Share

Bab 238

Author: Camelia
Serra marah besar. Dia melempar ponselnya dengan keras.

"Ibu, ngapain?" Ghea kebetulan lewat saat itu. Saat melihat Serra seperti orang panik, keningnya pun sedikit berkerut.

Serra menoleh menatapnya. "Ghea, kamu masih punya uang berapa?"

Ghea menggigit bibirnya. "Uang?" Dia berpikir sejenak. "Mungkin masih sekitar 2 miliar ...."

"Kamu transfer semua ke Ibu sekarang. Ibu butuh segera."

Ghea tertegun sejenak. Itu seluruh tabungannya. Kalau semua diberikan ke Serra, dengan hanya mengandalkan gaji dan uang saku dari Anrez, hidupnya akan sangat sulit.

Dia menggigit bibirnya lagi. "Bukannya selama ini Ayah sudah kasih banyak uang ke Ibu?"

Maksudnya jelas, kenapa sekarang malah mengincar uangnya? Itu seharusnya hanya kalimat biasa, tetapi malah menyulut kemarahan.

Serra maju dan mengetuk dahi Ghea. Dia tampak sangat kecewa. "Kamu masih bisa ngomong begitu? Kamu kira biaya rumah tangga gratis?"

"Dari kecil sampai besar, apa Ibu pernah pelit sama kamu? Ibu selalu kasih yang terbaik, tapi kamu
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Menjadi Tawanan CEO Dingin   Bab 243

    Aura menunduk, menghitung-hitung dalam hati. Dia baru sadar bahwa dirinya dan Jose sudah saling mengenal selama dua atau tiga bulan. Kalau begitu, mungkin Jose mulai bosan padanya.Lagi pula, semua orang tahu Jose suka gonta-ganti pasangan. Bisa bertahan satu bulan saja sudah termasuk hebat.Aura tidak tahu apakah dirinya termasuk hebat, tetapi bisa dilihat bahwa Jose bukanlah tipe pria yang akan lama-lama tertarik pada satu orang.Saat Aura sedang melamun, pintu kamarnya diketuk. "Nona, waktunya makan malam." Itu suara Kasih.Aura mengenyahkan semua pikirannya, bangkit, lalu menjawab, "Oke, aku turun sekarang." Dia pun turun ke lantai bawah.Anrez dan Serra sudah duduk di meja makan, sama sekali tidak berniat menunggunya. Aura tidak merasa tersinggung. Dia berjalan tenang ke tempat duduknya yang biasa, sesekali matanya melirik Serra.Serra merasa gelisah karena terus dilirik begitu. Matanya melirik ke arah lain, lalu dia pura-pura berkata, "Anrez, aku dengar putra Bu Priska, Lucas, se

  • Menjadi Tawanan CEO Dingin   Bab 242

    Aura menerima telepon dari detektif swasta pada pagi hari ketiga. Begitu mendengar informasi yang diberikan detektif itu, sorot matanya langsung penuh ketertarikan. Masalah ini semakin lama semakin menarik.Awalnya, dia masih mencoba mencari cara untuk membuat Serra menderita sebelum benar-benar dihukum. Sekarang, bukankah kesempatannya datang sendiri?Sore itu juga, Aura langsung berkemas untuk pindah kembali ke vila Keluarga Tanjung. Karena dia pulang larut malam setelah lembur, semua anggota keluarga telah berada di rumah.Anrez sedang duduk di sofa membaca koran. Dia tampak jauh lebih tenang dibanding beberapa hari yang lalu. Mungkin karena sudah menemukan jalan keluar untuk krisis yang dialami Grup Tanjung.Serra duduk di sofa, menyeduhkan teh untuk Anrez. Sekilas terlihat seperti pasangan yang sangat harmonis.Aura masuk dengan menyeret koper. Begitu melihat pemandangan itu, senyumannya langsung merekah. "Eh, ada Ayah dan Bibi Serra."Mendengar suara Aura, keduanya langsung terdi

  • Menjadi Tawanan CEO Dingin   Bab 241

    Aura memaksakan diri untuk tetap bersemangat. Dengan dagu, dia menunjuk kursi di seberangnya dan berkata dengan nada datar, "Duduklah."Sikapnya yang sombong membuat pria di hadapannya tak berani berkutik. "Bu Aura, ini hadiah dari kami. Semoga kamu suka."Disebut sebagai hadiah, tetapi kenyataannya hanyalah selembar cek. Aura melirik sekilas dan melihat nominal 600 juta tertulis di sana. Dia mengangkat alis.Sepuluh persen dari jumlah pinjaman. Bisa dibilang lumayan nekat. Bagaimanapun, bisnis seperti ini tidak mudah dijalankan.Aura hanya melirik sekilas sebelum memalingkan pandangan. Tak sedikit pun dia berniat menerima cek itu. Dia berdiri dan menuangkan segelas air panas untuk dirinya sendiri.Preman itu mengira air itu untuknya, jadi hendak mengulurkan tangan untuk menerimanya. Namun, Aura duduk langsung di kursinya dan meneguk air itu sebelum menatap pria itu dengan pandangan meremehkan."Pak Yahir, apa maksudmu?"Preman itu semakin merasa gelisah melihat Aura yang tampak santai

  • Menjadi Tawanan CEO Dingin   Bab 240

    Aura tahu apa pun yang dia katakan, Jose pasti akan memelintir maknanya dengan sengaja. Dia hanya bisa merasa frustrasi.Seluruh tulangnya seperti remuk. Dia benar-benar sudah tak punya tenaga untuk terus berurusan dengan Jose yang tak kenal lelah.Apalagi, Jose sepertinya memang tidak tahu arti kata "lelah" dalam urusan ini. Kalau terus begini, Aura takut dirinya akan masuk rumah sakit.Jadi, dia diam sejenak, lalu tersenyum manis pada Jose. "Tadi aku mampir ke Restoran Forest dan bungkus beberapa makanan yang kamu suka, masih hangat. Kita turun makan yuk?"Jose mengangkat alis, menatapnya. Gadis di depannya jelas-jelas ketakutan, tetapi tetap berusaha bersikap manis demi menyenangkan dirinya. Dia merasa ini lucu."Berani juga." Kalimat itu terdengar aneh, tetapi Aura paham maksudnya. Dia bicara soal kejadian hari ini di Restoran Forest.Jose terkekeh-kekeh. Suaranya terdengar agak mengerikan. "Aku kira setelah hari ini kamu bakal kabur. Ternyata kamu masih berani datang ke sini."Itu

  • Menjadi Tawanan CEO Dingin   Bab 239

    "Memangnya aku bisa apa?" Aura menghela napas. "Aku ini cuma perempuan lemah yang sering ditindas."Orang di seberang menggertakkan gigi. "Hari ini kami memang salah karena membuat kekacauan di kantormu. Begini saja, aku akan kirim hadiah besar, anggap sebagai permintaan maaf.""Oke. Besok sore sepertinya aku ada waktu, kamu datang saja." Setelah mengatakan itu, Aura pun menutup teleponnya. Kemudian, menghela napas panjang.Tadi dia menggunakan nama Jose untuk menggertak orang. Entah Jose akan mengamuk atau tidak jika mengetahuinya. Aura bergidik memikirkan sikap gila Jose hari ini.Saat itu, dia baru ingat bahwa hari ini Jose sempat bantu dirinya menghadapi Jordan. Dia menepuk dahinya keras-keras, lalu berkata kepada sopir di depan, "Pak, tolong antar saya ke Restoran Forest."Sejam kemudian, dengan perasaan waswas, dia mengetuk pintu vila Jose. Butuh waktu cukup lama sampai pintu akhirnya dibuka oleh seorang pembantu. Saat melihat bahwa tamunya adalah Aura, si pembantu tampak terkeju

  • Menjadi Tawanan CEO Dingin   Bab 238

    Serra marah besar. Dia melempar ponselnya dengan keras."Ibu, ngapain?" Ghea kebetulan lewat saat itu. Saat melihat Serra seperti orang panik, keningnya pun sedikit berkerut.Serra menoleh menatapnya. "Ghea, kamu masih punya uang berapa?"Ghea menggigit bibirnya. "Uang?" Dia berpikir sejenak. "Mungkin masih sekitar 2 miliar ....""Kamu transfer semua ke Ibu sekarang. Ibu butuh segera."Ghea tertegun sejenak. Itu seluruh tabungannya. Kalau semua diberikan ke Serra, dengan hanya mengandalkan gaji dan uang saku dari Anrez, hidupnya akan sangat sulit.Dia menggigit bibirnya lagi. "Bukannya selama ini Ayah sudah kasih banyak uang ke Ibu?"Maksudnya jelas, kenapa sekarang malah mengincar uangnya? Itu seharusnya hanya kalimat biasa, tetapi malah menyulut kemarahan.Serra maju dan mengetuk dahi Ghea. Dia tampak sangat kecewa. "Kamu masih bisa ngomong begitu? Kamu kira biaya rumah tangga gratis?""Dari kecil sampai besar, apa Ibu pernah pelit sama kamu? Ibu selalu kasih yang terbaik, tapi kamu

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status