Share

Aku wanita bebas

Penulis: VIGIANI NURIKE
last update Terakhir Diperbarui: 2023-09-09 23:00:54

“Terima kasih, Mas. Akhirnya kamu membebaskanku dari pernikahan yang memang sudah tak pantas aku pertahankan sejak lama.” Aku mengulum senyum kepuasan yang tentu membuat Mas Radit dan Mbak Laura semakin membara.

Mbak Laura bangkit, dia menatapku dengan pandangan sinis. “Kamu ingin berpisah dari Mas Radit untuk menikahi suami sampah seperti Aziel Gibran ini, Amara?” Mbak Laura mencebik mengalihkan pandangannya dengan sinis pada Mas Aziel yang berdiri di sampingku. “Ambil! Ambil laki-laki ini untukmu, Amara! Hahaha! Aku tidak butuh! Aku tidak butuh sama sekali! Kamu ini memang jalang bodoh yang tak bisa memilih pria mana yang terbaik untuk hidupmu!” Mbak Laura tertawa mengejek menatapku bergantian dengan Mas Aziel yang menatap wanita yang masih sah sebagai istrinya itu dengan tatapan dingin.

“Sampah memang pantas dengan sampah! Kamu memang pantas bersanding dengan adikku yang bodoh ini, Mas Aziel. Cepat kamu talak aku juga, Mas! Sudah lama aku tak sudi menjadi istri dari pria miskin sepertimu ini,” Mbak Laura berkata cukup keras. “Dan kamu, Amara yang bodoh. Selamat aku ucapkan untukmu. Silakan menikmati pria sampah ini, dengan senang hati aku akan memberikannya padamu. Dulu aku pikir hanya dengan cinta aku bisa bahagia, ternyata aku salah karena hanya uang yang bisa membuatku bahagia!” Wanita yang dulu aku pikir berhati mulia itu kini tertawa jahat penuh kepuasan. Sekarang aku dan Mas Aziel bisa melihat sosok Laura Bramawijaya yang sebenarnya bersembunyi di balik topeng.

Tanpa berkata apa-apa lagi, aku mengambil amplop berisi lembaran bukti-bukti perselingkuhan Mas Radit dan Mbak Laura, lalu melemparkannya begitu saja di depan kedua pasangan selingkuh itu hingga lembaran foto itu kini berserakan di bawah lantai.

“Selamat juga untuk kalian berdua. Setelah ini, kita bisa cari kebahagiaan kita masing-masing. Dan untukmu Mas Radit, seperti apa yang dikatakan wanita simpananmu ini, sampah memang pantas bersanding dengan sampah! Itu juga sama halnya dengan kalian berdua!” Aku menggandeng tangan Mas Aziel dengan mesra, lalu berkata. “Ayo, Mas. Sekarang giliran kita yang bersenang-senang. Kali ini kita tidak usah sembunyi-sembunyi melakukannya karena kini aku sudah menjadi janda,” ucapku berlalu pergi meninggalkan dua manusia munafik yang kini hanya bisa melongo melihat lembaran-lembaran foto mesum mereka berdua.

Setelah keluar dari restoran dan kini aku berada dalam satu mobil bersama dengan Mas Aziel, Kakak iparku sendiri. Sepanjang dalam perjalanan aku terdiam membeku dengan pandangan kosong. Kedua tanganku masih terasa dingin, dadaku sesak hingga nyaris ingin segera meledak. Mas Aziel yang sepertinya tahu keadaanku, berkali-kali menatapku cemas. Hingga ketika kami di suatu tempat aman yang cukup sepi, tiba-tiba saja Mas Aziel menepikan mobilnya, aksinya itu tentu membuatku tersentak dari lamunan.

“Kenapa Mas Aziel tiba-tiba berhenti di sini?” tanyaku menatap bingung pria tampan yang merupakan kakak iparku sendiri.

“Menangislah kalau kamu ingin menangis, Amara. Jika kamu mau, aku pinjamkan dada ini sebagai tempatmu untuk menangis,” tuturnya mengejutkanku.

Aku terdiam, terpaku tanpa kata menatap nanar mata tajam milik Mas Aziel yang kali ini terlihat menghangatkan. Seperti terhipnotis, hanya dalam hitungan detik tanpa berkata-kata aku langsung membenamkan wajahku langsung ke dada bidang milik Mas Aziel yang seakan menyambutku dengan begitu hangat.

Seperti yang Mas Aziel katakan, di dadanya tepatnya dipelukannya kini aku tak kuasa lagi menahan tangisku yang sejak tadi berusaha keras aku tahan. Aku menangis, terisak begitu keras meluapkan segala emosi yang ada di dada ini begitu lama. Sejak aku tahu suamiku mendua dengan kakak perempuanku sendiri aku seperti membentengi diriku sendiri dengan rasa sakit yang begitu menyakitkan ini. Sekuat aku bertahan dan mencoba untuk bersikap tegar, tetap saja aku adalah wanita rapuh yang lemah.

Tak ada yang tahu betapa dalamnya dan terlukanya hatiku, sekalipun itu adalah diriku sendiri. Namun, hanya satu yang bisa memahamiku saat ini. Yaitu Mas Aziel, Kakak iparku sendiri. Entah berapa lama aku menangis, menumpahkan segala emosiku di dadanya yang bidang dan menghangatkan. Seolah di malam yang sunyi itu hanya ada suara isak tangisku yang keluar. Hingga akhirnya entah beberapa lama, aku merasa puas meluapkan segala rasa yang ada di hatiku. Kini aku merasa lebih baik dari sebelumnya.

“Bagaimana, sudah merasa lebih baik sekarang?” Tanya Mas Aziel perhatian, dia mengambil beberapa tisu lalu memberikannya untukku.

Aku mengangguk lemah. “Sudah lebih baik. Terima kasih, Mas Aziel sudah berbaik hati meminjamkan dadamu untukku. Sungguh aku merasa banyak berhutang padamu, Mas.” tuturku tulus seraya mengusap air mataku yang membasahi pipi.

“Apa kamu lupa, Amara? Aku juga berada dalam posisi yang sama. Tentu aku paham apa yang kau rasakan saat ini. Di mataku, sebagai wanita kamu adalah sosok pribadi wanita yang luar biasa, Amara,” Mas Aziel berpendapat.

Aku tersenyum kecut. “Jangan menyanjungku hanya untuk menghiburku, Mas. Aku tidak sebaik yang kamu pikirkan. Jika aku adalah wanita yang seperti dalam pikiranmu, aku tak akan gagal dalam pernikahanku sendiri, Mas,” ucapku lirih merasa putus asa.

“Apa kau menyesal sekarang?” tanya Mas Aziel cukup mengejutkanku.

Aku mengernyit. “Menyesal?” Aku memberanikan diri menatap Mas Aziel dengan kedua mataku yang sembab. “Aku justru bahagia, Mas. Penyesalanku justru kenapa tidak sejak dulu aku melihat topeng mereka?”

“Siapa pun tak ada yang bisa tahu takdirnya sendiri, Amara. Meskipun terlambat bagi kita, namun Tuhan lebih tahu apa yang terbaik untuk umatnya. Percayalah, ada rencana Tuhan yang lebih baik telah disiapkan untuk kita,” Mas Aziel meyakinkan.

Aku mengangguk, tersenyum tipis dengan kedua mata yang terasa berat akibat terlalu lama dan banyak menangis.

“Lalu, apa rencanamu sekarang, Amara?” Mas Aziel bertanya.

Aku menggeleng, menyandarkan tubuhku di kursi mobil untuk sedikit merilekskan tubuhku yang terasa lelah. “Belum aku pikirkan, Mas. Yang pasti sekarang aku hanya ingin pergi jauh dulu untuk menenangkan diri,” jawabku lirih.

“Kamu ingin ke mana? Aku akan siap mengantarkan dan menemanimu sampai kamu merasa lebih baik,” Mas Aziel menawarkan diri.

“Ke mana pun Mas Aziel membawaku, aku tidak akan keberatan.” Aku berpaling menatap Mas Aziel dengan mata sendu. “Maafkan aku, Mas. Karena aku, kamu terlibat terlalu jauh dengan masalah ini. Sungguh aku benar-benar minta maaf,” ucapku sungguh-sungguh.

“Aku senang kamu melibatkanku, Amara.” Mas Aziel mengulum senyum penuh arti padaku. Aku tak tahu kali ini apa arti senyuman Mas Aziel? Yang jelas apa pun itu, aku merasa nyaman saat bersama dengan Mas Aziel saat ini.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Menjadi istri Kakak ipar   Mungkinkah dia berselingkuh?

    Ucapan mas Aziel semalam tidak membuatku tak bisa berhenti untuk berpikir. Sebenarnya ada apa? Mungkinkah ada yang mas Aziel sembunyikan dariku selama ini? Pertanyaan itulah yang selalu ada dalam pemikiranku sepanjang hari ini. Tak pernah sedikit pun aku berpikiran buruk pada mas Aziel, di mataku dia adalah pria yang baik dan sempurna tak hanya secara fisik. Jadi tak mungkin bukan jika selama ini mas Aziel menyimpan sebuah kebohongan? Hari ini aku berencana membeli kebutuhan di salah satu mall besar di ibu kota. Tetapi saat aku baru saja selesai memarkir mobilku dan turun dari mobil, tak sengaja aku melihat sosok pria yang sangat tak asing masuk ke dalam mobil sport mewah limited edition yang sedang terparkir di antara beberapa mobil yang letaknya cukup jauh dari tempatku sekarang.“Mas Aziel??!” Secara refleks dan entah bagaimana aku justru bersembunyi di balik dinding beton. Memperjelas penglihatanku yang mungkin salah, aku mencoba sekali lagi memastikannya. Memang benar pria yang

  • Menjadi istri Kakak ipar   Undangan pernikahan

    “Ibu, untuk baju-baju ini apa mau didisplay sekalian di etalase?” Caca bertanya padaku sembari membawa tumpukan stok baju yang masih baru.“Sebaiknya jangan semua, kamu pilih saja model yang terbaik untuk dipajang,” perintahku.“Baik, Bu.” Caca menjawab patuh, ia mulai memilih baju model terbaik dari beberapa tumpukan baju yang dibawanya.“Selamat siang, Ibu. Selamat datang di butik Amara.” Suara karyawan baruku yang bernama Lina terdengar menyapa. “Apa yang bisa saya bantu? Ibu sedang mencari apa?” tambahnya lagi.“Aku datang ke sini bukan untuk membeli tetapi untuk bertemu dengan pemilik butik ini! Dan ingat jangan panggil aku Ibu. Tetapi Nyonya, Nyonya Hermansyah!” Deg! Langkahku terhenti seketika saat aku hendak melangkah kembali ke ruanganku. Suara itu, suara yang sangat aku kenal. Untuk apa dia datang ke sini? Apa sengaja ingin membuat keonaran?“Maaf, saya benar-benar minta maaf atas ketidak tahuan saya, Nyonya.” Lina menunduk dengan raut wajah tegang serta takut.“Di mana Ama

  • Menjadi istri Kakak ipar   Malam pertama

    Aku merasa sangat gugup, hingga berkali-kali merasakan gelisah. Bagaimana tidak? Malam ini adalah malam pertamaku sebagai istri dari Aziel Gibran setelah beberapa jam yang lalu kami telah melakukan ijab kabul dan resmi menjadi suami istri. Walaupun pernikahan kami dilakukan di bawah tangan dan ini bukanlah pernikahan pertama bagiku, tetapi tetap saja aku merasakan gugup. Seorang pria yang awalnya sebagai kakak ipar, kini karena suatu hal telah menjadi suami yang sah untukku tentu hal itu bukan hal yang mudah.Yang membuatku memiliki keyakinan kuat menikah dengan mas Aziel selain sebuah kesepakatan, yaitu karena mas Aziel adalah sosok lelaki yang baik dan jujur. Dia adalah gambaran pria yang sempurna secara akhlak di mataku. Karena itulah aku percaya jika pilihanku tidaklah salah. Namun, walaupun begitu pertama kali tidur satu ranjang dengannya tetap membuatku merasa gugup setengah mati. Tok, tok, tokSuara ketukan dari luar mengejutkanku.“Boleh aku masuk, Amara?” Aku tersentak saat

  • Menjadi istri Kakak ipar   Keputusan bulat untuk menikah

    “Mas Aziel, ada orang yang mencarimu.” Ella seorang rekan kerja di perusahaan tempat Aziel bekerja memberitahu.“Mencariku? Siapa?” Aziel menautkan kedua alisnya cukup terkejut kalau ada seseorang yang mencarinya langsung di tempatnya bekerja.“Raditya. Iya, tadi dia mengaku bernama Raditya, Mas,” jawab Ella.Mimik wajah Aziel langsung berubah seketika saat mendengar nama itu kembali. Terbersit pertanyaan dalam pikirannya dengan tujuan mantan suami Amara yang berani datang menemuinya sekarang.“Oke, baiklah Ella, terima kasih, ya.” Segera Aziel melangkah ke tempat di mana Radit telah menunggunya.“Kau masih memiliki muka untuk bertemu denganku, Raditya?” Aziel menatap tajam pria yang kini tepat berdiri di hadapannya. Raditya membalas tatapan tajam Aziel seakan tanpa rasa takut sedikit pun.“Kau pikir aku takut denganmu, Aziel Gibran?” Radit mendengus dengan pandangan meremehkan.“Katakan apa tujuanmu datang ke sini?!” tukas Aziel tegas.“Tujuanku ke sini tentu memperingati agar kau ta

  • Menjadi istri Kakak ipar   Wanita istimewa

    “M-maaf Mas, aku tak sengaja membuat Mas Aziel terbangun.” Aku berkata gugup tak berani membalas kontak mata mas Aziel. Dalam hati aku berharap mas Aziel tak menyadari aku telah menyentuh wajahnya saat dia tertidur tadi.“Apa kamu tahu betapa berbahayanya mendekati seorang pria saat dalam keadaan terlelap, Amara?” pria yang merupakan mantan kakak iparku itu berkata.Aku menggeleng gugup. “Aku hanya merasa tak tega melihat Mas, karena itu tadi aku mengambil selimut. Tapi jika itu membuat Mas terganggu, aku benar-benar minta maaf, Mas,” aku berusaha menjelaskan. Detak jantungku berdetak begitu cepat di bawah normal.“Siapa yang mengatakan kamu menggangguku, Amara?” Mas Aziel menatapku dalam. “Seharusnya kamu tak perlu repot-repot membawakanku selimut seperti ini. Apa kamu tidak bisa tidur?” sambung mas Aziel bertanya.“Aku mengangguk lemah dan menjawab, “Iya Mas. Aku tidak bisa tidur.”“Ayo, duduklah di sini bersamaku.” Mas Aziel bangkit kemudian berganti posisi duduk.Aku menatapnya ra

  • Menjadi istri Kakak ipar   Perasaan takut dan gelisah

    “Amara, bangun Amara.” Sebuah suara terdengar sayup. Perlahan aku mulai membuka mata, sosok yang ada di hadapanku masih terlihat samar. Aku mengerjapkan mata dan mencoba memperjelas penglihatanku kembali.“Mas Aziel?!” Aku tersentak saat ternyata sosok itu adalah mas Aziel. Aku benar-benar terkejut sekaligus merasa bingung melihat pria yang merupakan kakak iparku kini sudah ada di hadapanku sekarang.“Syukurlah kau sudah sadar.” Ucap mas Aziel dengan raut wajah cemas.Pandanganku beredar melihat sekeliling, dan aku baru menyadari kalau saat ini aku sudah ada di dalam mobilku sendiri. Bagaimana bisa?!“Apa yang sebenarnya terjadi? Dan bagaimana bisa kamu ada di sini, Mas?” tanyaku penasaran masih merasa syok dengan apa yang baru saja terjadi padaku.“Kamu pingsan saat seseorang hendak mencelakaimu. Namun, secara kebetulan aku datang ke sini dan menggagalkan niat jahatnya,” terang mas Aziel.“Seseorang? Siapa, Mas?” selidikku.“Entahlah, aku tak tahu. Sayangnya dia berhasil kabur saat a

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status