Tyana menyadari jika suaminya tengah gelisah, mencari sesuatu yang tidak diketahui apa itu, netra wanita itu mendikte apa yang dilakukan oleh Josef.Josef menoleh ke kiri dan Tyana bergerak ke arah berlawanan, dia mencari seseorang yang seharusnya ada. "Mereka gak mungkin gak datang, 'kan, Mah?" kata Josef."Siapa?" Tyana balik bertanya."Johan dan Sabrina."Entahlah. Di mana pasangan yang mengaku sebagai orangtua kandung Vemilla ini, keberadaannya seolah tertelan bumi oasca putri mereka dinikahi oleh Davian.Seakan-akan mereka melepaskan kehidupan Vemilla sepenuhnya pada Davian, mereka kembali ke Bali dan tidak pernah diketahui, apakah mereka pernah kembali atau tidak.Di balik tirai panggung besar itu, para ballerina dengan orang-orang kepercayaan mereka terduduk di kursi tunggu yang tersedia, Vemilla dan Ghania duduk di salah satu kursi itu."Apakah mereka akan datang kali ini?" tanya Ghania bernada iba, juga menyayangkan jika sikap Johan dan Sabrina masih sama seperti dahulu.Yang
Lima tahun?Waktu yang panjang dan cukup memiliki toleransi yang kuat untuk memberikan ballerina cantik itu untuk berkarir dan mengembangkan karirnya. Hanya saja mereka nampak masih ragu bahwa lelaki ini bisa tahan selama itu.Mereka tidak tahu, jika pernikahan ini atas dasar keterpaksaan takdir yang mengharuskan mereka untuk tinggal di atap yang sama tanpa menimbulkan kecurigaan dan kegaduhan sosial."Baik, Pak Davian, kami akan tetap suportif dan tidak akan ingkar dari tugas, apalagi menyetujui permainan gelap dari lawan yang ...," urai salah satu juri yang ada di depan Davian.Netranya terang-terangan mengerling ke Mahesa yang terdiam, kikuk, duduk di kursi, meremas angin dan menggeram dalam bisu. Dia marah juga kesal, tetapi di depan Davian nyalinya seakan musnah.Davian menyadari pertukaran ekspresi mata yang diberikan juri di depan, secara spontan lelaki itu menjeling ke samping. "Dia ..., Mahesa, pimpinan perusahaan fashion yang berkembang di Singapura, ayah kandung Devianza M
Buah pikiran dan tanggapan Theliza tidaklah salah, dalam pandangan umum, perhatian dan sikap yang diberikan Tuan misterius ini sangatlah wajar apabila dianggap suatu ketertarikan akan sebuah perasaan.Ghania pun sempat berpikir ke arah ini. "Bisa jadi emang lelaki yang mencintainya secara sembunyi-sembunyi, tapi ...," balas Ghania sedikit meragukan pandangan ini."Pria ini gak pernah datang lagi setelah kompetisi dunia di Singapura itu, dia seperti tertelan bumi, apa dia tinggal di luar negeri, ya?" tambahnya menerawang beberapa kemungkinan yang tidak dapat dipastikan."Bisa jadi. Kita lihat hari ini, apa dia hadir atau tidak, karena kompetisi ini termasuk tingkat internasional, hanya saja diadakannya dalam negeri kita.""Eum," gumam Ghania menganggukkan kepala.Jika benar, kalau pria itu adalah lelaki yang mencintai Illa, sepertinya dia harus patah, karena Illa sudah menikah, meskipun pernikahan ini terbilang tidak murni.Tapi s
"Hah?!" Vemilla berseru, bingung.Mengapa suaminya berkata demikian. Bahkan sepanjang jalan, pria bertubuh tegap itu tampak serius dan tajam, bukan hanya kerlingan mata, dari segala sudut wajahnya Davian, ketara penuh amarah.Ghania di sini telah memahami ekspresi itu, gadis itu berdeham untuk menimpali ucapan Davian, "Pak Petra baru aja pergi ke—"Sebelum ucapan itu tuntas, Petra telah lebih dulu bergabung dengan mereka, datang dari sudut kiri—pintu keluar gerbang gedung kompetisi.Sembari terengah-engah dia membawa sebuket bunga Lilac dengan hiasan bunga Gypsophila berwarna putih, ada tambahan bugna daisi yang cantik."Ini, sorry tadi bungamu jadi hilang," katanya menyerahkan buket cantik itu pada Ghania.Si gadis model cantik itu terlonjak, dia tak menyangka jika Petra yang merupakan orang nomor dua di perusahaan Light and Sun Modelling memiliki perangai sesungkan ini.Ragu-ragu Ghania mengambil alih dan menyulam senyum, manis, di bibirnya. "Makasih, Pak. Tapi, sebenarnya gak masal
Berselang kepergian Petra membawa Ghania ke sebuah lorong di sekitar sana, lorong sunyi dengan pencahayaan seadanya—samar-samar membias.Petra tersengal-sengal di depan Ghania yang terkunci olehnya dan tertahan di dinding; gadis itu tergemap mendapatkan posisinya terkunci antara dinding dan Petra.Pelan-pelan, sorot mata wanita itu terdongak. "Ada apa, Pak?" tanyanya lirih.Bersuara berat lagi patah-patah, lelaki itu tertunduk dengan satu tangan menempel dengan dinding di sisi Ghania. "A-aku ..., terpergok," katanya.Bingung. Ghania mengernyit. "Terpergok? Dari ...?" Alis gadis itu mengerucut.Dua pasang mata saling terkunci pandangan masing-masing, wajah Petra semakin turun dan Ghania mengendur. "Sahabatmu ada yang ingin menyabotase."Degh!Kerlingan mata yang tertuang lembut, beralih dengan kilat menjadi tajam penuh amarah. "APA?!" bentak Ghania tak sengaja menghentak tubuh Petra menjauh darinya.Pria kepercayaan Davian itu terhentak ke belakang, dia terlonjak kaget. "Eits ..., sant
"Aman terkendali, semua tamu undangan dan penonton serta juri-juri juga udah mulai berdatangan masuk," jawab Theliza di balik panggilan telepon itu.Derap langkah terdengar memburu, deru napas Theliza mulai memberat. "Cuman kita kedatangan topmodel dari Singapura, dan dia membuat permintaan gak masuk akal, bikin kita kerepotan," tambah Theliza sedikit kesal.Vemilla yang mulai menyandarkan punggung si mobil suaminya terlihat mengerutkan dahi. "Maksudnya?" seru Vemilla, bingung.Mengapa dalam acara kompetisi dihadirkan seorang topmodel dari luar negeri? Bukankah hanya mendatangjan juri-juri dunia per negara diwakilkan oleh dua orang.Sedangkan kompetisi diikuti oleh tujuh negara, bisa dikatakan hanya 14 juri utama dan pelengkap untuk menentukan siapa pemenang kompetisi kali ini."Kenapa ada topmodel segala? Tidak biasanya?" keluhnya setelah itu."Entahlah, aku juga gak paham, tapi dari negara kita juga mengirimkan lima top model,"