Davian mengelola perusahaan agensi yang menaungi karir para model pria ataupun wanita, anak-anak didiknya tidak hanya diarahkan sebagai wajah atau pergawan/peragawati sebuah brand.
Melainkan dididik menjadi bintang, dituntut bisa berakting juga skill lainnya, hanya fokusnya mengembangkan mode dan menjadi wajah-wajah segar bagi brand-brand di luar sana.Dengan alasan ini Davian menyiapkan tim desainer dan tim lainnya untuk mengantisipasi adanya kelalaian dari brand yang bekerjasama dengannya, di luar sana Davian berinvestasi di perusahaan fashion, kecantikan dan memiliki universitas yang melahirkan bintang-bintang baru."Bagaimana hasilnya?" tanya Davian berjalan cepat memaayki lift khusus yang dimana hanya dia dan sekretarisnya yang bisa menggunakan lift tersebut.Petra mengiringi langkah Davian dengan seimbang. "Perusahaan yang dipimpin Reyhan, sesuai dengan brosur, nama perusahaannya Prima Arc, basis kesuksesannya belum mencapai standar, merekaXavender si a lan! Bisa-bisanya aku gak sadar kalau Giovanni ini sangat licik, mereka menjebloskan orang lain yang mereka bayar, lalu mereka menciptakan kejahatan lain? Batin Davian menggerutu sampai kepalanya terasa panas seolah ada letupan api di atas kepala.Di sisi lain, Di antara deretan peserta yang berjajar rapi di sudut panggung, para Ballerina yang telah menampilkan kebolehan mereka beberapa saat tadi, tampak tegang, menantikan pengumuman yang menentukan siapa yang terbaik tahun ini.Vemilla berada di jajaran paling belakang, didampingi Theliza dan beberapa rekan lainnya, ketika nama 'Juan Xavender' dikumandangkan, gadis itu sempat menyipitkan matanya.Juan Xavender? Apa dia yang dikatakan sama Kak Davian, dia ..., pamannya Giovanni? Juan Carlos Xavender?Selama pacaran kayaknya aku terlalu acuh, jadi gak pernah tahu keluarganya siapa aja, ini masalah banget.Batin Vemilla mulai gelisah.Jiwanya terpental entah ke mana, dia merasa dirinya tengah terbang ke area yang tak terja
Setelah berita pernikahannya dengan Davian menyebar luas, ternyata masih ada beberapa orang yang masih tidak mengetahui statusnya sebagai istri dari seorang CEO agensi model seperti Ligh and Sun Modelling.Vemilla menanggapinya dengan santai, bahkan tak menaruh kecurigaan lebih pada wanita yang tiba-tiba datang dan bertanya hal demikian. "Iya, itu Pak Davian Antareksa Villarius, hubungannya dengan saya, suami saya," ungkapnya dengan polos.Suami?Bola mata wanita membesar, pupilnya mengembang bagai kapas yang terendam air, perlahan dia mengendur dan berpamitan. "Ah, oke, terima kasih."Vemilla menguncupkan bibir, bingung. "Ada apa dengan wanita itu?" Gadis itu mengerutkan dahi."Aneh banget. Apa dia gak baca berita? Bukannya pernikahanku tersebar luas? Kak Devianza yang dari Singapura aja sampai datang ke sini," sambung Vemilla.Meskipun penasaran dengan wanita itu, Vemilla tetap tenang dan kembali ke ruang istirahat, sementara D
Davian terlena oleh permainan yang dia mulai, semakin erat, bibir lelaki itu melekat, mengunci permainan lebih lengket dari seharusnya.Mereka terjerat has rat dan menikmatinya sampai Devianza menghentakkan kaki dan berputar pergi, meninggalkan pasangan yang tidak berhenti saling menc*mbu.Kemudian, Davian menghentikan aksinya. Mereka tersengal-sengal di akhir permainan yang nyaris menembus batasan-batasan karena hubungan itu hanya sebagai benteng."Sorry, dia gak akan pergi kalau sampai kita tidak menunjukkan apapun," ungkap Davian segera memeluk istrinya.Vemilla menggila karena aksi suaminya, juga ini adalah ci*man pertamanya, Davian merampasnya secara mendadak, tanpa memberikan ruang bagi gadis itu untuk menepis atau membuat kesepakatan bersama.Hati yang berdebar, terkejut, sekaligus bingung, gadis itu terus mengulang napas, memompa dirinya untuk kembali, setelah masa-masa tadi dirampas oleh Davian dan gejolak has rat dari ke-duanya.
Habis sudah. Rasa cinta yang mulai tumbuh di hati Vemilla secara diam-diam harus hancur dan mendapatkan sebuah fakta, jika dirinya memang bukan bagian dari rencana hidup Davian. Hati gadis cantik berkulit putih itu tersisih, pedih rasanya dia menyadari kenyataan pahit ini, Vemilla terhenti di lorong yang membawanya ke ruang ganti para Ballerina, dia tertunduk lirih, membujuk dirinya dengan pikirannya. "Illa ..., sepertinya cinta pertamamu harus terpatah dan hancur tanpa permulaan, ini kesalahanmu, hadir saat Kak Davian masih terikat dengan mantannya," kata Vemilla bertatapan sendu. Gadis itu melaju dengan langkah lirih dan mendayu, lemah, sementara Davian menggeram, kesal, di hadapan sang mantan kekasih, tatapannya menyala dengan embun mulai berkaca-kaca di kelopak mata. Frustasi dia menyugar rambut sampai menepuk leher satu kali. "CUKUP!" bentak Davian membuat Devianza melompat ke belakang. Raganya bergetar,
Kendatipun panggilan lantang itu membuat Davian terkejut sampai jantungnya berdegub, hebat, lelaki itu dengan tenang menoleh tanpa mengubah posisi berdiri.Kemudian dia berjalan melanjutkan langkah yang sempat terhenti. Seraya mengayun langkah, dua tangannya secara spontan membenam ke dalam saku celana, di sisi lain angin dan dedaunan beterbangan mengiringi langkahnya."Berisik," jawabnya ketus, tak lupa lirikan matanya yang tajam dan tegas.Demikianpun dengan Vemilla dan Johan, dua insan itu mendengar sebuah nama tak asing melantang, mereka menoleh ke depan dan menyaksikan Davian yang berjalan ke arahnyaVemilla agak mematung di posisinya. Seraya meremas buket bunga pemberian papanya, gadis itu diam-diam membaca ekspresi wajah yang ditunjukkan Davian.Kak Davian, kenapa? Kayaknya lagi kesel, mukanya kayak mau nerkam orang. Batin gadis itu mengurai pendapatnya.Johan memutar tubuh dan menghadap pada Davian. "Kamu dari mana? Kamu
"Keras kepala yang selalu menuntut ini dan itu, tanpa aku sadari, jika aku disetir dan aku membiarkan itu, karena aku hanya membutuhkan seseorang di sampingku, tanpa paham apakah hubungan itu cinta atau sekedar hubungan tanpa rasa," urai Davian lumayan panjang.Suaranya melirih, tergulung angin yang berhembus di sekitar sana, debur angin semakin membuncah saat Davian tiba di sudut salah satu dinding gedung megah kompetisi.Taman hijau dengan pohon-pohon hias tampak rapi berjajar di beberapa spot, menampilkan sosok gadis cantik berbalut gaun indah, namun tipis berwarna merah menyala."Devianza?" kata Davian bersuara pelan.Cara dia menatap mantan kekasihnya itu masih terbilang biasa saja, hatinya pun tak begitu bereaksi, responnya normal dan cenderung malas.Hanya saja ada rasa kesal karena Devianza pergi dari hidupnya karena sebuah perselingkuhan, dengan alasan jika Davian tidak begitu berguna bagi topmodel itu."Pah! Kenapa Papa