Share

Bab 6

Author: Camelia
Lulu mengangkat alis. "Ya sudah kalau batal. Kita bukan cuma punya satu klien. Pelan-pelan saja."

Aura lagi-lagi menghela napas panjang, lalu bersandar ke kursi dan merasa sangat lelah. Tidak peduli seberapa kuat dia mencoba terlihat kuat, terkadang dia tetap merasa lelah.

Sejak ibunya meninggal, dia selalu seperti ayam jago. Dia takut kalau lengah sedikit saja, dirinya akan ditindas dan diinjak-injak.

Setibanya di rumah, waktu sudah cukup larut. Biasanya pada jam segini, Anrez sudah tidur. Namun, malam ini dia masih duduk tegak di sofa.

Aura awalnya ingin mengabaikannya, tetapi Anrez membuka mulut dan bertanya, "Kamu dari mana? Kenapa pulang selarut ini?"

Aura melirik sekilas dan tersenyum sinis. "Tumben Pak Anrez peduli padaku hari ini."

Dulu saat ibunya masih hidup, hubungan mereka masih baik. Namun, setelah ibunya meninggal dan setelah Serra serta Ghea pindah ke rumah ini, hubungan mereka semakin memburuk setiap hari.

Anrez terdiam sejenak, tetapi kali ini dia tidak marah seperti biasanya. Dia menepuk sofa di sebelah dan berujar, "Aura, duduk sebentar. Aku ingin bicara denganmu."

Sudah lama sekali sejak terakhir kali Anrez berbicara dengan nada lembut seperti ini kepadanya. Tentu saja, jika ada sesuatu yang tidak biasa, pasti ada udang di balik batu.

Aura ingin tahu apa yang akan Anrez katakan, jadi dia berpura-pura patuh dan duduk di sebelahnya.

Anrez menghela napas sebelum akhirnya berkata, "Aura, kamu tahu sendiri kalau keluarga kita nggak mudah untuk sampai di titik ini. Jadi ... apa kamu bisa memberikan barang peninggalan ibumu kepadaku?"

Ekspresi Aura sontak berubah. "Jangan mimpi! Itu satu-satunya peninggalan dari Ibu. Aku nggak akan pernah memberikannya kepadamu, nggak peduli apa yang terjadi!"

Sebelum meninggal, ibunya memang meninggalkan sesuatu untuknya, yaitu sebuah kunci. Kunci itu mengamankan sesuatu yang sangat berharga, tetapi ibunya berpesan dia hanya boleh mengambilnya setelah berusia 24 tahun dan saat menghadapi kesulitan besar. Jika tidak, dia tidak boleh menyentuhnya seumur hidup.

Sekarang Aura baru 23 tahun yang berarti masih ada satu tahun lagi. Ketika ibunya meninggal, hak asuhnya masih berada di tangan Anrez sehingga banyak dokumen penting yang dikuasai oleh Anrez.

Lima tahun telah berlalu, Anrez masih belum menyerah. Ternyata, ini niatnya selama ini.

Melihat Aura menolak tanpa ragu, wajah Anrez langsung menjadi suram. Setelah berpikir sejenak, dia berkata, "Kalau begitu, cepat nikah dengan Daffa. Dengan begitu, kerja sama antara 2 keluarga akan semakin kuat dan aku nggak akan bahas hal ini lagi."

Aura tertawa saking kesalnya. "Kamu masih punya hati nggak sih? Daffa sudah selingkuh sama Ghea, tapi kamu masih ingin aku nikah sama dia? Kamu gila ya? Atau kamu pikir semua orang di dunia ini sama sepertimu yang suka barang bekas?"

Plak! Suara tamparan bergema di ruang tamu yang luas.

Aura merasakan pipinya panas dan nyeri. Dia menatap Anrez dengan mata berkaca-kaca sambil memegang pipinya, tetapi dia bersikeras untuk menahan air matanya.

Saat ini, Serra baru saja kembali dari rumah sakit setelah menemani Ghea. Melihat pertengkaran antara ayah dan anak itu, dia tentu merasa senang, tetapi tetap berpura-pura khawatir.

"Anrez, ada apa ini? Ada masalah bisa dibicarakan baik-baik, kenapa sampai menampar anak?"

Anrez tampaknya juga sedikit menyesal karena telah menampar Aura, tetapi dia tetap berusaha membenarkan tindakannya. "Aku ayahmu. Kamu nggak boleh bicara seperti itu padaku."

Aura mendongak dengan keras kepala. "Kalau aku bisa memilih, aku lebih rela ayahku seorang pengemis daripada kamu!" Setelah berkata demikian, dia berbalik dan meninggalkan rumah.

Untungnya dua tahun lalu, dia sudah membeli apartemennya. Tidak besar, tetapi nyaman. Apartemen itu dibeli setelah Ghea merebut kamarnya. Renovasinya baru saja selesai.

Sesampainya di apartemen, dia segera mengambil kantong es untuk mengompres pipinya yang bengkak.

Tamparan Anrez cukup keras. Sepanjang perjalanan pulang, wajahnya sudah mulai membengkak parah. Besok dia harus bekerja. Dia tidak mungkin datang ke kantor dalam keadaan seperti ini.

Setelah merapikan semuanya, Aura akhirnya tidur saat fajar hampir menyingsing. Sebelum tidur, dia mengirim pesan kepada Lulu, memberi tahu bahwa dia akan terlambat ke kantor besok.

Keesokan paginya, dia malah terbangun lebih awal karena dering telepon. Saat melihat nama penelepon, dia tampak ragu. Jari-jarinya melayang di atas layar ponsel.

Karena orang yang menelepon bukanlah orang lain, melainkan ibu Daffa. Dulu, ibu Daffa adalah sahabat baik ibunya.

Alasan utama kenapa Aura dan Daffa begitu dekat sejak kecil adalah karena hubungan orang tua mereka. Mereka sering bermain bersama dan tidak terpisahkan.

Bahkan, Aura mengakui ibu Daffa, Donna, sebagai ibu angkatnya. Selain ibunya sendiri, Donna adalah sosok orang tua yang sangat menyayangi dirinya.

Jadi, tidak peduli seberapa berengseknya Daffa, dia tetap tidak bisa mengabaikan panggilan dari Donna.

Tepat sebelum panggilan itu terputus, Aura akhirnya menjawabnya. "Halo, Bibi."

Sebelumnya, Aura selalu memanggil Donna ibu. Namun, hari ini dia sengaja memilih panggilan yang lebih asing.

Di ujung telepon, Donna terdiam sejenak sebelum akhirnya menghela napas. "Aura, aku sudah tahu semua yang dilakukan Daffa dan Ghea. Jangan marah ya."

"Tapi, Daffa sudah bilang kalau dia dan Ghea nggak benar-benar melakukan itu. Tolong maafkan dia ya?"

"Hari ini hari spesial. Jangan sampai masalah ini merusak suasana hatimu. Aku cuma mau mengakuimu sebagai menantuku."

Mendengar perkataan itu, Aura baru teringat hari ini adalah hari apa.
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Ros Dianie
Aura ga oerlu sungkan sm Donna, ibu nya daffa. Bagaimana mu gkin memaafkan anak nya yg selingkuh sm saudara tiri nya. Utk peringatan ibu nya aura. Aura bs pergi sendiri tanpa oergi sm Donna, ibunya daffa. Jauhi mereka. kamu kerja keras ajah. Hiduo mandiri.
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Menjadi Tawanan CEO Dingin   Bab 481

    Aura menggigit bibir, terdiam sejenak. Namun, pada akhirnya dia tetap membuka mulut di bawah tekanan Jose.Jose mengangkat alis dan tersenyum tipis. "Nah, begitu baru pintar."Kalimat itu terdengar seperti pujian, tetapi nada bicaranya justru seperti sedang menggoda hewan peliharaan.Aura mendongak menatapnya dan mengulurkan tangan. "Biar aku sendiri yang makan."Jose tidak menjawab, hanya meliriknya sekali, lalu kembali menyodorkan sesendok bubur ke depan bibirnya.Aura langsung paham. Jose jelas menolak tawarannya. Di wilayah Jose, Aura tidak bisa berbuat apa-apa. Meskipun enggan, dia tetap harus membuka mulutnya dan memakan bubur itu sesendok demi sesendok.Setelah makan cukup banyak, Aura tanpa sadar menatap Jose dengan agak heran. Ketika Jose meletakkan mangkuk, dia menoleh, lalu bertemu pandang dengan mata Aura yang penuh rasa terkejut."Kenapa lihat aku begitu?""Nggak ada apa-apa." Aura segera menggeleng.Sebenarnya, dia hanya merasa aneh. Pria seperti Jose yang biasanya meliha

  • Menjadi Tawanan CEO Dingin   Bab 480

    Jose melihat kepanikan di mata Aura, lalu tersenyum sinis. "Cuma mau cek lukamu, dokter bilang harus ganti perban. Kamu pikir aku mau ngapain?"Aura tidak bisa berkata-kata. Kenapa jadi canggung begini?Dia terdiam sesaat, lalu berkata dengan nada keras kepala, "Aku ... tentu saja tahu kamu cuma mau cek lukaku.""Oh?" Jose mengangkat alis sedikit.Tatapan Jose membuat Aura merasa tak nyaman. Ekspresinya seolah-olah mengatakan bahwa sikap Aura tadi terkesan terlalu percaya diri.Aura berdeham pelan, mencoba mencari alasan. "Kalau soal ganti perban, mending dokter saja yang gantikan, 'kan?""Dokter?" Jose tersenyum tipis. "Kalau begitu, kamu tanya saja ke dia, dia berani ganti perbanmu?"Aura terdiam, baru sadar ini adalah wilayah Jose. Kalau untuk operasi ambil peluru mungkin dokter boleh, tetapi soal mengganti perban, jelas mereka tidak berani melakukannya.Bagaimanapun, sekarang semua orang menganggapnya adalah wanita Jose. Siapa pula yang berani membuat Jose kesal?Aura menggigit bib

  • Menjadi Tawanan CEO Dingin   Bab 479

    Jose melirik sekilas ke arah Winona. Di balik tatapan penuh harap itu, dia mengucapkan kata penolakan tanpa belas kasihan. "Sibuk."Selesai berbicara, tanpa peduli bagaimana Riana memanggil, dia langsung melangkah pergi dengan langkah lebar.Begitu tiba di tempat parkir dan hendak masuk ke mobil, Jose sama sekali tidak menyangka Winona akan mengikutinya. Saat dia berlari, angin yang meniup rambut panjangnya membuatnya sekilas tampak mirip Aura.Dengan terburu-buru, Winona membuka pintu mobil di kursi penumpang depan dan langsung duduk di dalam.Jose mengernyit, menoleh ke arahnya. "Turun.""Nggak mau!" Winona tampak keras kepala. "Jose, aku ini putri Keluarga Jauhari. Aku sudah berubah demi kamu, apa lagi yang kamu mau?"Yang dia maksud dengan berubah adalah meniru gaya berpakaian Aura.Jose meliriknya, menaikkan alis. "Yakin nggak mau turun?"Winona mungkin memang terbiasa dimanja di rumah. Mendengar kata-kata Jose, dia langsung memasang sabuk pengaman. "Aku bilang aku nggak akan turu

  • Menjadi Tawanan CEO Dingin   Bab 478

    Selesai berbicara, Jose kembali menoleh ke arah Tigor sambil tersenyum. "Kakek, tolong didik Kak Jordan yang baik. Aku sibuk. Kalau nggak ada hal lain, aku pergi dulu."Tanpa peduli pada ekspresi Tigor, dia berbalik dan berjalan ke luar. Saat sampai di pintu, dia berhenti sejenak, lalu menoleh menatap Tigor. "Oh ya, Kakek, lain kali nggak usah pakai urusan perjodohan buat mengikatku.""Tanpa persetujuanku, sekalipun Kakek menaruhnya di ranjangku, aku tetap akan melemparkannya keluar." Kalimat itu diucapkan dengan nada sopan, tetapi setiap katanya cukup membuat darah orang mendidih.Mendengar ini, Tigor mengangkat tangannya yang gemetar, menunjuk ke arahnya dengan marah. Akan tetapi, Jose bahkan tidak memberinya satu tatapan pun. Selesai berbicara, dia langsung pergi."Uhuk, uhuk, uhuk ...." Begitu melangkah ke luar, Jose mendengar suara batuk Tigor yang keras dari dalam ruangan. Langkah kakinya sempat terhenti sesaat. Sorot matanya yang tadi santai mendadak berubah dingin, bahkan kilat

  • Menjadi Tawanan CEO Dingin   Bab 477

    Suara Aura dingin, tetapi lantang dan tegas. Philip terdiam sejenak. Ekspresinya ikut canggung.Aura sedikit menggeser tubuhnya dan berkata kepadanya, "Aku nggak bisa bantu kamu. Jadi, sup ayamnya boleh kamu bawa pergi."Philip menghela napas. "Aku yang lancang. Kalau ada orang tembak aku, aku juga nggak bakal bisa maafin mereka.""Sup ini Bos yang suruh orang masak khusus buat kamu. Katanya suruh kamu minum setelah sadar. Kamu minum sedikit ya? Aku pergi dulu."Aura mengalihkan pandangannya ke luar jendela, sama sekali tak melirik semangkuk sup panas itu.....Di rumah Keluarga Alatas.Saat Jose tiba, Tigor sedang duduk di sofa ruang tamu utama, bertumpu pada tongkat di tangannya. Di ruang tamu tergeletak sebuah tandu. Di atasnya berbaring seseorang.Sebelum menunggu Tigor berbicara, Jose sudah berseloroh, "Lho, bukannya ini Kak Jordan ya? Kok sampai begini?"Seluruh tubuh Jordan dibalut perban, hanya menyisakan sepasang mata. Kalau tidak mengenalnya, belum tentu seseorang bisa mengen

  • Menjadi Tawanan CEO Dingin   Bab 476

    Dia tertegun sejenak. Melihat mata Jose yang agak merah, dia baru sadar dirinya bermimpi tadi.Jose mengernyit dan bertanya, "Mimpi buruk?"Aura tidak menjawab. Jose mengangkat tangannya dan menyentuh kening Aura. "Demammu sudah turun."Sambil berkata begitu, dia menekan bel di samping ranjang. Tidak lama kemudian, seorang dokter berjas putih masuk untuk memeriksa Aura.Sesudah pemeriksaan selesai, dokter berkata kepada Jose, "Pak Jose, demam Bu Aura sudah turun. Selama cederanya dijaga dengan baik, seharusnya nggak akan ada masalah besar."Jose mengangguk. Aura akhirnya kembali sadar dari bayang-bayang dalam mimpinya. Belum sempat berbicara, terdengar ketukan pintu dari luar."Bos, orang rumah lama memintamu pulang sebentar."Jose sedikit mengerutkan dahi. "Bilang saja aku nggak sempat."Philip ragu sejenak, lalu berkata, "Takutnya nggak bisa. Pak Tigor bilang kalau kamu nggak pulang, dia akan langsung mengumumkan perjodohanmu dengan Bu Winona."Mendengar itu, ekspresi Jose semakin di

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status