Share

Bab 27—MAS

last update Terakhir Diperbarui: 2025-05-18 15:15:28

Mbak Narti seketika membeku. Bingung harus menjawab apa, jawab jujur atau tidak? Mbak Narti sendiri tidak begitu memahami Sabrina dan Johan.

Yang dia ketahui bahwa dua sejoli ini memang tidak terlalu memedulikan Vemilla, apakah menjawab jujur, mereka tidak masalah, atau sebaliknya?

Mbak Narti dilanda dilema. "I-itu ..., Tuan Davian awalnya udah mau pergi malam tadi, cuman ..., Non Illa gak berhenti nangis, dan Tuan Davian gak tega ninggalin Nona Illa, tapi sebelum itu Tuan Davian emang udah pergi untuk kerja, kembali lagi karena saya yang panggil," terangnya dengan penuh hati-hati.

Respon Johan dan Sabrina masih baik-baik saja, mereka tampak tak peduli, hanya sedikit heran dengan sikap Davian, sebelumnya merek tak pernah mendengar Davian dekat dengan putri mereka.

Setelah Radzian tiada, mengapa pria tampan nan rupawan itu seolah begitu peduli dengan Vemilla. "Apa mereka deket udah lama? Sampai kamu panggil dia saat Illa nan
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Menjaga Adik Sahabatku   Bab 28—MAS

    Thelliza terguncang bukan main, terkejut hebat, hatinya lara tak percaya mendengar hal itu, jelas malam itu dia yang menghubungi Radzian untuk mengabarkan apa yang dia lihat dan dia ketahui. Kakak kandung dari teman satu akademinya masih mengirimnya balasan pesan, kata-kata yang dikirim Radzian masih terngiang-ngiang di ingatannya, wajahnya mengeras dengan tubuh membeku. “Kabari terus kalau misalkan laki-laki bi*dab itu masih mengganggu Illa, simpan nomor ini dengan baik, kalau saya gak bisa dihubungi berarti saya mati, itu artinya saya akan terus stanby menerima informasi darimu, Theliza, terima kasih.” Demikian deretan pesan terakhir yang dikirim Radzian. Thelliza mengendurkan tubuh hingga punggung membentur dinding di belakangnya, dia gemetaran mendengar hal itu, tanpa sebab bola matanya berair, memanas juga perih. Layaknya hati yang terus berguncang tiada hentinya. "G-gak mungkin," katanya menggelengkan kepala dengan bo

  • Menjaga Adik Sahabatku   Bab 27—MAS

    Mbak Narti seketika membeku. Bingung harus menjawab apa, jawab jujur atau tidak? Mbak Narti sendiri tidak begitu memahami Sabrina dan Johan. Yang dia ketahui bahwa dua sejoli ini memang tidak terlalu memedulikan Vemilla, apakah menjawab jujur, mereka tidak masalah, atau sebaliknya? Mbak Narti dilanda dilema. "I-itu ..., Tuan Davian awalnya udah mau pergi malam tadi, cuman ..., Non Illa gak berhenti nangis, dan Tuan Davian gak tega ninggalin Nona Illa, tapi sebelum itu Tuan Davian emang udah pergi untuk kerja, kembali lagi karena saya yang panggil," terangnya dengan penuh hati-hati. Respon Johan dan Sabrina masih baik-baik saja, mereka tampak tak peduli, hanya sedikit heran dengan sikap Davian, sebelumnya merek tak pernah mendengar Davian dekat dengan putri mereka. Setelah Radzian tiada, mengapa pria tampan nan rupawan itu seolah begitu peduli dengan Vemilla. "Apa mereka deket udah lama? Sampai kamu panggil dia saat Illa nan

  • Menjaga Adik Sahabatku   Bab 26—MAS

    Mengapa debar dada Davian bergetar cepat. Saliva yang tertelan seperti lautan yang mengalir tanpa henti, Davian terpana oleh penampilan gadis kecil ini. Nyaris Davian terkecoh oleh hal itu, kemudian pria yang sempat termangu dalam diam selama beberapa detik itu lekas menggelengkan kepala. Davian berjalan ke pintu mobil di sisi kendali kemudi, dia membukakan pintu mobil. "Cepet masuk. Kamu kelamaan, kita harus segera berangkat, saya ada meeting penting dengan tim," perintah Davian memalingkan perhatian dari Vemilla. Tak pernah mendapatkan jawaban pasti, Vemilla merasa kesal dengan sahabat kakaknya ini, meskipun begitu, Vemilla tetap menurut, dia turun dari rumahnya. Melaju masuk ke mobil Davian. "Maaf," katanya seraya melintas. "Hm," jawabnya nyaris bergumam. Tuk. Pintu mobil tertutup. Davian berlari ke kursi kemudi, dia memutuskan memulangkan sopir yang diperintah Petra, dan memilih mengendarai mobil itu sendiri. Mbak Narti keluar dari rumah saat mobil Davian telah melaju meni

  • Menjaga Adik Sahabatku   Bab 25—MAS

    Sungguh Vemilla kehilangan arah, Radzian adalah anak panah yang selalu mengarahkan segalanya pada hal-hal yang ingin dia lakukan, menemukan apa yang mau dia suka atau apa yang dia inginkan. Ditanya seperti itu secara mendadak, membuat Vemilla kehilangan kendali. "Latihan ballet, istirahat sebentar dan latihan lagi. Hidup ini harus terus berjalan, 'kan? Ditambah ..., kalau aku diem di rumah, mama pasti nyari dan—" Ah benar, Davian paham maksud dari ungkapan gadis ini, Sabrina tidak akan membiarkan putrinya hidup tenang. "Ikut denganku hari ini," potong Davian. Mulut yang masih terbuka hendak melanjutkan ucapannya itu seketika tertahan, sendok dan bubur putih mengudara di depan mulut. Vemilla terkejut, hebat. "Hah? ikut? Ke mana?" tanya Vemilla mengerutkan wajah. "Selesaikan sarapanmu, mandi, siap-siap dan kita harus segera berangkat." Bukannya menjawab, Davian malah mengeluarkan kata-kata perintah lain.

  • Menjaga Adik Sahabatku   Bab 24—MAS

    Tangan Vemilla melayang-layang di udara, mencoba meraih sesuatu, air mata mengalir di sela-sela rengek tangis gadis itu, suaranya parau dan temaram. Napas yang berhembus pun terdengar berat, Davian turun ke sisi Vemilla, mendudukkan dirinya di pesisir ranjang, meraih dua tangan Vemilla, dia genggam erat tangan gadis itu sampai Vemilla terlihat tenang. "Illa ..., lepaskan, jangan menahannya, Ian harus pergi, tugasnya di bumi ini telah selesai," ucap Davian dengan tatapan intens, "Sekarang giliranmu berjalan tanpanya, temukan lelaki yang pas untuk menemani hidupmu," sambung Davian. Dielus lembut punggung tangan Vemilla, dia tidurkan di atas pangkuan kaki yang dinaikkan satu ke atas ranjang. "Tenangkan dirimu, tenggelamlah pada pemikiran yang jauh lebih tenang, temukan orang yang akan menemanimu, dia kiriman dari Tuhan," tandas Davian. Ini adalah ungkapan hatinya pula. Davian seolah berjalan di lorong kelam yang sama seperti Vemilla, menyusuri ja

  • Menjaga Adik Sahabatku   Bab 23—MAS

    Vemilla terdiam, menahan tangisan itu jauh dalam dada, dia terisak-isak menunggu Davian melanjutkan ocehannya, jelas di mata pria itu, jika dia masih belum selesai. "I-an ...," katanya dengan suara bergetar, "Sahabat terbaikku dari masa SMA, kita bersahabat kurang lebih tiga belas tahun, dan kami gak pernah putus hubungan." Davian melempar pandangan, deru pedih dalam hatinya bersenandung, pria itu menghela napas untuk mendorong rintik air agar tidak terjatuh di hadapan gadis itu. "Selama itu pula aku selalu bergantung padanya, aku punya orangtua, aku punya pasangan, tapi hidupku sangat sepi, dan Ian adalah salah satu warna yang aku syukuri." Wajah tampan pria itu masih terhenti di samping kiri. Udara dihirup secara sengaja, dan butiran pedih masih tertahan di tenggorokan, lanjut lelaki itu menyeka air mata yang terjatuh di ujung mata dengan punggung tangannya. "Ini di luar kendali kita, kita hanya manusia, skenario kehidupan kita ada

  • Menjaga Adik Sahabatku   Bab 22—MAS

    Papa, 00.12 Davian, kamu di mana? Mama sama papa ada di depan apartemen kamu? Belum pulang? Kamu gak kangen sama orangtua kamu? Jangan kerja mulu, Sayang, cepet pulang, ya, Mama sama papa nunggu kamu di lobi apartemen. Getar ponsel jelas didengar Davian, ponsel itu tidak kehabisan daya atau dalam mode silent, hanya saja pria ini yang sedang melamun. Memerhatikan jalan, dari pohon-pohon, langit hitam dengan satu bintang dari dalam taksi yang sedang berjalan, napas pun dihembuskan kasar nan berat. Sopir taksi memerhatikan dari kaca yang ada di atasnya, melihat bagaimana kusut dan rapuhnya pria itu, bersandar dengan tatapan kosong tak bergairah. "Maaf, Tuan, ponsel Anda sepertinya ada yang menelepon," tegur sopir taksi. Barulah Davian mengedipkan mata, satu tetes air mata mengalir, dia mengekanya dengan cepat seraya menghirup udara yang berkeliaran di sekitarnya. Papa? Batinnya berseru tanpa sadar jika pesa

  • Menjaga Adik Sahabatku   Bab 21—MAS

    Kata-kata terakhir Radzian terus menghantui Davian, dia tak ingin melewatkan satu detik pun tentang adik sahabatnya, ini adalah wasiat yang telah dia setujui. Tanggungjawabnya besar. Davian menghela napas sebelum mendengar jawaban dari asisten rumah tangga yang menemani gadis itu di rumah. "Masih tidur, Tuan, tapi tadi sempet mengigau, manggil nama Tuan Ian sambil nangis, terus lanjut tidur lagi." Sungguh pedih mendengar hal itu, Davian tahu dengan baik jika hubungan Radzian dengan adiknya memang cukup harmonis, mereka menggantungkan diri mereka terhadap satu sama lain. Saling berpegangan dan berpangku tangan, jelas Vemilla mengalami fase sulit yang mungkin membutuhkan waktu lebih lama untuk terbiasa tanpa Radzian di hidupnya. Davian mengiba, hatinya mendesir, perih. "Oke, pantau terus, kalau ada apa-apa, kabari saya, mulai hari ini Vemilla menjadi tanggungjawab saya, jika orangtuanya menyiksanya lagi pun kab

  • Menjaga Adik Sahabatku   Bab 20—MAS

    Serak suara di balik panggilan telepon terdengar napasnya berhembus. "Baik, Pak, segera saya cari tahu tentangnya." Panggilan telepon berakhir begitu saja, Davian hanya memberi perintah lalu mematikan panggilan telepon dengan cepat. Pria itu membalikkan tubuh dan memasati paras cantik Vemilla, dia amati secara mendalam gadis itu. "Ian ...," seru Davian bernapas berat. "Apa yang salah dengan adikmu, dia terlihat manis dan penurut, dia baik dan selalu mengalah, kenapa orangtua kalian begitu membenci gadis ini?" sambungnya mempertanyakan hal yang sama. Meskipun dia telah mendengar banyak alasan dari Radzian mengenai sikap pilih kasih orangtua mereka, jelas Davian ingin mendengar alasan pasti mengapa gadis ini dibedakan. Langkah demi langkah terurai ke depan, mendekati Vemilla yang terlelap dengan luka-luka lebam di wajahnya, kulit selembut itu harus bertarung dengan ganasnya tamparan Sabrina. "Say

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status