Share

BAB 1

Author: Syifah Baraq
last update Last Updated: 2025-11-06 17:12:49

Bagi Angela—mahasiswa semester enam—pendidikan tetap nomor satu. Itu alasan ia selalu menolak jika ada teman prianya yang mencoba mendekat atau meminta hubungan lebih.

Selain fokus, selera Angela juga bukan cowok seusianya.

Ia suka pria dewasa. Maskulin, matang. Tipe om-om tampan dengan bahu lebar dan rahang tegas seperti idolanya, Chris Hemsworth.

Pagi itu Angela fokus menatap buku-buku di hadapannya. Stabilo di tangan. kerjanya serius menandai materi lalu menyalinnya rapi ke catatan. 

Ia tidak sadar beberapa teman sekelasnya sedang mencuri pandang—dari ujung rambut sampai ujung kaki. Cantik, pintar, dan jadi bunga kampus—jelas Angela adalah pusat perhatian. 

Banyak pria mengejar, bahkan beberapa dosen terlihat terlalu ramah. Tapi bagi Angela, tidak ada yang memenuhi standar. Seleranya terlalu tinggi, kata orang-orang.

Salah satu yang paling gigih adalah Deon. Ketua tim basket, ketua BEM, mahasiswa berprestasi, dan favorit banyak mahasiswi. Wajahnya mirip idol Korea, katanya. Tapi entah kenapa, cowok se-perfect itu justru sukses jadi sadboy-nya Angela.

Seperti sekarang ini.

“Pagi, Angela sayang,” sapa Deon sambil menarik kursi dan duduk di hadapannya.

Angela tidak menoleh. “Pagi. Ada apa?”

“Kamu lagi apa?” tanya Deon, berusaha basa-basi.

Angela mendongak pelan, menatapnya datar. “Matamu picek? Ini aku lagi apa emang? Main bola, kah?” Ia menunjuk tumpukan buku. “Sana pakai kacamata.”

“Wih, galak amat, Beb.”

Tatapan Angela membuat Deon langsung nyengir kuda. Mantap dihina, tapi tetap stay di sana.

“Angela, entar malam kamu ada acara?”

“Ada.”

“Acara apa?”

“Kepo.”

“Serius nanya, Jel.”

“Makan malam sama Mama. Kenapa?”

“Ya makan sama aku lah. Sekali-kali…”

Masakan Mama lebih enak daripada kamu.”

“Bukan gitu, maksudnya aku tu—”

“Makan di restoran? Ngajak gaya, tapi uang masih uang orang tua.” Angela mendengus.

“Jauh-jauh sana. Aku nggak tertarik sama bocah.”

Bukannya tersinggung, Deon malah cekikikan. Baginya, Angela justru semakin menarik

ketika ngomel seperti ini.

Tiba-tiba seseorang mendorong bahunya dari samping.

“Udah, sono Deon! Lo tuh bukan tipe Jela!” seru Monik, sahabat Angela, sambil duduk di samping Angela.

“Apaan sih, Monik!” protes Deon.

Monik memutarkan bola matanya. “Balikin kursinya! Jangan ditaruh seenak jidat lo!”

Deon menghela napas panjang, tapi tetap mengambil kursi dan mengembalikannya. “Iya,

iya! Bawel amat!”

“Nah gitu.” Monik menjentikkan jarinya.

Setelah Deon pergi, ia duduk di samping Angela. Tempat duduk favorit sejak SMP.

“Si Deon masih ngotot ngajakin lo jalan?” tanya Monik.

“Bodo amat. Gue nggak suka anak ingusan.”

“Lah lo juga masih ingusan, Jel.”

“Makanya gue nggak cari yang ingusan juga. Tipe gue itu…” Angela menaikkan dagunya.

“Chris Hemsworth,” potong Monik langsung. Napasnya terhembus kasar. “Ya ampun…

Jel….”

“Kenapa? Realistis dong, Mon.”

“Realistis dari mana? Mana ada mahasiswa yang mirip om-om bule umur empat puluh.” Monik menggeleng drastis.

“Siapa bilang aku mau mahasiswa?”

Monik mematung. “Lu jangan-jangan … suka om-om beneran, Jel? Yang umurnya empat puluhan gitu?”

Angela menarik napas santai. “Pria matang itu lebih menantang, Mon.”

Monik menatap Angela seperti menatap alien. Obsesi temannya ini sudah kelewat batas, tapi terlalu lucu untuk dimarahi.

Sebenarnya Angela punya alasannya sendiri—sejak kecil ia hanya hidup berdua dengan

mamanya, tanpa figur ayah. Di bawah sadar, ia mencari sosok dewasa yang bisa

membuatnya merasa aman. Dan obsesi itu tumbuh menjadi fantasi: pria dewasa, matang, dan maskulin seperti Chris Hemsworth.

“Kamu tau, Mon.” Suara Angela pelan namun yakin. “Aku pasti akan nemu jodoh model begitu. Dan kalau udah ketemu, aku bakal bikin dia jatuh cinta sama aku. Apa pun caranya. Tunggu aja.”

Monik menatapnya lama. “Kadang gue nggak tau harus dukung lo… atau cari dukun buat

nyadarin lo.”

Angela mencibir. “Dukung lah. Kan lo sahabat gue.”

“Tapi kalau di-dukun-in, emang dia bisa sadar, Mon?” sahut suara dari belakang.

Keduanya sontak menoleh.

Niken, sahabat chubby dan menggemaskan mereka, tengah duduk dengan wajah manyunnya.

“Sejak kapan lu di situ?” Angela memicingkan mata.

“Sejak Deon bilang, ‘Jel mau makan malam gak sama aku?’” tiru Niken dengan gaya omongan Deon tadi.

Melihat aksi Niken, sontak membuat mereka tertawa keras. Niken memang paling polos di antara mereka. 

Mulai dari berantem, gosip, sampai tukeran BH, mereka bertiga sudah lewati bersama sejak SMP.

Monik lalu bersandar ke meja. “Eh, sore ini ikut gue ke rumah Kak Antares, yuk!”

“Ogah. Gue nggak mau jadi obat nyamuk,” tolak Niken.

“Ayolah! Nanti Bi Iyem masak makanan enak!”

Angela dan Niken langsung saling pandang.

Gratisan plus masakan enak?

Siapa yang nolak?

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Menjebak Cinta Om-Om Impian   Bab 4

    Dalam pelukan Edward, Angela menangis sejadi-jadinya. Tubuhnya gemetar hebat,memikirkan apa yang mungkin terjadi jika pria itu tidak muncul tepat waktu. Masadepannya… harga dirinya… mungkin hanya tinggal nama.Edward tidak berkata apa pun. Ia membiarkan gadis itu mencengkeram bajunya erat-erat, meresapi ketakutan yang masih menguasai tubuh Angela. Tatapannya naik pada anak buahnya; satu anggukan dari Edward sudah cukup sebagai perintah.Dor! Dor!Suara tembakan menggema menusuk malam. Angela tersentak dan refleks menoleh, tetapi Edward menahan kepalanya dengan satu tangan, menarik dirinya lebih dalam kepelukannya.“Jangan lihat,” bisiknya tegas, dingin.Angela membeku. Napasnya terhenti, pikiran berkelindan kacau bersama suara tembakan terakhir yang menguap ke udara. Lalu… sunyi. Hening total.Hanya suara jangkrik, angin malam, dan detak jantungnya sendiri yang berdegup terlalukencang.Beberapa menit kemudian, Edward menurunkan tangannya.“Masuk mobil. Aku antar kamu pulang.”Ange

  • Menjebak Cinta Om-Om Impian   Bab 3

    Angela sangat tergila-gila pada Edward. Seminggu ini dia tidak berhenti mendesak Monik untuk memberikan nomor ponsel pria itu, tetapi seperti biasa Monik hanya mengangkat bahu. Antares juga ikut mengangkat bahu—bahkan nomor om-nya sendiri dia tidak punya.“Lu mikir dulu deh, Jel,” ujar Monik frustasi. “Kata Kak Antares, Om Edward itu bukan tipeyang ramah. Keluarganya sendiri aja nggak tahu apa-apa soal dia.”“Justru itu yang bikin penasaran!” gerutu Angela.Di ruang keluarga itu, Angela duduk sambil menghentakkan kakinya. Antares hanyamenghela napas, sudah hafal keras kepalanya gadis itu. Mereka berempat sudah bersahabat sejak lama; tabiat Angela tidak pernah berubah.“Udah ah! Gue pulang!” Angela berdiri, meraih tasnya.“Nginep aja sini, udah malam,” bujuk Monik.“Enggak. Udah pesen gojek. Santai aja—lanjutin pacaran kalian.”“Kalau gitu, Kak Antares aja yang anterin lo, ya?”“Enggak usah!” Angela mendesis sambil menunjuk Antares. “Kamu gak takut gue sosor Antares biar dia kasih n

  • Menjebak Cinta Om-Om Impian   Bab 2

    Perumahan Houston, perumahan yang selalu tampak seperti dunia lain—tenang, mewah, dan penuh dengan orang-orang elit yang seperti tidak pernah punya masalah hidup. Dulu Monik tinggal di kawasan ini, bahkan bertetangga dengan keluarga Antares. Tapi setelah ayahnya meninggal, Monik dan ibunya terpaksa menjual rumah mereka dan pindah ke perumahan biasa, dekat rumah Niken.Meski begitu, para penjaga di rumah keluarga Antares masih hafal dengan wajah Monik. Dari kecil dia memang sering bermain di rumah Antares, bahkan sudah digadang-gadang akan menjadi istrinya Antares. Monik sih senang saja, tapi Antares? Ya datar, seperti biasa—mengiyakan tidak,menolak pun tidak.Setibanya di gerbang, Monik masuk begitu saja. Para penjaga hanya mengangguk sopan.“Selamat siang, Non Monik. Cari Tuan Antares, ya?” sapa Bi Iyem, kepala pelayan rumahitu.“Tau aja, Bi. Ada Kak Antares sama Mama CIndy?”“Ada semua, tapi Nyonya lagi ada tamu.”“Oh, yaudah aku ke kamar Kak Antares dulu.”Monik berjalan masuk

  • Menjebak Cinta Om-Om Impian   BAB 1

    Bagi Angela—mahasiswa semester enam—pendidikan tetap nomor satu. Itu alasan ia selalu menolak jika ada teman prianya yang mencoba mendekat atau meminta hubungan lebih.Selain fokus, selera Angela juga bukan cowok seusianya.Ia suka pria dewasa. Maskulin, matang. Tipe om-om tampan dengan bahu lebar dan rahang tegas seperti idolanya, Chris Hemsworth.Pagi itu Angela fokus menatap buku-buku di hadapannya. Stabilo di tangan. kerjanya serius menandai materi lalu menyalinnya rapi ke catatan. Ia tidak sadar beberapa teman sekelasnya sedang mencuri pandang—dari ujung rambut sampai ujung kaki. Cantik, pintar, dan jadi bunga kampus—jelas Angela adalah pusat perhatian. Banyak pria mengejar, bahkan beberapa dosen terlihat terlalu ramah. Tapi bagi Angela, tidak ada yang memenuhi standar. Seleranya terlalu tinggi, kata orang-orang.Salah satu yang paling gigih adalah Deon. Ketua tim basket, ketua BEM, mahasiswa berprestasi, dan favorit banyak mahasiswi. Wajahnya mirip idol Korea, katanya. Tapi en

  • Menjebak Cinta Om-Om Impian   PROLOG

    “Hentikan, La… jangan teruskan.”“Kenapa? Aku menginginkanmu.”“Kamu akan menyesal.”Bruk.Tubuh Angela jatuh ke atas kasur size king. Napasnya memburu ketika pria itu menindihnya. Mata cokelatnya menatap Angela seperti hewan buas yang ingin melumat habis mangsanya.“Jangan mundur lagi,” suaranya berat, serak, mengalir berbahaya. “Malam ini kamu milikku.”Ia membuka kancing bajunya satu per satu. Otot dadanya yang bidang, perutnya seperti roti sobek tertata rapi di atas loyang-sixpack, hangat, dengan sedikit rambut tipis-begitu menggoda.Keindahan itu terpampang jelas di hadapan Angela, membuat darah Angela kian mendesir. Angela menggigit bibir bawahnya membayangkan hal nikmat apa yang akan berlaku padanya malam ini.Pria itu mengambil posisi di atas Angela, tangannya menahan pergelangan Angela di atas kepala. Matanya begitu liar menatap setiap lekuk tubuh Angela. Jakunnya naik turun, membayangkan tubuh polos Angela yang akan menggeliat di bawahnya.“Kamu membangunkan singa,” bisikny

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status