Share

Bab 25—MAS

last update Terakhir Diperbarui: 2025-05-16 16:15:56

Sungguh Vemilla kehilangan arah, Radzian adalah anak panah yang selalu mengarahkan segalanya pada hal-hal yang ingin dia lakukan, menemukan apa yang mau dia suka atau apa yang dia inginkan.

Ditanya seperti itu secara mendadak, membuat Vemilla kehilangan kendali. "Latihan ballet, istirahat sebentar dan latihan lagi. Hidup ini harus terus berjalan, 'kan? Ditambah ..., kalau aku diem di rumah, mama pasti nyari dan—"

Ah benar, Davian paham maksud dari ungkapan gadis ini, Sabrina tidak akan membiarkan putrinya hidup tenang. "Ikut denganku hari ini," potong Davian.

Mulut yang masih terbuka hendak melanjutkan ucapannya itu seketika tertahan, sendok dan bubur putih mengudara di depan mulut.

Vemilla terkejut, hebat. "Hah? ikut? Ke mana?" tanya Vemilla mengerutkan wajah.

"Selesaikan sarapanmu, mandi, siap-siap dan kita harus segera berangkat." Bukannya menjawab, Davian malah mengeluarkan kata-kata perintah lain.
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Menjaga Adik Sahabatku   BAB 142—MAS

    Habis sudah. Rasa cinta yang mulai tumbuh di hati Vemilla secara diam-diam harus hancur dan mendapatkan sebuah fakta, jika dirinya memang bukan bagian dari rencana hidup Davian. Hati gadis cantik berkulit putih itu tersisih, pedih rasanya dia menyadari kenyataan pahit ini, Vemilla terhenti di lorong yang membawanya ke ruang ganti para Ballerina, dia tertunduk lirih, membujuk dirinya dengan pikirannya. "Illa ..., sepertinya cinta pertamamu harus terpatah dan hancur tanpa permulaan, ini kesalahanmu, hadir saat Kak Davian masih terikat dengan mantannya," kata Vemilla bertatapan sendu. Gadis itu melaju dengan langkah lirih dan mendayu, lemah, sementara Davian menggeram, kesal, di hadapan sang mantan kekasih, tatapannya menyala dengan embun mulai berkaca-kaca di kelopak mata. Frustasi dia menyugar rambut sampai menepuk leher satu kali. "CUKUP!" bentak Davian membuat Devianza melompat ke belakang. Raganya bergetar,

  • Menjaga Adik Sahabatku   BAB 141—MAS

    Kendatipun panggilan lantang itu membuat Davian terkejut sampai jantungnya berdegub, hebat, lelaki itu dengan tenang menoleh tanpa mengubah posisi berdiri.Kemudian dia berjalan melanjutkan langkah yang sempat terhenti. Seraya mengayun langkah, dua tangannya secara spontan membenam ke dalam saku celana, di sisi lain angin dan dedaunan beterbangan mengiringi langkahnya."Berisik," jawabnya ketus, tak lupa lirikan matanya yang tajam dan tegas.Demikianpun dengan Vemilla dan Johan, dua insan itu mendengar sebuah nama tak asing melantang, mereka menoleh ke depan dan menyaksikan Davian yang berjalan ke arahnyaVemilla agak mematung di posisinya. Seraya meremas buket bunga pemberian papanya, gadis itu diam-diam membaca ekspresi wajah yang ditunjukkan Davian.Kak Davian, kenapa? Kayaknya lagi kesel, mukanya kayak mau nerkam orang. Batin gadis itu mengurai pendapatnya.Johan memutar tubuh dan menghadap pada Davian. "Kamu dari mana? Kamu

  • Menjaga Adik Sahabatku   BAB 140—MAS

    "Keras kepala yang selalu menuntut ini dan itu, tanpa aku sadari, jika aku disetir dan aku membiarkan itu, karena aku hanya membutuhkan seseorang di sampingku, tanpa paham apakah hubungan itu cinta atau sekedar hubungan tanpa rasa," urai Davian lumayan panjang.Suaranya melirih, tergulung angin yang berhembus di sekitar sana, debur angin semakin membuncah saat Davian tiba di sudut salah satu dinding gedung megah kompetisi.Taman hijau dengan pohon-pohon hias tampak rapi berjajar di beberapa spot, menampilkan sosok gadis cantik berbalut gaun indah, namun tipis berwarna merah menyala."Devianza?" kata Davian bersuara pelan.Cara dia menatap mantan kekasihnya itu masih terbilang biasa saja, hatinya pun tak begitu bereaksi, responnya normal dan cenderung malas.Hanya saja ada rasa kesal karena Devianza pergi dari hidupnya karena sebuah perselingkuhan, dengan alasan jika Davian tidak begitu berguna bagi topmodel itu."Pah! Kenapa Papa

  • Menjaga Adik Sahabatku   BAB 139—MAS

    Melodi penyambutan bergema, alunannya mendayu dengan merdu dan lembut, setiap petikan musik menjadi irama yang mengiringi langkah Davian—turun dari atas secara bertahap.Bersamaan dengan tirai merah di atas panggung terbuka, ia melebar dan menarik seorang gadis cantik tertutup topeng putih, persis topeng ballerina yang Davian temui di Singapura.Debar dalam dada lelaki bertubuh tegap itu membuncah, dia membulat dan terdiam, kaku, di tangga tengah antara dua area deretan kursi penonton. "Mus-tahil," bisik Davian.Tatapannya berdebar. Menggelengkan kepala, mencoba mencerna hal-hal yang terjadi begitu mendadak di depan matanya, perlahan dua alis lelaki itu mengerucut, menciut hingga terasa mengecil."Ba-bagaimana bisa?" katanya bernapas berat sambil tersengal-sengal.Bukan frustasi. Davian membenamkan jari-jemarinya ke pangkal kepala karena dia sungguh tak dapat memercayai hal ini, Ballerina cantik yang dia perhatian di Singapura, ternyata istrinya sendiri."What?" seru pelan Davian, "Re

  • Menjaga Adik Sahabatku   BAB 138—MAS

    Vemilla memang tidak begitu mengetahui tentang masa lalu sang mama, dia hanya mendengar dan menyimpukannya tanpa kejelasan visualisasi atau bukti nyata tentang hal-hal yang dikatakan Sabrina padanya.Gadis berpakaian ballerina berwarna putih dengan perpaduan warna merah muda itu mulai beranjak dari posisinya. "Ini ..., tentang keluarga Mama?" tanya Vemilla melanjutkan kepenasarannya yang telah lebih dulu terlontar."Iya, keluarga Mama kamu lagi pembagian warisan, dan orangtuanya memberikan tantangan," jawab Johan dari sana."Tantangan semacam apa, Pah?" Kerut di dahi menandakan jika gadis ini benar-benar penasaran."Siapapun anaknya yang bisa membangun bisnis di tanah itu, maka dia yang berhak mendapatkan warisan atas tanah tersebut," terang Johan tidak ada yang dia tutupi dari gadis kecilnya.Degh!Tantangan mengerikan. Ini seperti perebutan tanah kekuasaan yang sering dilakukan oleh penguasa kerajaan di tanah-tanah sengketa, da

  • Menjaga Adik Sahabatku   BAB 137—MAS

    Tyana menyadari jika suaminya tengah gelisah, mencari sesuatu yang tidak diketahui apa itu, netra wanita itu mendikte apa yang dilakukan oleh Josef.Josef menoleh ke kiri dan Tyana bergerak ke arah berlawanan, dia mencari seseorang yang seharusnya ada. "Mereka gak mungkin gak datang, 'kan, Mah?" kata Josef."Siapa?" Tyana balik bertanya."Johan dan Sabrina."Entahlah. Di mana pasangan yang mengaku sebagai orangtua kandung Vemilla ini, keberadaannya seolah tertelan bumi oasca putri mereka dinikahi oleh Davian.Seakan-akan mereka melepaskan kehidupan Vemilla sepenuhnya pada Davian, mereka kembali ke Bali dan tidak pernah diketahui, apakah mereka pernah kembali atau tidak.Di balik tirai panggung besar itu, para ballerina dengan orang-orang kepercayaan mereka terduduk di kursi tunggu yang tersedia, Vemilla dan Ghania duduk di salah satu kursi itu."Apakah mereka akan datang kali ini?" tanya Ghania bernada iba, juga menyayangkan jika sikap Johan dan Sabrina masih sama seperti dahulu.Yang

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status