Paginya, Arka bangun lebih dulu. Dia segera merapikan selimut dan bantal yang dipakainya untuk tidur tadi malam. Kini Arka duduk di sisi kasur, samping sang istri tertidur. Dia menunggu perempuan itu bangun, sambil mengamati wajah tenang Liora dengan seksama.Lagi-lagi Arka kembali teringat dengan ucapan Liora padanya tadi malam. Benarkah perempuan itu sudah mencintainya?"Caramu jatuh cinta padaku sebenarnya tidak aneh. Aku sering mendengar alasan seseorang jatuh cinta hanya karena melihat ketampanan dan harta pasangannya."Arka lalu menghela nafas kasar. "Tapi, jika kamu ingin mencintai seseorang. Seharusnya kamu tanyakan dulu pada seseorang itu Liora. Di hatinya sudah ada perempuan lain atau belum. Bukan langsung memilikinya dengan cara curang seperti ini."Arka diam sesaat. Entah kenapa, setiap dia ingin marah pada perempuan itu, Arka justru merasa kasihan."Jika kamu hanya mementingkan dirimu sendiri untuk mendapatkan apa yang kamu mau, maka pada akhirnya kamu juga yang akan ter
"Sudah siap?" tanya Liora pada sang suami yang sejak tadi duduk di sisi kasur sambil bermain ponsel. Laki-laki itu menoleh, sejak tadi dirinya di sana menunggu sang istri selesai dandan. Dia lalu mengangguk mengiyakan pertanyaan Liora, perempuan itu sudah berdiri di sampingnya dengan penampilan rapi. Padahal mereka hanya akan pulang dari rumah David, tapi kenapa Liora harus berdandan lama sekali? Namun Arka tak mau terlalu banyak bertanya pada sang istri, dia lalu berdiri.Liora tersenyum, laki-laki itu berjalan mendahuluinya. Dia lalu mengikutinya dari belakang.Hingga sampai ruang tengah, di sana ada David, Diandra, dan Erika. Arka dan Liora menghentikan langkahnya. "Ayah, Liora dan Arka mau pulang."David tersenyum, lalu menghampiri sang putri. Dia sangat suka cara berbicara Liora padanya saat di depan Arka. Terlihat begitu manis, jika hanya berdua dengannya Liora pasti selalu dingin. "Hati-hati ya sayang." David mengusap lembut pucuk kepala putrinya, namun Liora segera menghinda
Setelah sampai rumahnya, Arka menghentikan langkah tepat di ruang tengah. Membuat Liora yang sejak tadi mengikutinya di belakang ikut terhenti. Laki-laki itu menatap istrinya, lalu menghela nafas berat."Kenapa sayang?" tanya Liora sambil mengukur senyum manis, saat suaminya itu kembali menatapnya tanpa ekspresi."Kenapa kamu harus bersikap seperti itu pada keluargamu sendiri?"Senyum Liora seketika pudar, dia tidak suka jika Arka harus membahas itu lagi. Liora kemudian mengalihkan pembicaraan, "apa kamu lapar? Biar aku masakan sesuatu ya?""Kamu tidak bisa masak Liora," jawab Arka yang tau bahwa sang istri sengaja mengalihkan pembicaraan. Kini sorot Arka menatapnya dengan serius. "Aku tidak tahu apa yang terjadi padamu dan keluargamu, walau kakak dan ibumu itu bukan keluarga kandungmu, tapi bisakah kamu bersikap sopan pada mereka? Aku tidak suka melihat caramu berbicara pada mereka seperti tadi, apalagi pada ayahmu sendiri."Liora kembali mengukir senyum. "Terimakasih sayang."Arka m
Pagi itu, Arka sudah berpakaian rapi. Dia sudah menyiapkan sarapan di atas meja makan, karena tau istrinya tidak bisa memasak, jadi untuk saat ini Arka mengalah menyiapkan makanan walau sebenarnya itu adalah tugas Liora. Dia juga sudah berjanji akan mengajari Liora memasak, tapi saat dirinya sibuk di dapur Liora juga tak menghampiri. Jujur Arka sedikit kesal, sebenarnya Liora berniat untuk belajar memasak atau tidak?Bahkan pagi ini, setelah semuanya telah Arka selesaikan, mulai dari hidangan untuk sarapan dan pekerjaan rumah. Arka sama sekali belum mendapati sang istri keluar dari kamar. Laki-laki itu mulai mengetuk pintu kamar Liora. "Liora, apa kamu sudah bangun?"Tak ada jawaban dari dalam sana. Arka kembali mengetuk pintu di hadapannya sekali lagi. "Liora."Masih sama, tak ada jawaban. Arka lalu meraih kenop pintu, dan mulai membukanya. Kebetulan, pintu itu ternyata tidak di kunci. Tanpa meminta ijin dari sang pemilik kamar, Arka melangkah masuk. Dia melihat Liora masih berb
Setelah mengatakan hal itu, Arka langsung berjalan keluar kamar. Liora mendengus kesal mendengar ucapan Arka, dia lalu beranjak dari tempat tidur untuk menyusul sang suami. Hingga sampai di ruang makan, Arka menghentikan langkahnya dan berbalik menatap Liora yang mengikutinya. "Kamu tidak cuci muka atau gosok gigi dulu?"Liora menghela nafas pelan. "Aku tidak akan langsung makan, aku hanya mengikutimu saja. Kenapa kamu sudah berpakaian rapi, memangnya mau kemana?"Arka menatap dirinya sesaat, memang dia belum ada mengatakan apapun pada Liora jika hari ini dia memutuskan untuk masuk kerja. "Itu alasannya aku membangunkanmu, aku ingin sarapan bersama denganmu sekaligus ingin mengatakan sesuatu padamu."Liora mengernyit, menatap suaminya dengan sorot curiga. Apa yang ingin dikatakan Arka padanya? Kenapa terlihat sangat serius? Bahkan laki-laki itu sampai harus berpakaian rapi lebih dulu.Pikiran Liora justru terarah pada sesuatu yang membuatnya perlahan mengukir senyum senang. Dia mula
"Kenapa?" tanya Liora kecewa sekaligus takut. Dia berpikir, apa ini tanda Arka ingin segera mengakhiri hubungan rumah tangga mereka? Padahal mereka baru beberapa hari menikah."Kamu pasti mengerti tentang pekerjaanku. Aku bisa saja melakukan operasi dadakan saat di rumah sakit, dan jika aku memakai cincin itu akan bahaya.""Kamu bisa melepasnya sebelum melakukan operasi." Mata Liora mulai berkaca-kaca, menahan perih di hatinya.Arka menghela berat. Dia lalu mengalihkan pandangannya tak mau menatap mata Liora yang mulai menggenang. Apakah dirinya begitu kejam dengan perempuan itu?"Baiklah, aku akan memakainya," ucap Arka dengan berat hati. Namun justru berhasil membuat Liora tak jadi meneteskan air mata. Laki-laki itu menghela nafas pelan, lalu berjalan memasuki kamarnya.Melihat Arka akhirnya mengikuti apa yang dia inginkan, membuat perempuan itu mengulum senyum penuh kemenangan. Walau sering bersikap tak peduli padanya, Liora yakin Arka pasti masih memiliki sedikit rasa tak tega jik
Waktu sudah menunjukan pukul sembilan malam, namun laki-laki yang sejak tadi Liora tunggu belum juga pulang. Membuat Liora semakin kesal.Sejak tadi perempuan itu terus bolak-balik di dekat pintu utama, sesekali mengintip dari balik tirai jendela untuk memastikan kedatangan sang suami. "Lama sekali." Liora berdecak kesal. Kakinya sudah mulai pegal, dia akhirnya memutuskan untuk duduk di kursi ruang tamu. Padahal malam ini dia sudah menyiapkan rencana baru untuk menjebak Arka. Dia sudah berdandan tipis dan menggerai rambutnya. Dengan balutan lingerie hitam berbentuk kimono di tubuhnya, Liora yakin ini akan membuat laki-laki itu tak tahan untuk tidak menyentuhnya. "Apa kali ini rencanaku akan gagal lagi?" Liora menyandarkan tubuhnya ke punggung sofa, pandangannya menatap langit-langit rumah. Dia mulai putus asa. Jika Arka tak pulang, tentu rencananya akan gagal. "Jika terus seperti ini bagaimana caranya agar aku cepat hamil? Jika aku tidak segera hamil maka batas pernikahan yang di
Setelah selesai mandi, Arka mendengar suara pintu kamarnya di ketuk. Dia menghela nafas pelan, karena sudah bisa menebak pasti yang mengetuk pintu itu adalah Liora. Arka melemparkan handuk yang baru saja dia gunakan untuk mengeringkan rambutnya, ke atas kasur. Lalu berjalan menghampiri pintu kamar.Setelah pintu terbuka, Arka melihat sang istri tersenyum manis di hadapannya sambil membawa segelas air putih. Dia mengernyit tidak suka saat melihat sang istri masih memakai baju yang sama seperti tadi."Aku ingin istirahat Liora.""Aku tau, tapi sebelum tidur sebaiknya kamu minum dulu. Kamu baru saja pulang bekerja, minum air putih sebelum tidur bukankah itu lebih baik?"Tanpa banyak tanya, Arka menerima segelas air yang Liora berikan. Dia nyaris melangkah memasuki kamarnya kembali, namun Liora menahannya. "Kenapa?" tanya Arka penasaran. "Minumlah di sini, biar gelas kotornya langsung aku letakkan di dapur." Liora tak akan membiarkan Arka membawa minuman itu ke dalam kamar, karena bisa