LOGINTepat sebelum kepanikan Briony pecah, Brandon menyodorkan sehelai pakaian. "Kurasa sweater putih ini yang paling cocok untukmu." Briony tertegun. Ia tidak menduga kalau Brandon mau repot-repot mencarikan pakaian untuknya, dan ia merasa bersalah karena telah berprasangka buruk terhadapnya. "Terima kasih," ucapnya, malu-malu. Sepertinya, ia perlu membersihkan pikiran. "Lalu antara dua ini," Brandon menunjukkan celana pendek di tangan kirinya dan celana panjang di tangan kanannya, "mana yang lebih kamu suka?"Briony menunjuk celana yang lebih panjang. "Bukankah dia terlalu besar untukku?" Padahal, ia sudah berusaha menyembunyikan kecanggungannya. Namun, suaranya tetap tegang. Untungnya, Brandon tidak menyadari hal itu. Ia menanggapi dengan santai. "Dokter pribadiku laki-laki dan dia akan memeriksa kakimu. Apakah kamu nyaman memakai celana pendek di depannya? Kalau boleh aku memberimu saran, celana panjang ini lebih baik." Briony kembali sibuk dengan pikirannya sendiri. "Kenapa dia be
"Jangan!" seru Briony sebelum Brandon membungkuk lagi. "Aku tidak mau mengotori kasurmu. Turunkan saja aku di kamar mandi, dan kau tidak perlu menyiapkan air. Aku bisa melakukannya sendiri."Brandon berpikir sejenak. Kemudian, ia turuti kata-kata Briony. Briony bersyukur karena Brandon langsung pergi setelah menurunkannya di bathtub. Kalau tidak, ia pasti sudah menjadi kepiting rebus. "Sebetulnya apa yang ada di pikiran Brandon? Apakah dia tidak paham kalau berduaan di kamar tidur dan di kamar mandi itu canggung?" pikir Briony, heran. Kemudian, khawatir dokter tiba sebelum dirinya siap, Briony bergegas mengisi air dan membersihkan diri. Selesai mandi, Briony kembali terbelalak. Ia baru sadar bahwa dirinya tidak punya baju bersih untuk dipakai. "Gawat! Apa yang harus kulakukan?" Ia melirik baju kotornya yang tergeletak di lantai. "Aku tidak mungkin memakai itu lagi." Sambil menggigit bibir, Briony melihat sekeliling. Saat itulah, ia menemukan jubah mandi dan handuk yang terlipat ra
"Berhentilah menggertak pacarku. Jangan sampai aku menggertakmu balik. Kau akan menangis," ancam Brandon, sinis. Alex langsung merengut. Saat ia hendak membalas, Brandon sudah melangkah pergi. "Tidak! Brandon, tolong jangan membawa Briony pergi!" Andrew hendak mengejar. Alex cepat-cepat menahannya. "Tenanglah, Hero. Jangan mengemis kepada wanita itu. Dia tidak pantas," ujar Alex."Kenapa dia tidak pantas? Selama ini, cuma dia yang bisa mengerti aku. Dia selalu baik dan sayang padaku. Tapi kenapa Papa malah membiarkannya pergi?" gerutu Andrew, serak. Alex menarik napas berat. Ia sebetulnya juga tidak mau Briony pergi. Ia masih mau memberinya pelajaran. Namun, dirinya tidak punya alasan tepat untuk melarang. "Sudahlah, Andrew. Jangan menangis. Bukankah Papa sudah mengingatkanmu bahwa Briony bukan perempuan baik? Buktinya, dia melanggar janji dan membuatmu kecewa lagi. Sekarang, ayo kita bersenang-senang berdua. Kita baik-baik saja tanpanya." Tiba-tiba, Andrew memukul sang ayah. "A
Briony tersenyum kecil dan mengangguk. Saat itu pula, suara Andrew mengalihkan perhatiannya. "Briony, apa yang terjadi padamu? Kenapa bajumu kotor begitu? Apakah ada yang mem-bully-mu?" Briony meringis. Ia malu mengakui betapa malang nasibnya. Saat ia sedang memikirkan alasan, Brandon menjawab, "Ya, orang-orang melemparinya dengan tomat di sebelah sana. Briony juga sempat terjatuh sehingga kakinya terkilir."Andrew terkesiap. Ia memperhatikan kaki Briony dengan saksama. "Kakimu bengkak! Papa, kurasa kita lebih baik pulang sekarang." Alex yang baru tiba di belakang Andrew mendengus sinis. "Kita sudah berencana untuk bersenang-senang seharian, Hero. Tidak mungkin kita pulang sekarang. Briony, mana milkshake untuk Andrew?" Briony mengernyitkan dahi. Saat ia hendak melancarkan protes, Brandon berkata, "Mulai sekarang, Briony bukan nanny Andrew lagi. Aku akan mengirim seseorang untuk menggantikannya." Andrew terkesiap. "Kenapa?" "Karena kalian tidak becus menjaganya. Dia selalu mender
Si ketua geng menjawab, " Kami hanya membantumu, Tuan Young. Perempuan yang kau sebut pacar itu telah mengkhianatimu. Dia bahkan sudah tidur dengan pria lain. Apakah kau belum melihat fotonya?" "Akulah pria dalam foto itu!" aku Brandon, membuat mata sang gadis melebar. "Apa?" Gadis itu mengamati baju yang dikenakan oleh Brandon. Saat otak lemotnya menyadari kebenaran, ia memberengut. "Tapi itu tidak mengubah kenyataan bahwa dia mengkhianatimu. Dia menggoda laki-laki lain, Tuan Young. Lihatlah fotonya kalau kau tidak percaya. Dia berkencan dengan pria lain! Dia pantas diberi pelajaran." "Apakah mereka berpelukan di foto itu? Mereka berciuman atau tidur bersama? Tidak, kan? Karena itu bukan kencan. Briony sedang mengasuh anak dari pria dalam foto tersebut. Seseorang sengaja memotret mereka untuk menebar fitnah," tutur Brandon, lantang. "Karena itu, cepat minta maaf kepada pacarku!"Para gadis menyikut satu sama lain, berharap ada yang bersedia maju lebih dulu. Namun, mereka semua rag
Briony menggeleng-geleng tak paham. "Apa yang kalian bicarakan?""Jangan berpura-pura bodoh! Seluruh dunia sudah tahu borokmu. Kau adalah gadis murahan yang suka menggoda pria kaya. Perempuan sepertimu sangat kotor dan menjijikkan! Teman-teman," pemimpin geng itu menoleh ke belakang, "apakah amunisi sudah siap?" Briony mengerjap. Matanya tertuju pada dua buah ember yang dipegang oleh gadis di barisan belakang. "Tunggu dulu. Aku bukan perempuan jahat seperti yang kalian bayangkan. Kalian sudah mendengar berita yang salah!" seru Briony, mulai resah. Para gadis sudah mendekat ke arahnya. Masing-masing dari mereka memegang tomat."Kau pikir kami percaya dengan pembelaanmu? Penjara pasti penuh kalau semua penjahat mengaku. Teman-teman, ayo serang!"Si pemimpin geng melempar tomat, diikuti yang lain. Briony spontan mengelak. Namun, karena terlalu banyak tomat yang mengarah kepadanya, ia tetap kena. "Hei! Kalian tidak berhak memperlakukan aku seperti ini. Aku tidak bersalah! Lagi pula, ka







