Share

Menikah denganku

Penulis: VIGIANI NURIKE
last update Terakhir Diperbarui: 2023-09-10 11:55:40

Seorang pria tampan blasteran berumur tiga puluhan tampak melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang bersama wanita yang tengah tertidur pulas di sebelahnya. Waktu sudah menunjukkan tengah malam, namun sang pria pengendara tampak tak merasa lelah mengemudikan mobilnya itu membelah jalanan ibu kota. Saat ini sang pria tak memiliki arah dan tujuan yang pasti, hanya saja dia menggunakan instingnya untuk tetap mengemudikan mobilnya melaju jauh sampai melewati perbatasan kota. Pergi sejauh mungkin yang dia bisa untuk sesaat, seperti wanita yang tengah tertidur di sebelahnya minta.

Pria yang tak lain bernama Aziel Gibran itu sesekali mengalihkan pandangannya ke arah sang adik ipar, Amara Bramawijaya. Mata sembab dan bengkak wanita itu masih jelas terlihat di balik kedua matanya yang memejam. Hatinya bergetar ketika mengingat bagaimana wanita itu menangis keras dalam pelukannya. Bagaimana Aziel mengingat saat sang adik ipar ditampar oleh Raditya Hermansyah yang telah berkhianat dan bermain api dengan istrinya sendiri, Laura Bramawijaya.

Di balik sikap diamnya, Aziel Gibran menyimpan amarah yang besar. Bukan karena sang istri telah berkhianat padanya, namun karena Raditya Hermansyah telah menyakiti cinta tulus dari Amara Bramawijaya. Harus diakui pernikahannya dengan Laura Bramawijaya bukan terjadi atas dasar cinta. Tidak, lebih tepatnya selama ini Aziel tak pernah sekalipun mencintai wanita yang masih sang menjadi istrinya saat ini, Laura. Pernikahan terjadi karena terpaksa dan semua itu Aziel lakukan hanya untuk bisa mengawasi apakah hidup Amara Bramawijaya aman dan bahagia bersama dengan Raditya.

Malam semakin larut, mobil yang dikemudikan Aziel kini sudah berada di perbatasan menuju ke arah puncak. Sedikit merasa lelah, Aziel lebih memilih menepikan mobilnya di bahu jalan untuk merilekskan diri. Tak mau mengganggu tidur Amara, Aziel lebih memilih keluar dari mobil kemudian mengambil ponsel miliknya untuk menghubungi seseorang.

Tak berapa lama suara pria terdengar menyahut dari balik telepon.

“Ya, Tuan. Apa yang bisa saya lakukan untuk Anda?”

“Mulai sekarang kau awasi semua yang Raditya Hermansyah lakukan begitu juga istriku Laura! Kau selidiki tentang apa pun tindakan yang mereka lakukan. Kau mengerti?” suara berat Aziel terdengar memerintah.

“Baik, siap. Saya mengerti, Tuan.”

“Bagus! Hubungi aku secepat mungkin jika kau menemukan sedikit saja tanda-tanda yang tidak beres dari mereka!” Aziel memerintah kembali.

“Siap, Tuan!”

Setelah mematikan sambungan teleponnya, Aziel kembali ke dalam mobil. Dia melihat Amara masih tertidur dengan posisi yang sama. Aura gelap penuh wibawa yang ada dalam diri Aziel tadi berubah luluh seketika, saat kedua netra tajamnya melihat sosok yang sudah sejak lama mencuri hatinya itu terlelap dalam mimpinya dalam keadaan yang menyedihkan seperti sekarang.

Tangannya tak kuasa lagi ingin menyentuh wajah cantik Amara yang kini tampak pucat dengan mata dan pipi yang sedikit bengkak akibat tamparan dari Raditya. Tatapan Aziel teduh saat jemarinya menyentuh wajah Amara yang kini berada dalam jarak yang cukup dekat dengannya.

“Maafkan aku karena tak bisa melindungimu saat kau merasa terluka saat itu. Namun, aku berjanji setelah ini aku pastikan tak ada yang akan bisa sedikit pun menyakitimu lagi. Siapa pun itu, sekalipun dia adalah mantan suamimu sendiri yang mungkin masih kau cintai,” gumam Aziel lirih mirip sebuah bisikan.

Setelah puas mengamati wajah Amara dari dekat, Aziel pun kembali ke posisinya di kursi kemudi. Memejamkan mata sejenak sembari menunggu saat fajar tiba yang akan datang sebentar lagi. Setelah kejadian ini, Aziel Gibran semakin yakin dengan tujuannya sekarang. Dia telah memiliki rencana yang sudah dia susun sejak lama.

***

Aku mulai membuka mata ini, sedikit tersentak setelah menyadari aku terlelap dengan posisi duduk di dalam mobil milikku sendiri bersama Mas Aziel yang kini ada di sampingku dalam keadaan tertidur.

Astaga, sejak kapan aku tertidur seperti ini? Mataku berkeliling melihat sekitar di mana kami berada sekarang. Suasana masih tampak gelap. Aku lirik arloji yang melingkar di pergelangan tangan kiriku, waktu menunjukkan pukul empat kurang lima menit. Sudah hampir fajar. Aku alihkan pandanganku pada Mas Aziel yang masih berada di posisinya. Tampaknya dia begitu kelelahan setelah lama menyetir, itulah sebabnya dia memilih beristirahat di sini untuk menghilangkan lelah.

Aku amati wajah tampan blasteran kakak iparku sendiri dengan tatapan teduh. Selama aku mengenalnya baru pertama kali ini, aku melihat wajah Mas Aziel begitu dekat seperti sekarang. Bagaimana sosok yang tampak sempurna di mataku ini dikhianati oleh istrinya sendiri hanya karena dia miskin harta?

Melihat Mas Aziel sekarang hatiku merasa iba, rasa bersalah menjalar kembali dalam diriku kala mengingat jika Mas Aziel ikut berkorban dalam permainan yang aku buat. Sekarang pernikahannya dengan Mbak Laura dipertaruhkan. Apakah akan berpisah seperti aku atau memilih akan tetap bertahan? Entahlah aku tak tahu, yang pasti kini tujuanku sudah terwujud. Aku sudah berhasil melampiaskan amarah dan kecewaku pada Mas Radit dan Mbak Laura. Meskipun belum tuntas, akan tetapi ini sudah lebih dari cukup bagiku. Aku tak mau lagi melibatkan Mas Aziel dalam permainanku sendiri.

Karena mungkin saja masih ada cinta yang tersisa di hati Mas Aziel pada Mbak Laura meskipun hatinya kecewa dan terluka. Awalnya aku memang ingin menuntaskan dendamku dengan memberikan hukuman pada Mas Radit dan Mbak Laura agar mereka berdua merasa jera. Namun, sepertinya sekarang aku berubah pikiran. Aku tidak tega melihat Mas Aziel terluka semakin dalam seperti yang aku rasakan sekarang. Tidak lagi, aku rasa semuanya sudah cukup.

“Sudah lama kamu bangun, Amara?”

Aku tersentak dari lamunan saat melihat kini Mas Aziel sudah membuka mata.

“Ah, ya, Mas. Sekarang kita ada di mana?” tanyaku mengalihkan pandanganku pada lingkungan tempat sekitar kami berada sekarang.

“Jalan menuju puncak. Aku berencana mengajakmu ke sebuah tempat yang indah di perkebunan teh yang mungkin akan dapat sedikit menghibur suasana hatimu yang sedang buruk.” Mas Aziel tersenyum hangat menatapku.

Dengan perhatiannya yang seperti ini, hati mana yang tidak luluh dan tersentuh?

“Terima kasih, Mas atas segala perhatianmu. Tetapi sepertinya aku berubah pikiran dengan rencana kita," ucapku serius.

Mas Aziel mengernyit menatapku bingung, “Maksudmu, Amara?” tanyanya memastikan.

“Sepertinya kita sudahi saja permainan kita ini untuk menghukum Mas Radit dan Mbak Laura. Aku tak ingin melibatkan Mas Aziel lagi dalam permainanku. Aku akan mencari cara lain untuk menghukum mereka dengan caraku sendiri, Mas,” terangku mencoba menjelaskan.

“Jika aku menolak bagaimana?” ucap Mas Aziel serius mengejutkanku. “Sayangnya aku sudah memilih akan tetap melanjutkan rencana kita seperti di awal, Amara. Ingat, seperti apa yang telah kamu katakan padaku waktu itu, bukan hanya kamu yang terluka dan menjadi korban dalam perselingkuhan dua manusia pengkhianat itu, tetapi juga aku," tolak Mas Aziel terang-terangan.

“Lalu, apa rencana yang akan Mas lakukan setelah ini?” aku bertanya penasaran.

“Menikahimu.”

“A-apa??! Menikahiku..??” Aku mengerjapkan mata berulang kali memastikan jika yang baru saja aku dengar itu benar.

“Ya, setelah masa iddahmu selesai, aku akan menikahimu. Itulah rencana yang akan aku lakukan,” tegas Mas Aziel penuh keyakinan.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Menjadi istri Kakak ipar   Mungkinkah dia berselingkuh?

    Ucapan mas Aziel semalam tidak membuatku tak bisa berhenti untuk berpikir. Sebenarnya ada apa? Mungkinkah ada yang mas Aziel sembunyikan dariku selama ini? Pertanyaan itulah yang selalu ada dalam pemikiranku sepanjang hari ini. Tak pernah sedikit pun aku berpikiran buruk pada mas Aziel, di mataku dia adalah pria yang baik dan sempurna tak hanya secara fisik. Jadi tak mungkin bukan jika selama ini mas Aziel menyimpan sebuah kebohongan? Hari ini aku berencana membeli kebutuhan di salah satu mall besar di ibu kota. Tetapi saat aku baru saja selesai memarkir mobilku dan turun dari mobil, tak sengaja aku melihat sosok pria yang sangat tak asing masuk ke dalam mobil sport mewah limited edition yang sedang terparkir di antara beberapa mobil yang letaknya cukup jauh dari tempatku sekarang.“Mas Aziel??!” Secara refleks dan entah bagaimana aku justru bersembunyi di balik dinding beton. Memperjelas penglihatanku yang mungkin salah, aku mencoba sekali lagi memastikannya. Memang benar pria yang

  • Menjadi istri Kakak ipar   Undangan pernikahan

    “Ibu, untuk baju-baju ini apa mau didisplay sekalian di etalase?” Caca bertanya padaku sembari membawa tumpukan stok baju yang masih baru.“Sebaiknya jangan semua, kamu pilih saja model yang terbaik untuk dipajang,” perintahku.“Baik, Bu.” Caca menjawab patuh, ia mulai memilih baju model terbaik dari beberapa tumpukan baju yang dibawanya.“Selamat siang, Ibu. Selamat datang di butik Amara.” Suara karyawan baruku yang bernama Lina terdengar menyapa. “Apa yang bisa saya bantu? Ibu sedang mencari apa?” tambahnya lagi.“Aku datang ke sini bukan untuk membeli tetapi untuk bertemu dengan pemilik butik ini! Dan ingat jangan panggil aku Ibu. Tetapi Nyonya, Nyonya Hermansyah!” Deg! Langkahku terhenti seketika saat aku hendak melangkah kembali ke ruanganku. Suara itu, suara yang sangat aku kenal. Untuk apa dia datang ke sini? Apa sengaja ingin membuat keonaran?“Maaf, saya benar-benar minta maaf atas ketidak tahuan saya, Nyonya.” Lina menunduk dengan raut wajah tegang serta takut.“Di mana Ama

  • Menjadi istri Kakak ipar   Malam pertama

    Aku merasa sangat gugup, hingga berkali-kali merasakan gelisah. Bagaimana tidak? Malam ini adalah malam pertamaku sebagai istri dari Aziel Gibran setelah beberapa jam yang lalu kami telah melakukan ijab kabul dan resmi menjadi suami istri. Walaupun pernikahan kami dilakukan di bawah tangan dan ini bukanlah pernikahan pertama bagiku, tetapi tetap saja aku merasakan gugup. Seorang pria yang awalnya sebagai kakak ipar, kini karena suatu hal telah menjadi suami yang sah untukku tentu hal itu bukan hal yang mudah.Yang membuatku memiliki keyakinan kuat menikah dengan mas Aziel selain sebuah kesepakatan, yaitu karena mas Aziel adalah sosok lelaki yang baik dan jujur. Dia adalah gambaran pria yang sempurna secara akhlak di mataku. Karena itulah aku percaya jika pilihanku tidaklah salah. Namun, walaupun begitu pertama kali tidur satu ranjang dengannya tetap membuatku merasa gugup setengah mati. Tok, tok, tokSuara ketukan dari luar mengejutkanku.“Boleh aku masuk, Amara?” Aku tersentak saat

  • Menjadi istri Kakak ipar   Keputusan bulat untuk menikah

    “Mas Aziel, ada orang yang mencarimu.” Ella seorang rekan kerja di perusahaan tempat Aziel bekerja memberitahu.“Mencariku? Siapa?” Aziel menautkan kedua alisnya cukup terkejut kalau ada seseorang yang mencarinya langsung di tempatnya bekerja.“Raditya. Iya, tadi dia mengaku bernama Raditya, Mas,” jawab Ella.Mimik wajah Aziel langsung berubah seketika saat mendengar nama itu kembali. Terbersit pertanyaan dalam pikirannya dengan tujuan mantan suami Amara yang berani datang menemuinya sekarang.“Oke, baiklah Ella, terima kasih, ya.” Segera Aziel melangkah ke tempat di mana Radit telah menunggunya.“Kau masih memiliki muka untuk bertemu denganku, Raditya?” Aziel menatap tajam pria yang kini tepat berdiri di hadapannya. Raditya membalas tatapan tajam Aziel seakan tanpa rasa takut sedikit pun.“Kau pikir aku takut denganmu, Aziel Gibran?” Radit mendengus dengan pandangan meremehkan.“Katakan apa tujuanmu datang ke sini?!” tukas Aziel tegas.“Tujuanku ke sini tentu memperingati agar kau ta

  • Menjadi istri Kakak ipar   Wanita istimewa

    “M-maaf Mas, aku tak sengaja membuat Mas Aziel terbangun.” Aku berkata gugup tak berani membalas kontak mata mas Aziel. Dalam hati aku berharap mas Aziel tak menyadari aku telah menyentuh wajahnya saat dia tertidur tadi.“Apa kamu tahu betapa berbahayanya mendekati seorang pria saat dalam keadaan terlelap, Amara?” pria yang merupakan mantan kakak iparku itu berkata.Aku menggeleng gugup. “Aku hanya merasa tak tega melihat Mas, karena itu tadi aku mengambil selimut. Tapi jika itu membuat Mas terganggu, aku benar-benar minta maaf, Mas,” aku berusaha menjelaskan. Detak jantungku berdetak begitu cepat di bawah normal.“Siapa yang mengatakan kamu menggangguku, Amara?” Mas Aziel menatapku dalam. “Seharusnya kamu tak perlu repot-repot membawakanku selimut seperti ini. Apa kamu tidak bisa tidur?” sambung mas Aziel bertanya.“Aku mengangguk lemah dan menjawab, “Iya Mas. Aku tidak bisa tidur.”“Ayo, duduklah di sini bersamaku.” Mas Aziel bangkit kemudian berganti posisi duduk.Aku menatapnya ra

  • Menjadi istri Kakak ipar   Perasaan takut dan gelisah

    “Amara, bangun Amara.” Sebuah suara terdengar sayup. Perlahan aku mulai membuka mata, sosok yang ada di hadapanku masih terlihat samar. Aku mengerjapkan mata dan mencoba memperjelas penglihatanku kembali.“Mas Aziel?!” Aku tersentak saat ternyata sosok itu adalah mas Aziel. Aku benar-benar terkejut sekaligus merasa bingung melihat pria yang merupakan kakak iparku kini sudah ada di hadapanku sekarang.“Syukurlah kau sudah sadar.” Ucap mas Aziel dengan raut wajah cemas.Pandanganku beredar melihat sekeliling, dan aku baru menyadari kalau saat ini aku sudah ada di dalam mobilku sendiri. Bagaimana bisa?!“Apa yang sebenarnya terjadi? Dan bagaimana bisa kamu ada di sini, Mas?” tanyaku penasaran masih merasa syok dengan apa yang baru saja terjadi padaku.“Kamu pingsan saat seseorang hendak mencelakaimu. Namun, secara kebetulan aku datang ke sini dan menggagalkan niat jahatnya,” terang mas Aziel.“Seseorang? Siapa, Mas?” selidikku.“Entahlah, aku tak tahu. Sayangnya dia berhasil kabur saat a

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status