nona, saya akan kembali."

Saphire menatap mobil itu yang terus melaju, tujuan ia meminta untuk di turun kan jauh dari rumah memang akan pergi ke suatu tempat, jadi tidak ada unsur kebohongan sama sekali.

Kaki Saphire melangkah pelan menikmati sore hari yang cukup cerah ini. Dan di sinilah tempatnya, padang rumput yang luas tertampil di hadapannya, udara segar memenuhi paru paru Saphire. Saking luasnya padang rumput ini, mata Saphire bahkan tidak dapat melihat bangunan rumah di jung sana. Khayalan Saphire adalah akan lebih indah lagi kalau di tengah padang rumput ini terdapat danau atau sungai yang mengalir, jangan lupa bunga bunga yang akan ada di setiap sisinya, juga pepohonan yang menghasilkan buah buah manis, pasti nya akan lebih banyak lagi orang yang berkunjung ke mari sekedar untuk menghilangkan stress.

"Permisi, minta tolong untuk menjaga anak ini sampai aku kembali untuk membawanya lagi."

Tanpa sempat bertanya di tangan Saphire sudah ada anak mungkin berusia enam bulan tertidur di gendongan nya.

"Tapi mau kemana kamu?" tanya Saphire pada pemuda itu.

"Aku harus mengejar maling, waktu ku tidak banyak aku titip anak ini, dan aku berjanji akan mengambil nya lagi." ucap lelaki itu terburu buru, setelah nya ia kembali berlari menjauh dari Saphire, seperti nya akan kembali ke daerah pemukiman.

Pandangan Saphire jatuh pada wajah anak lelaki yang sedang tertidur damai di gendongan nya, hati Saphire semakin tenang melihat pemandangan saat ini.

Saphire memilih duduk di atas rumput hijau, pegal juga kalau menggendong bayi subur sambil berdiri tegak seperti tadi. Sesekali angin menghembus pada mereka berdua, dan Saphire yang akan memeluk sang anak atau mungkin dapat di sebut bayi ini.

Ada pergerakan dari si bayi membuat Saphire memperhatikan begitu dalam, mungkin saja bayi ini akan bangun.

Dan benar saja dugaan Saphire, mata si bayi perlahan terbuka masih mengerjap ngerjap menerima cahaya yang masuk pada matanya.

"Jangan di garuk." tangan Saphire lebih dulu menahan tangan yang lebih kecil itu.

"Ung."

"Gemas sekali suara mu."

"Aku lupa menanyakan nama mu pada lelaki tadi, bagaimana aku bisa memanggil mu? mau aku panggil bayi saja?" tanya Saphire pada si bayi, yang di balas dengan tawa tak bersuara.

"Baiklah, aku akan memanggil mu dengan bayi sampai aku mengetahui siapa nama mu bayi."

"Uhmm." tangan kecil nan gemuk si bayi meraih raih wajah Saphire.

melihat itu Saphire mendekatkan wajah nya pada tangan si bayi, wajah Saphire di usap dan terkadang di tepuk tepuk.

"Agh." suara si bayi.

"Kenapa teriak teriak bayi?"

"ummumu." si bayi memasukan tangan ke dalam mulut tanpa gigi itu, mata nya tak teralihkan dari Saphire.

Dan tak henti nya Saphire menyebutkan gemas pada bayi satu ini. Ingin rasa nya ia miliki satu tapi belum waktu nya memikirkan itu.

Karena malam semakin larut Saphire memilih untuk membawa pergi bayi ini ke rumah nya saja, tidak baik angin malam untuk bayi sekecil ini bukan. Bagaimana nanti reaksi ibu dan bapak nya kalau tiba tiba ia membawa bayi ke rumah.

Ada beberapa langkah Saphire berjalan, sudah ada lelaki yang memberi bayi ini padanya sedang berjalan ke arah mereka berdua. Seperti nya lelaki itu akan membawa si bayi sesuai dengan ucapannya tadi.

"Terima kasih sudah menjaga nya."

"Sama sama."

Saphire memberikan si bayi pada lelaki itu. Dan reaksi si bayi langsung merasa tidak nyaman, tangannya meraih raih untuk di gendong kembali oleh Saphire.

"Sebentar saja aku titip, anak ini tidak mau berpisah." ucap lelaki berkulit tan itu.

"Haha, lucu sekali. Sampai jumpa bayi, bila sudah takdir kita akan bertemu kembali."

Si bayi benar benar memperhatikan Saphire yang berbicara, seakan menganggap kalimat yang di ucap Saphire itu benar benar akan menjadi kenyataan. "Apuuuhgn."

Dengan ragu Saphire melihat pada lelaki yang menggendong si bayi. Merasa di tatap, si lelaki itu memberikan ekspresi seakan bertanya 'ada apa?' lalu Elok berkata "Boleh aku mencium pipi si bayi?"

"Silahkan."

Segera Saphire membungkuk kan badan supaya sejajar dengan si bayi, lalu mengecup pipi tembam itu. "Terima kasih sudah menyukai ku." ucap Saphire pada si bayi.

Badan nya sudah kembali tegak dan menatap si lelaki. "Dan Terima kasih sudah menitipkan si bayi pada ku."

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Menjadi Rebutan Putra Mahkota dan Anak Mentri   Delapanpuluhtiga

    "Eh.""Kamu baik baik saja?" Segera Saphire berdiri dan merapikan penampilan nya walau tidak membuahkan hasil sama sekali. "Ya, sejauh ini baik baik saja." "Jangan bohong seperti itu, anak kecil saja tau kalau kamu sedang tidak baik baik saja." "Mungkin tadi iya, tapi sekarang sudah tidak apa apa, terima kasih atas perhatiannya Guru."Tatapan prihatin sekaligus kasihan itu di peruntukan untuk Saphire, tidak sekali dua kali sang Guru melihat sesuatu hal yang terjadi pada anak didiknya itu. Kadang kala penampilan nya tidak begitu rapi dengan perundungan yang sebelum nya di alami. Dan entah mengapa tetapi pihak Royal tidak juga untuk membuka mata tentan masalah ini, seakan selalu tertutupi oleh berita yang lebih besar. "Pakai sapu tangan ini, setidak nya untuk menyeka air air yang menetes." "Terima kasih lagi, aku akan menggunakan nya dan di kembalikan secepatnya Guru." "Tidak perlu terburu buru, tidak apa. Itu untuk mu saja, aku memberikan nya." "Baiklah." "Aku tidak bisa berl

  • Menjadi Rebutan Putra Mahkota dan Anak Mentri   Delapanpuluhdua

    Saphire berbalik, cukup terkejut karena bagaimana Elgar mengetahui keberadaan nya di hari kemarin. Apa Elgar juga mengirim seseorang untuk memata matai diri nya? "Kenapa kamu bisa tahu?" tanya Saphire. "Tidak peduli dari mana aku mengetahui nya, yang jelas, jawab pertanyaan ku Saphire." ujar Elgar. Saphire menimang nimang apakah ia harus berbohong atau tidak, kalau ia berbohong pasti Elgar sudah mengetahui kebenaran nya, bila sebalik nya Elgar pasti tidak suka karena Saphire telah berbohong. "Kemarin aku menemani Miguel berlatih." cicit Saphire. Elgar mengeraskan rahang nya. "Dan boleh aku tahu kenapa kamu melakukan nya?" tanya Elgar masih menahan dirinya. "Apa kamu di paksa?" tanya Elgar dengan Saphire yang masih terdiam karena merasa takut. "Ah sudah ku kira, kamu telah di paksa untuk ikut bersama dengan nya." ucap Elgar. "Tidak." "Lalu apa, Saphire." "Aku menemani Miguel karena atas keinginan ku sendiri, tidak ada paksaan dari Miguel ataupun dari orang lain." "Ken

  • Menjadi Rebutan Putra Mahkota dan Anak Mentri   Delapanpuluhsatu

    "Saphire." "Ya? kenapa?" "Bisa bantu aku untuk membawa buku di perpustakaan? karena permintaan dari guru selanjutnya.""Baiklah, ayo." Bisa di hitung jari Saphire berinteraksi dengan teman teman se ruangan nya, karena ia yang selalu bersama Maria dan ia merasa cukup dengan Maria saja tidak peduli dengan yang lain, oh atau mungkin bisa di tambah dengan dua teman nya di kegiatan seni tanah liat, dan juga Miguel. Bila mengenai Elgar, itu akan menjadi hal lain yang bagi Saphire. Entah akan menganggapnya sebagai apa yang pasti ada nya Elgar di kehidupan Saphire menjadi pengaruh begitu besar pada saat saat itu. "Ini buku nya Saphire, aku sudah membagi dua nya. Jadi tidak akan berat membawa." "Kemari kan." pinta Saphire untuk bagiannya. Saphire kira perjalanan nya menuku ruangan kembali akan lancar tanpa hambatan apapun, tetapi ternyata di depan ruangan yang Saphire dan teman teman nya tempati ada sekitar tiga orang yang menunggu di sana, entah siapa yang di tunggu. "Oh, ini dia manu

  • Menjadi Rebutan Putra Mahkota dan Anak Mentri   Delapanpuluh

    "Apa kamu menunggu lama?" tanya Miguel.Posisi Saphire yang sebelumnya membelakangi Miguel, kini mereka berdua tengah berhadapan. Saphire memperhatikan penampilan yang berbeda dari Miguel, tentunya dengan memakai pakaian Olahraga klub polo nya. "Tidak, mungkin karena aku bersama teman di sini." balas Saphire."Teman?" Miguel tidak salah mendengar bukan? tidak ada siapapun di sekitar Saphire sedari tadi."Kuda mu, Miguel." "Ah, kalian sudah berteman rupanya.""Benar, tadi pun aku sempat untuk memberikan nya rumput." "Rumput? dari mana?" "Ada yang memberikan nya tadi, tidak masalah kan?" "Ya tidak apa apa." Tangan Miguel bergerak membuka pintu kandang kuda milik nya, di raih nya tali pada kuda dan menuntun ke lapangan. "Saphire, kamu bisa menunggu di sana bersama gadis lain. Buat nyaman diri mu, dan duduk di mana saja sesuai dengan keinginan mu." ujar Miguel tadi sebelum terjun ke lapangan. Mendengar penuturan dari Miguel tadi, Saphire menuruti nya. Ia menempati tempat duduk yan

  • Menjadi Rebutan Putra Mahkota dan Anak Mentri   Tujuhpuluhsembilan

    "Ngomong ngomong Miguel." panggil Saphire masih terdengar sopan di telinga Miguel."Kenapa?" "Apakah orang yang tadi mengajak berbicara adalah teman mu?" "Ya, dan mungkin hanya satu satunya teman ku." Jawaban dari Miguel mengundang rada penasaran Saphire. "Apa aku tidak di anggap sebagai teman mu?" "Haha, itu persoalan yang berbeda untuk ku." "Kenapa begitu" "Apa ada sesuatu yang bisa kamu berikan pada ku?" tanya Miguel mengalihkan pembicaraan.Saphire yang mengerti kalau Miguel tidak ingin membahasnya lebih lanjut memilih untuk diam, dan kembali merasa bingung dengan pertanyaan dari Miguel. "Sesuatu yang di berikan?" "Ya.""Untuk apa?" "Kami di klub Polo meyakini jika mendapatkan barang dari gadis terkasih nya, akan di anggap sebagai berkat yang selalu menyertai terutama ketika turun ke lapangan." balas Miguel."Tetapi, bukan nya sekarang hanya latihan saja? maksudku apa memang harus?" "Sama saja, mau latihan ataupun perlombaan, itu akan kami hargai dan menjaga nya sepenuh h

  • Menjadi Rebutan Putra Mahkota dan Anak Mentri   Tujuhpuluhdelapan

    Benar saja, Saphire di bawa oleh Miguel ke tempat latihan Polo nya. Mata Saphire tengah di suguhi dengan banyak nya kuda di dalam kandang, kepala mereka menyembul keluar dan ada juga yang sedang di beri rumput.Mengingat Miguel akan latihan, Saphire merasa lingkungan sekitarnya sudah mulai ramai dengan banyak orang, mungkin teman teman satu klub Miguel. Beberapa di antara mereka juga ada yang membawa seorang gadis yang bisa di lihat status mereka sepasang kekasih ataupun sepasang tunangan. Sedangkan Saphire di sini sebagai apa? hanya menemani Miguel yang ia harap akan berjalan lancar tanpa ada yang menghambat. "Ayo, aku akan menunjukan kuda milik ku." ajak Miguel, yang melihat Saphire sangat sibuk dengan melihat lihat sekitar."Maaf aku tidak fokus, aku sangat tertarik dengan lingkungan di sini, sangat indah." balas Saphire menatap wajah Miguel. "Kamu menyukai nya?" "Tentu saja." "Maka aku akan selalu mengajak mu." "Memang aku sudah meng iya kan?" "Aku tidak butuh persetujuan i

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status